Mohon tunggu...
Andri Sbr
Andri Sbr Mohon Tunggu... Administrasi - Saung Tulis

Violet yang tegang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hompimpa Alaihum Gambreng, dari Tuhan Kembali ke Tuhan

17 April 2020   15:27 Diperbarui: 17 April 2020   15:28 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah ini berarti kepanikan ini adalah permainan? Apakah ini berarti mengesampingkan kemanusiaan dan kehidupan dengan menganggap ini semua permainan?

"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sendau gurau. Dan jika kamu bermain serta bertaqwa, (maka) Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan dia tidak meminta-minta hartamu' (QS Muhammad, ayat 36)". 

Saya seorang Kristiani, dan saya rasa saya tidak berkapasitas menjelaskan ayat tersebut, saya hanya merasakan makna yang sangat dalam terkandung dalam ayat itu, ini adalah ayat yang hebat ! Pertama kali saya membaca kutipan ayat tersebut dari artikel yang ditulis oleh Ibu Irma Sustika. "Hidup adalah Permainan, Bermainlah dengan Riang dan Penuh Rasa Syukur", begitulah judul tulisan tersebut. Isi artikelnya sangat bagus sekali untuk dibaca dan direnungkan sebagai cermin dalam kehidupan (Terbit di kompasiana.com pada tanggal 19 Oktober 2011).

Hidup memang seperti sebuah permainan. Start! Setelah itu mempersiapkan segala sesuatunya sesuai level, berhadapan dengan tanggung jawab. Kalah! Ulang lagi dengan persiapan yang lebih matang, naik level, dihadapkan lagi dengan tanggung jawab yang lebih besar, dan begitu seterusnya sampai akhirnya kita menemukan titik tamat masing-masing.

Apa yang terjadi bila kita panik dalam sebuah permainan?

Tentu buyar!

Gerakan tangan mulai tidak terkontrol, konsentrasi bercabang-cabang yang mengakibatkan blur pada pandangan. Emosi yang tadinya baik menjadi meledak tak terarah, pasti kalah! Toh, kita bisa mengulanginya lagi bukan? Bisa, jika kita punya banyak waktu, namun ingat! Pemilik "waktu" adalah Sang Khalik, bukan si pemilik rental perangkat permainan. Ini bukan saatnya untuk panik.

Jadi bagaimana selanjutnya?

Jangan panik ! Memang sesederhana itu.

Pemerintah sudah mengkoordinasikan dan menjaga stok kebutuhan masyarakat dengan seksama. Pemerintah juga memberikan bantuan dan himbauan agar makroprudensial aman terjaga. Menarik semua uang dari rekening dan memborong kebutuhan sehari-hari hanya akan menambah masalah. Belanjalah dengan bijaksana. Kita masih diizinkan keluar rumah dengan tujuan membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Jadi tak perlu terlalu banyak stok sana, stok sini.

Tariklah uang dari rekening sewajarnya. Apabila semua orang menarik secara massal dalam jumlah besar bisa mengakibatkan rush money / bank panic yang tentunya berdampak lebih buruk bagi perekonomian bangsa. Ingat, berdampak buruk bagi perekonomian bangsa, bukan hanya bagi perekomian orang per orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun