Mohon tunggu...
Andryanto EN
Andryanto EN Mohon Tunggu... Praktisi ESG Berkelanjutan

Kehidupan Berkelanjutan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bisnis Tanpa ESG ? Siap-Siap Gulung Tikar 2025

20 Maret 2025   15:18 Diperbarui: 28 Maret 2025   13:58 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Green Energy (Kredit: Freepik)

Dulu, kalau dengar kata "keberlanjutan" atau sustainability, mungkin yang terbayang cuma soal hemat listrik atau pakai kantong belanja sendiri. Tapi sekarang, konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) bukan cuma sekadar tren, tapi jadi aturan main di dunia bisnis.

Apa itu ESG? Sederhananya, ini adalah cara perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan (Environmental), sosial (Social), dan tata kelola bisnisnya (Governance). Tahun 2025, ESG bukan lagi sekadar "biar keliatan keren", tapi jadi syarat utama kalau perusahaan mau tetap bertahan.

Nah, seperti apa sih tren ESG di Indonesia tahun ini? Yuk, kita bahas!

1. Aturan Makin Ketat, Perusahaan Harus Lebih Transparan

Sekarang perusahaan nggak bisa asal klaim "ramah lingkungan" tanpa bukti nyata. Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menerapkan aturan baru soal laporan ESG.

Jadi, kalau perusahaan mau tetap dilirik investor, mereka harus lebih terbuka soal dampak lingkungan dan sosialnya. Nggak heran kalau 94% perusahaan di BEI sudah bikin laporan keberlanjutan. ESG bukan lagi formalitas, tapi kewajiban.

2. Mau Dapat Pinjaman Bank? Cek Dulu ESG-nya!
Dulu, kalau mau pinjam uang ke bank atau cari investor, yang dicek cuma laporan keuangan. Sekarang? Harus ada bukti kalau bisnisnya ramah lingkungan.

Bank besar seperti BRI, BNI, dan Mandiri sudah punya target khusus untuk mendanai proyek-proyek hijau. Kalau perusahaan masih bergantung sama bahan bakar fosil dan nggak punya strategi ESG yang jelas, bisa-bisa susah dapat modal.

Green Energy (Kredit: Freepik)
Green Energy (Kredit: Freepik)
3.Energi Terbarukan Jadi Prioritas
Indonesia punya target besar buat mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Artinya, sejak sekarang, transisi ke energi bersih makin dipercepat.

Contohnya, di Bali lagi dikembangkan proyek Bali Green Hydrogen Project, yang bakal menjadikan Indonesia pusat produksi hidrogen hijau di Asia Tenggara.


Bukan cuma di sektor energi, di industri konstruksi juga mulai beralih ke bahan bangunan yang lebih ramah lingkungan. WIKA Beton (WIKA Grup), misalnya, sudah mengembangkan beton pracetak rendah karbon dan mendapatkan sertifikasi Environmental Product Declaration (EPD).

4. Asal-usul Produk Harus Jelas!

Konsumen sekarang makin peduli, mereka nggak cuma lihat harga dan kualitas, tapi juga mau tahu produk yang mereka beli berasal dari mana dan dibuat dengan cara apa.

Negara-negara seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat sudah punya aturan ketat. Mereka menolak produk yang berasal dari deforestasi atau eksploitasi tenaga kerja. Itu sebabnya, banyak perusahaan mulai pakai teknologi seperti blockchain buat melacak asal-usul produknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun