RIAN DAN BOLA MERAH
Di sebuah sekolah dasar, ada anak bernama Rian. Rian suka sekali bermain bola merah kesayangannya saat istirahat. Tapi setiap kali ia ingin bermain, ada anak bernama Bima yang selalu mengganggu.
"Eh, Rian! Bola merahmu jelek, sini aku yang pakai!" kata Bima sambil merebut bola itu.
Rian hanya bisa diam. Ia merasa sedih, tapi juga takut melawan.
Teman-teman lain sering melihat, tapi tidak ada yang berani menolong. Sampai suatu hari, Sita, teman sekelas Rian, memberanikan diri.
"Bima, jangan begitu. Kalau mau main, kan bisa gantian. Semua teman boleh ikut", kata Sita dengan tegas.
Bima mendengus, "Aku kan lebih kuat. Aku yang atur!"
Namun, tiba-tiba Pak Guru datang.
"Bima, apa yang kamu lakukan? Teman itu bukan untuk ditindas. Kalau kamu ingin bermain, harus belajar berbagi dan menghargai", ujar Pak Guru dengan suara lembut tapi tegas.
Bima menunduk malu. Ia tidak pernah berpikir kalau perbuatannya membuat Rian sedih.
Pak Guru kemudian mengajak mereka duduk bersama.
"Rian, apa yang kamu rasakan ketika bola direbut?"
Rian menjawab pelan, "Sedih, Pak. Aku cuma ingin bermain bersama."
Bima merasa bersalah. Ia akhirnya berkata, "Maaf ya, Rian. Mulai sekarang, kita main bersama-sama."
Sejak hari itu, Bima belajar untuk tidak 'membully'. Ia justru jadi teman baik Rian dan Sita. Mereka bertiga sering bermain bola merah bersama-sama. Dan ternyata, bermain sambil tertawa bersama jauh lebih menyenangkan daripada merebut atau menyakiti teman.
Pesan Moral
* 'Membully' membuat teman sedih.