Abuna Yemata Guh didedikasikan untuk Abuna Yemata, salah satu dari Sembilan Orang Kudus yang datang ke Ethiopia pada abad ke-5. Para kudus ini diyakini berasal dari Suriah, Roma, dan Konstantinopel. Mereka meninggalkan tanah asalnya untuk menyebarkan ajaran Kristen Ortodoks di Ethiopia, sebuah wilayah yang pada masa itu masih jauh dari pengaruh luar.
Abuna Yemata memilih tebing curam ini sebagai tempat pertapaan dan ibadah. Lokasi yang terisolasi dianggap ideal untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Baginya, semakin tinggi tempat ibadah, semakin dekat pula dengan surga. Hingga kini, gereja ini tetap dijaga oleh imam lokal yang mewarisi tanggung jawab spiritual secara turun-temurun.
Keputusan untuk mendirikan gereja di tebing yang sulit dijangkau juga memiliki makna simbolis: iman sejati menuntut perjuangan. Dengan mendaki ke tempat ini, umat diajak untuk merenungkan kembali arti pengorbanan dan ketekunan dalam kehidupan spiritual.
Lukisan Dinding yang Menakjubkan: Seni yang Bertahan oleh Alam
Begitu memasuki ruang dalam gereja, pengunjung akan disambut oleh lukisan dinding (fresko) kuno yang masih terjaga dengan indah. Dinding batu dihiasi gambar Dua Belas Rasul, Musa, Paulus, dan berbagai tokoh Alkitab lainnya.
Yang membuat lukisan ini istimewa adalah bahan alami yang digunakan: pigmen dari bunga, buah, tanah liat, hingga mineral lokal. Warna-warna tersebut tetap bertahan berabad-abad lamanya, terlindungi oleh iklim kering pegunungan Gheralta dan posisi gereja yang tersembunyi dari hujan maupun sinar matahari langsung.
Beberapa peneliti memperkirakan lukisan ini berasal dari abad ke-15, namun tradisi lokal percaya bahwa sebagian sudah ada sejak abad ke-6. Apapun kebenarannya, seni ini bukan sekadar dekorasi, tetapi narasi visual yang meneguhkan iman dan menjadi penghubung antara masa lalu dengan masa kini.
Tradisi yang Hidup: Baptisan dan Ziarah di Ketinggian
Salah satu tradisi paling menyentuh adalah baptisan bayi di Abuna Yemata Guh. Meski jalur menuju gereja penuh risiko, banyak keluarga Ethiopia dengan penuh keyakinan membawa anak mereka mendaki hingga ke puncak. Mereka percaya bahwa baptisan di gereja ini memberikan berkah dan perlindungan khusus yang akan menyertai anak sepanjang hidupnya.
Selain itu, setiap tahun masyarakat lokal mengadakan ziarah dan perayaan hari santo di gereja ini. Doa-doa dilantunkan dalam bahasa Ge’ez, bahasa liturgi kuno yang masih dipertahankan oleh Gereja Ortodoks Ethiopia. Lagu-lagu rohani dan doa tersebut menciptakan suasana yang membuat peziarah merasa benar-benar dekat dengan Tuhan.
Tradisi yang berlangsung turun-temurun ini menunjukkan bahwa Abuna Yemata Guh bukan sekadar peninggalan sejarah, melainkan ruang spiritual yang tetap hidup hingga hari ini.