Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Small but Beautiful"

25 Desember 2017   14:18 Diperbarui: 25 Desember 2017   14:25 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat mendapat kesempatan untuk menjadi pengajar di salah satu sesi pelatihan, saya pernah mencoba untuk memotivasi rekan-rekan peserta pelatihan agar lebih yakin dengan kemampuan dan potensinya, saya berujar, "We are small but beautiful, shinning like a diamond."

Kecil tapi indah dan bersinar seperti berlian, contoh yang menjadi inspirasi bagi saya adalah keberhasilan tim nasional Yunani menjadi juara pada perhelatan piala Eropa 2004. Yunani adalah tim kecil tanpa pemain bintang yang akhirnya bersinar.

Dan saya berpikir, seperti apa keberadaan bank kecil dan menengah di Indonesia?

Tantangan dan persaingan yang dihadapi bank pada tahun 2018 akan semakin berat, khususnya bagi bank dengan ukuran skala kecil dan menengah, sebut saja dengan istilah medioker. Perbankan merupakan sektor industri dengan tingkat persaingan yang saat ini dapat dikatakan jenuh. Hal ini dikarenakan seluruh bank yang menyediakan produk dan jasa yang kurang lebih serupa.

Pada 9 Januari 2004, Bank Indonesia yang pada saat itu masih menjadi satu-satunya wakil Tuhan untuk urusan perbankan di Indonesia meluncurkan program yang dinamakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), di mana salah satu poin yang diatur adalah mengenai struktur perbankan nasional yang bertujuan memperkuat permodalan bank umum. Diharapkan dalam waktu 10 sampai dengan 15 tahun dapat menciptakan struktur perbankan yang lebih optimal, sebagai berikut :

  • 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp50 triliun.
  • 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun.
  • 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun.
  • Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.

Berkembang sampai tahun 2012, Bank Indonesia kembali merilis ketentuan yang mengatur permodalan bank yang berhubungan langsung dengan kegiatan dan usaha bank, dalam hal ini disebut Bank Umum Berdasarkan Kegiatan Usaha (disingkat BUKU). Sehingga bank-bank yang ada di Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi :

  • BUKU 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).
  • BUKU 2 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).
  • BUKU 3 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).
  • BUKU 4 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).

Berdasarkan pengelompokkan BUKU di atas, Bank BUKU 4 adalah kelompok yang paling dominan menguasai pangsa pasar perbankan, perlu diketahui kelompok Bank BUKU 4 terdiri dari Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia 1946, Bank Rakyat Indonesia dan CIMB Niaga. Sisa pangsa pasar dari kelompok BUKU 4 menjadi lahan bagi Bank BUKU 3, sementara Bank BUKU 2 dan 1 yang dalam hal ini disebut medioker memperebutkan sisanya.

Lantas bagaimana kondisi nyata persaingan antar bank di pasar finansial? Tentunya bank-bank dengan skala usaha dan modal besar sudah menjadi pemain utama. Bank yang memiliki modal inti lebih tinggi, maka dapat lebih leluasa mengembangkan produk dan aktivitasnya. Sebaliknya bank yang modal intinya semakin kecil ruang lingkup usaha untuk produk dan aktivitasnya semakin lebih terbatas.

Bagi bank medioker hal ini menjadi dilema, karena untuk mengejar ketertinggalan produk, teknologi dan infrastruktur membutuhkan dana yang sangat besar. Belum lagi berbicara mengenai jangkauan jaringan kantor cabang. Dalam hal suku bunga yang ditawarkan, bank medioker juga kalah bersaing, mau tidak mau suku bunga simpanan dan pinjaman ditawarkan lebih tinggi yang berakibat biaya bunga menjadi lebih mahal. Aspek kecanggihan fitur produk terkait dengan teknologi, juga menjadi permasalahan lain. Karena bank BUKU 4 dan 3 relatif memilih jaringan dan sistem teknologi informasi yang lebih canggih.

Arah kebijakan Otoritas Jasa Keuangan dalam memetakan perbankan di Indonesia adalah secara perlahan dan pasti akan meminimalisasi jumlah bank, dengan demikian, yang sangat rawan tersisih dari persaingan adalah bank kelas medioker.

Bank kelas medioker dipaksa harus menambah modal inti-nya, dan ini bukan pekerjaan mudah. Sehingga tidak mengherankan jika kita semakin sering menemui masuknya bank asing yang membeli saham bank kelas medioker ini. Tercatat pada tahun 2017 ini Kasikorn Bank (Thailand) membeli 10% saham Bank Maspion, lalu merger Bank Dinar dan Bank Andara menjadi Bank Oke Indonesia yang diprakarsai oleh APRO Financial Holding (Korea Selatan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun