Mohon tunggu...
Andri Limka
Andri Limka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik membaca, menulis, dan membagikannya kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah Tidak Meriah?

4 April 2021   07:52 Diperbarui: 4 April 2021   07:54 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur Paskah (Gambar oleh anncapictures dari Pixabay)

Sudah dua tahun alias dua kali Paskah dirayakan dalam suasana Pandemi Covid-19.

Itu artinya perayaan Paskah tidak dirayakan secara meriah seperti tahun-tahun sebelum adanya pandemi. Selain itu perayaan misa di Gereja juga dilaksanakan secara terbatas (jumlah umat dibatasi karena Gereja harus tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan menghindari kerumunan massa.

Namun apakah Paskah menjadi kehilangan makna karena dirayakan dalam situasi pandemi Covid-19?

Jawabannya: Tidak.

Pertama, tahun ini bukanlah tahun pertama Paskah tidak dirayakan secara meriah. Namun sudah yang kedua kalinya, artinya situasi yang tidak memungkinkan dan bukan menjadi keinginan semua pihak ini sudah dapat dipahami dan tidak dapat dipaksakan.

Kedua, Paskah tetap tidak kehilangan maknanya entah dirayakan secara meriah atau sederhana. Paskah tetaplah merupakan perayaan kebangkitan Yesus atas alam maut atau kematian.

Maka, umat Kristiani yang merayakan Paskah di Gereja ataupun di rumah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan tetap dapat memaknai perayaan Paskah ini.

Kemenangan Yesus atas alam maut memberikan harapan bahwa manusia tidak boleh berhenti berharap dan berusaha serta tidak hanya terpaut dan terpaku pada situasi yang ada.

Situasi pandemi yang tidak diinginkan oleh semua pihak karena membatasi gerak manusia dalam beraktivitas.

Pandemi juga yang membuat banyaknya korban yang harus merelakan nyawanya akibat melawan pandemi tidak akan sia-sia.

Umat manusia bangun, bersatu, dan saling bahu membahu dengan segala upaya yang dimiliki agar dunia yang ditinggali ini dapat kembali membaik seperti sedia kala.

Segala pertikaian, percekcokan, dan kesalahpahaman yang telah timbul hendaknya dikesampiingkan dan mengutamakan penyelamatan dunia dengan caranya masing-masing.

Pandemi mengajarkan manusia agar lebih bersyukur lagi dengan apa yang sudah dimiliki. Tidak melulu mencari dan terus mencari. Inilah saatnya menikmati yang sudah ada.

Pandemi mengajarkan manusia lebih peka dan peduli terhadap situasi sekitar dalam lingkup yang paling dekat dan paling kecil yaitu keluarga. Bagaimana keluarga yang selama ini telah diabaikan oleh karena urusan pekerjaan dan hal lainnya.

Inilah waktunya merajut kembali hubungan dalam keluarga. Menikmati setiap peristiwa-peristiwa kehidupan secara lebih sadar dan bersama-sama. Ada orang yang patut dikasihi dibangding urusan pekerjaan yang tidak akan pernah selesai.

Pandemi mengajarkan manusia lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Mungkin selama ini manusia lalai dan tidak peduli dengan doa meski ia punya keyakinan akan Sang Pencipta dan Pemelihara Kehidupan. Tetapi karena kesibukan segala sesuatu yang diterima dari Sang Ilahi dilalui begitu saja tanpa ada rasa syukur dan terima kasih kepada-Nya.

Dalam hal ini setidaknya ada ungkapan doa yang terselip dalam lidah dan hati manusia ketika melihat banyaknya korban berjatuhan akibat Covid-19, “Semoga Covid-19 ini cepat berlalu.”

Paskah tahun ini yang tidak akan jauh berbeda dari Paskah tahun lalu namun tentu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya membuat manusia khususnya umat Kristiani akan menjadi sadar terhadap pentingnya perayaan Paskah dan pentingya merenungkan karya penyelamatan Allah bagi manusia.

Dengan demikian, seandainya tahun depan sudah tidak adanya lagi pandemi dan Paskah dapat dirayakan dengan lebih meriah dan sebagaimanamestinya maka makna Paskah akan lebih mendalam lagi di hati.

Selamat Paskah 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun