Pendahuluan: Ambisi yang Nyaris Mengubah Wajah Bulan
Pada akhir dekade 1950-an, dunia berada di puncak ketegangan Perang Dingin. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berlomba dalam segala hal, dari kekuatan militer hingga supremasi teknologi. Namun, salah satu arena paling simbolis dari persaingan itu adalah ruang angkasa.Â
Sejak Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik pada tahun 1957, Amerika merasa tertinggal dan terancam. Dalam suasana penuh paranoia ini, lahirlah sebuah ide yang terdengar mustahil sekaligus menakutkan: meledakkan bom nuklir di Bulan.
Proyek rahasia itu dikenal dengan nama Proyek A119 atau A Study of Lunar Research Flights. Tujuan utamanya bukan untuk kepentingan sains, melainkan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Amerika memiliki kekuatan dan kecanggihan teknologi yang tidak tertandingi.Â
Bayangkan sebuah ledakan nuklir di Bulan, terlihat jelas dari Bumi, yang menjadi simbol supremasi Amerika di tengah ketegangan global.
Untungnya, ide ini akhirnya tidak pernah diwujudkan. Namun, jejak rencana tersebut tetap menjadi salah satu kisah paling mengejutkan dalam sejarah eksplorasi luar angkasa.
Latar Belakang: Ketakutan dan Ambisi Pasca-Sputnik
Ketika Sputnik 1 diluncurkan pada 4 Oktober 1957, dunia seolah berubah arah. Bagi banyak orang di Amerika, keberhasilan Uni Soviet itu adalah tamparan keras yang mengguncang rasa percaya diri bangsa. Mereka takut bahwa jika Soviet bisa meluncurkan satelit ke orbit, maka mereka juga mampu mengirimkan senjata nuklir melintasi langit menuju Amerika Serikat.
Untuk membalas kejutan itu, para pejabat militer dan ilmuwan Amerika mencari cara yang dapat mengembalikan gengsi nasional. Mereka ingin melakukan sesuatu yang spektakuler, sesuatu yang bisa dilihat seluruh umat manusia dan menegaskan bahwa Amerika tetap pemimpin dalam sains dan teknologi.Â
Dari situlah muncul ide ekstrem: membuat ledakan nuklir di permukaan Bulan, yang bisa dilihat dengan mata telanjang dari Bumi.
Proyek tersebut kemudian digagas oleh Angkatan Udara AS dan dijalankan oleh Armour Research Foundation di Illinois Institute of Technology. Nama resminya terdengar ilmiah, tetapi di balik istilah teknis itu tersembunyi misi propaganda yang sangat jelas: menunjukkan kekuatan Amerika melalui pertunjukan ledakan kosmik.
Tokoh di Balik Proyek A119
Proyek ini dipimpin oleh Leonard Reiffel, seorang fisikawan yang dikenal karena karyanya dalam penelitian nuklir dan sains luar angkasa. Bersamanya, ada sejumlah ilmuwan muda yang membantu merancang simulasi dan analisis teknis. Di antara mereka, ada nama yang kelak menjadi legenda: Carl Sagan.