Mohon tunggu...
Andri Imam Fauzi
Andri Imam Fauzi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler

Explore the outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Brown Canyon Semarang, Gratis tapi Ada yang Harus Dikorbankan

5 April 2019   21:49 Diperbarui: 5 April 2019   22:06 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hi, udah lama gak nulis dan share pengalaman karena satu dan lain hal, tapi sekarang coba balik lagi.

Beberapa waktu lalu, tepatnya di awal bulan Maret 2019, saya nyoba jelajah salah satu wilayah di Jawa Tengah yang terkenal dengan suhu panas kotanya. Semarang. Salah satu kabupaten di Jawa Tengah ini punya berbagai destinasi wisata, baik yang di kota atau di pelosok kotanya. Pilihan saya jatuh ke Brown Canyon.

Sempet penasaran sama foto-foto yang diposting orang di sosial media, yang berhubungan dengan lokasi ini. The power of social media, sukses bikin saya makin penasaran sama tempat ini. Banyak yang bilang kalo ini "Grand Canyon"-nya Indonesia. Buat yang belum tau Brown Canyon itu destinasi apa, gampangnya, ini sebenernya adalah lahan tambang yang hasilnya nanti dijadiin bahan baku bangunan.

Ke tempat ini saat musim hujan, yang kayak saya lakuin bisa dibilang adalah sebuah perjuangan. Pertama, saya ke sini naik transportasi umum, TransJateng. Buat yang mau ke sini dari pusat kota Semarang, dan gak sedia kendaraan pribadi, saya rekomendasiin naik TransJateng ini. Kenapa? Murah dan pasti, itu jawabannya. Gak perlu takut ditipu soal tarif harga, karena cukup bayar Rp3.500 dan sampe halte terdekat, yaitu halte Pucanggading.

Terus, dari halte Pucanggading ke lokasinya gimana? jalan kaki bisa? bisa, tapi itu makan waktu. Dari halte itu ke lokasi, bisa pake jasa ojek konvensional atau pake jasa ojek online.

Kalo tadi saya bilang ke sini adalah sebuah perjuangan, terus letak perjuangannya di mana? Wong transportasinya gampang kok. Bener emang, transportasinya gampang, tapi medan yang bakal dilaluin, terutama pas naik kendaraan roda dua, di sana lah perjuangannya.

dok. pribadi
dok. pribadi
Awalnya emang jalan beraspal yang dilaluin, tapi makin deket ke lokasi saat musim hujan gini, bikin kita yang dibonceng secara otomatis bakal ngangkat kaki agak tinggi, biar gak kena cipratan lumpur yang ada di kubangan jalan. Jalannya bukan lagi jalan aspal mulus ya, tapi jalan tanah yang kalo musim hujan pasti bakal berlumpur, dan pas musim panas bakal berdebu. kebayang kan?

Kalo diliat dari jalannya, kayaknya lokasi ini belum setenar dan seutama destinasi di tempat-tempat pada umumnya, karena bisa diliat dari akses yang mendukung buat bisa sampe ke sana, salah satunya. Dari situ saya mikir, wah masih alami nih pasti, gak banyak ini-ini, ita-itu yang secara gak langsung bisa ngurangin keautentikan lokasinya.

Gak lama, driver ojek online saya bilang, "itu, Mas udah keliatan tebingnya." Ya, bener, dari balik dedauan dan semak yang ada di pinggir jalan, udah keliatan dari kejauhan lokasi yang saya tuju. Dari titik itu, saya bilang dalam hati, "kayaknya gak sia-sia perjuangan ini".

Dua buah puncak tebing menjulang sambil melirik kehadiran saya yang menuju ke sana. Oh, iya waktu yang tepat pas ke sini, menjelang sore atau pas mau menuju sunset. Pertama, karena cuacanya udah gak terik, kedua karena dari pagi sampe sore masih ada aktivitas tambang yang dilakuin sama warga.

Ya, sampe juga di lokasi. Saat motor driver ojek online saya berenti dan driver-nya bilang kalo kita udah sampe ke titik yang bisa dijangkau oleh motor, saya mikir wah.. becek juga ya, sepanjang pengelihatan ke arah jalan, yang diliat cuma lumpur dan genangan. Gimana nih lewatnya? Ya, dilewatin dong..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun