Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seppuku: Ritual Mengakhiri Hidup dengan Terhormat Para Samurai

14 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 14 Januari 2024   07:21 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: 1 tin nhắn mới (tournhatban.net.vn)

Seppuku (切腹) adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. 

Ritual ini memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, serta menjadi bagian penting dari kode etik kehormatan samurai yaitu bushido. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang asal-usul, proses, dan makna dari seppuku, serta pengaruhnya dalam budaya modern.

Asal-Usul Ritual Seppuku

Tradisi seppuku berasal dari abad ke-12, ketika Minamoto no Yorimasa, seorang bangsawan dan pujangga, memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terhormat daripada ditangkap oleh musuh dalam Pertempuran Uji. Ia menusuk perutnya dengan sebuah pisau pendek, biasanya sebuah tantō, hingga perutnya terbelah. 

Sejak saat itu, seppuku menjadi pilihan bagi kelas atas dan kelas samurai untuk menebus kejahatan, mendapatkan kembali kehormatan yang hilang, atau menghindari penangkapan memalukan oleh musuh dalam perang.

Seppuku juga menjadi bagian penting dari bushido, kode etik kesatriaan golongan samurai. Bushido berarti "jalan prajurit", dan meliputi delapan kebajikan, yaitu kebenaran, keberanian, kebaikan, rasa hormat, ketulusan, kehormatan, loyalitas, dan kontrol diri. 

Seppuku dianggap sebagai tindakan yang mencerminkan nilai-nilai bushido, terutama keberanian, kehormatan, dan loyalitas. Seppuku juga merupakan cara untuk menunjukkan rasa penyesalan dan permintaan maaf kepada orang-orang yang dipedulikan.

Proses Ritual Seppuku

Proses seppuku tergantung pada jenis dan tujuannya. Ada dua bentuk seppuku yaitu:

 Versi Singkat Medan Perang

Dalam medan perang, seppuku dilakukan secara cepat dan sederhana untuk menghindari ditangkap atau disiksa oleh musuh. Samurai menusuk perutnya dengan pisau pendek, biasanya sebuah tantō, hingga perutnya terbelah. 

Setelah itu, biasanya seorang pelayan atau teman dari samurai, yang disebut kaishakunin, akan memenggal kepalanya untuk mengakhiri penderitaannya. Kaishakunin adalah orang yang dipercaya oleh samurai untuk melakukan tugas ini, dan harus memenggal kepalanya dengan satu pukulan katana yang tepat dan bersih. Jika kaishakunin gagal, ia harus melakukan seppuku juga.

Versi Upacara Formal

Dalam versi formal, seppuku dilakukan dalam sebuah upacara yang melibatkan beberapa tahapan, seperti:

- Mandi dan mengenakan kimono putih sebagai simbol kemurnian.

- Memakan menu favorit sebagai makanan terakhir.

- Meletakkan pedang di sebelah kirinya sebagai alat untuk memotong perutnya.

- Membaca puisi kematian sebagai pesan terakhir.

- Meminum sake sebagai minuman perpisahan.

- Memotong perutnya di depan saksi-saksi, biasanya orang-orang yang berwenang atau berpengaruh.

- Menengadahkan kepalanya sebagai isyarat agar kaishakunin memenggalnya dengan satu pukulan katana.

Versi formal ini biasanya dilakukan sebagai hukuman mati bagi samurai yang melakukan kejahatan atau melanggar kode etik bushido. Contoh terkenal dari versi formal ini adalah seppuku yang dilakukan oleh Asano Naganori, seorang daimyo (pemimpin feodal) yang menyerang seorang pejabat istana, Kira Yoshinaka, karena merasa dihina olehnya. 

Akibatnya, Asano dihukum mati dengan seppuku, dan 47 pengikutnya yang setia, yang disebut ronin (samurai tanpa tuan), membalas dendam dengan membunuh Kira. Setelah itu, mereka juga melakukan seppuku sebagai bentuk kesetiaan kepada tuannya. Kisah ini dikenal sebagai Chushingura, dan menjadi salah satu legenda paling terkenal dalam sejarah Jepang.

Makna Ritual Seppuku

Seppuku adalah ritual bunuh diri yang sangat menyakitkan dan berdarah, tetapi dianggap sebagai tindakan yang berani, setia, dan bermartabat oleh para samurai dan masyarakat Jepang. 

Seppuku merupakan cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada diri sendiri, keluarga, tuan, dan negara. Seppuku juga merupakan cara untuk menghapus noda dari nama baik dan menjaga kehormatan. Seppuku juga merupakan cara untuk menghindari nasib yang lebih buruk, seperti ditangkap, disiksa, atau dibunuh oleh musuh. Seppuku juga merupakan cara untuk mengungkapkan protes atau kritik terhadap keadaan yang tidak adil atau tidak sesuai dengan nilai-nilai bushido.

Pengaruh Ritual Seppuku dalam Budaya Modern

Seppuku terus dilakukan hingga abad ke-19, ketika Jepang mengalami modernisasi dan reformasi. Pada tahun 1873, pemerintah Jepang melarang praktik seppuku, kecuali dalam kasus-kasus tertentu yang memerlukan persetujuan khusus. 

Namun, seppuku masih dilakukan oleh beberapa tokoh terkenal dalam sejarah Jepang, seperti Saigo Takamori, yang memimpin pemberontakan samurai melawan pemerintah pada tahun 1877, dan Yukio Mishima, yang melakukan seppuku sebagai protes terhadap hilangnya nilai-nilai tradisional Jepang pada tahun 1970.

Dalam budaya modern, seppuku jarang dilakukan, tetapi masih memiliki pengaruh dalam seni, sastra, dan film Jepang. Seppuku dianggap sebagai simbol keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan diri. Beberapa karya yang menggambarkan atau menginspirasi dari seppuku antara lain:

- Hagakure, sebuah buku yang berisi ajaran dan anekdot tentang bushido, yang ditulis oleh Yamamoto Tsunetomo, seorang samurai yang ingin melakukan seppuku setelah kematian tuannya, tetapi dilarang oleh hukum.

- Harakiri, sebuah film yang menceritakan tentang seorang ronin yang meminta untuk melakukan seppuku di kediaman seorang daimyo, tetapi ternyata memiliki tujuan lain yang terkait dengan kematian putranya.

- The Last Samurai, sebuah film yang menceritakan tentang seorang tentara Amerika yang bergabung dengan pemberontakan samurai melawan pemerintah Jepang, dan akhirnya melakukan seppuku bersama dengan pemimpin samurai, Katsumoto.

- Patriotism, sebuah cerita pendek yang ditulis oleh Yukio Mishima, yang juga diadaptasi menjadi film, yang menceritakan tentang seorang letnan dan istrinya yang melakukan seppuku bersama-sama setelah terlibat dalam kudeta militer yang gagal.

Seppuku adalah ritual yang memiliki makna yang dalam dan kompleks, serta menjadi bagian dari identitas dan budaya Jepang. Seppuku mengajarkan kita tentang nilai-nilai kehormatan, kesetiaan, dan pengorbanan diri, tetapi juga mengingatkan kita tentang dampak negatif dari kekerasan, kematian, dan penderitaan. Seppuku adalah ritual yang patut kita hormati, tetapi juga patut kita kritisi.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun