Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pengemudi Ojek Online dan Persoalan Ekonomi

16 Februari 2020   20:06 Diperbarui: 17 Februari 2020   04:26 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pengendara Ojol. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Saat ini tidak sulit mencari pengemudi ojol, hampir di setiap sudut kota pemandangan para pengemudi ojol mangkal sudah menjadi hal lumrah. 

Biasanya mereka memiliki kelompok tersendiri, berkumpul didasarkan oleh solidaritas mencari nafkah di jalanan sambil menunggu pesanan dari penumpang. Identitasnya dapat terlihat dari jaket yang seolah menjadi seragam kerja.

Fenomena Pengemudi Ojol

Berapa jumlah pasti pengemudi ojol di Indonesia? Mungkin hanya Tuhan dan operatornya yang tahu jelas jumlah tersebut. Gojek selaku market leader ojol di Indonesia menyatakan memiliki sekitar 2 juta mitra pengemudi, namun jumlah tersebut tersebar di empat negara dimana Gojek beroperasi. 

Katakanlah 80%-nya ada di Indonesia, jumlah tersebut belum ditambah dari operator lainnya. Dan di Indonesia ojek sudah dianggap sebagai transportasi yang layak dan menjadi pilihan favorit, hal ini tidak dapat dijumpai di negara maju. Unik. Sehingga perkembangan ojol sangat pesat karena minat masyarakat untuk menggunakan ojol juga besar.

Transportasi umum berbasis sepeda motor bisa jadi hanya bisa ditemui di negara berkembang, karena di negara yang memiliki transportasi umum terintegrasi dan nyaman, masyarakatnya cenderung menggunakan transportasi umum seperti bis atau mass rapid transportation.

Ilustrasi: wongjember.com
Ilustrasi: wongjember.com
Maraknya kemunculan para pengemudi ojol layaknya fenomena gunung es. Yang terlihat adalah puncaknya, padahal jika ditinjau lebih lanjut banyak persoalan menyangkut ini.

Di era ekonomi serba sulit, dimana kondisi usaha menghadapi persaingan ketat juga perubahan model bisnis yang akan semakin banyak ditopang oleh teknologi, kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja menjadi hal yang patut menjadi perhatian.

Konsekuensi dari kesenjangan ini akan berakibat munculnya para pengangguran. Melimpahnya tenaga kerja tanpa dibekali kompetensi sesuai tuntutan industri dan juga kualitas yang mumpuni dapat menjadi bom waktu, ditambah lagi kemungkinan bertambahnya jumlah pengangguran dari korban PHK. 

Pilihannya cukup sulit untuk memulai usaha, diperlukan modal juga kemampuan serta kemauan, belum lagi menanggung risiko kerugian.

Dan beralih menjadi pengemudi ojol pun tidak ada salahnya, profesi tersebut juga merupakan pekerjaan terhormat dan halal. Jauh lebih baik berprofesi pengemudi ojol ketimbang merendahkan diri sebagai pengemis atau penjahat yang justru menjadi penyakit masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun