Mohon tunggu...
Andriono KurniawanMPd
Andriono KurniawanMPd Mohon Tunggu... Guru - kolumnis

Pemerhati dibidang sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Menerapkan Blue Ocean Strategy

14 Mei 2024   09:54 Diperbarui: 14 Mei 2024   17:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Fenomena persaingan dua raksasa softdrink di negara Amerika Serikat banyak memberikan kita pelajaran berharga. Baik Softdrink A maupun softdrink B menerapkan strategi ofensif untuk menjadi hegemoni di tanah Paman Sam tersebut. Kedua tim pemasaran melakukan riset yang membongkar kekurangan lawannya. Publik dipertontonkan bahwa dua softdrink besar tersebut memiliki sisi negatif satu sama lain. Ini adalah bencana.

Apa yang terjadi di atas adalah strategi yang saling menyakiti yang dikenal dengan istilah Red Ocean Strategy. Strategi ini mengubah samudra menjadi merah karena mereka yang tersakiti akan balas menyakiti. Ketika mereka saling menyakiti, maka yang ada hanyalah darah dan air mata.

Apa yang terjadi di atas adalah strategi yang saling menyakiti yang dikenal dengan istilah Red Ocean Strategy. Strategi ini mengubah samudra menjadi merah karena mereka yang tersakiti akan balas menyakiti. Ketika mereka saling menyakiti, maka yang ada hanyalah darah dan air mata.

Lain halnya jika pemilik kedua softdrink tersebut berpikir Blue Ocean Strategy. Strategi yang sudah tidak menganggap persaingan sebagai sesuatu yang masih relevan. Ketika mereka memilih strategi Blue Ocean, maka bisa saja mereka membagi wilayah USA menjadi dua. Terdapat 50 negara bagian di Amerika Serikat dan itu sangatlah luas sekali. Softdrink A menjual produknya di 25 negara bagian dan softdrink B pun 25 negara bagian. Dengan demikian publik tidak akan disajikan persaingan yang saling membongkar aib masing-masing.

Jika antara dua produk yang sama jenisnya saja bisa diterapkan strategi Blue Ocean, apalagi jika dua produk barang/jasa yang berbeda. Di Indonesia sudah banyak menerapkan strategi ini. Mari kita bahas satu persatu.

Untuk memudahkan nasabah dalam menarik uang, sebuah bank akan menempatkan ATM nya di tempat-tempat yang strategis dan aman. Tentunya bank tersebut tidak mau ATM nya dibobol maling. Membayar satpam dan memasang CCTV adalah tindakan yang harus menjadi pertimbangan. Taruhlah untuk menggaji keamanan ATM satu bulan adalah Rp 1.000.000. Maka apabila sebuah bank memiliki 50 outlet ATM , biaya untuk satpam nya saja adalah Rp50.000.000 dan itu belum pengeluaran listriknya.

Lebih joss lagi ketika para bank bekerjasama dengan mall dan minimarket. Pihak bank tidak perlu susah susah uji pasar menentukan mana lokasi yang strategis karena itu sudah dilakukan oleh pemilik mall dan minimarket. Keuntungan akan didapat oleh kedua belah pihak. Bank dapat tempat yang lebih nyaman dan aman dengan biaya yang jauh lebih rendah. Pemilik mall dan minimarket mendapatkan pengunjung. Tentunya dengan menempatkan posisi ATM di tempat tempat strategis sehingga pengunjung tersebut akan dibuat tertarik dengan tawaran- tawaran dan etalase yang menjajakan produk-produk up to date disertai potongan harga menarik.

Yang kedua. Ada sebuah outlet barbershop di sebuah kota besar di Jawa Timur yang menawarkan apabila kita potong rambut di outlet tersebut, maka dapat satu botol minuman softdrink. Dengan margin tipis, para konsumen berdatangan karena merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan outlet tersebut walaupun harganya lebih tinggi dibandingkan dengan tempat lainnya. Dilengkapi dengan ruang tunggu ber AC, dan barber berseragam, pelayanan barbershop membuat nyaman para konsumen.

Masih banyak kreativitas para pengusaha Indonesia yang menerapkan Blue Ocean Strategy yang merupakan ilmu simbiosis mutualisma dalam berbisnis yang memberikan win win solution pada semua pelaku bisnis. Blue Ocean Strategy pun ternyata bisa juga diterapkan di luar dunia bisnis. Di dunia pendidikan pun bisa saja asalkan menguntungkan semua pihak.

(Andriono Kurniawan, kolumnis, pemerhati sosial politik )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun