Mohon tunggu...
Andri Kurni19
Andri Kurni19 Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret

Saya adalah mahasiswa yang menekuni bidang pendidikan dan pengajaran yang saat ini sedang melakukan studi yang orientasinya ke arah pendidikan bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Bermutu di Indonesia; Upaya Menghadapi Tantangan Abad 21

27 September 2025   23:31 Diperbarui: 27 September 2025   23:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Membacalah untuk menulis, dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat"Walaupun sederhana namun, menjadi bukti nyata mensyukuri segala karunia Tuhan atas nama pendidikan dan perjuangan"

Era globalisasi menunjukkan perubahan yang begitu pesat mukai dari transformasi pengajaran tradisional ke digital dan pemertahanan skema tradisional berbasis kekuatan didaktik-metodik. Pendidikan merupakan salah satu elemen yang menjadi sasaran globalisasi yang bersifat berkembang tanpa ada batasan baik paradigma maupun struktur kekomprehensifan pengimplementasiannya di berbagai negara. Hal ini termasuk di Indonesia, berdasarkan survei global yang diunggah di media digital, penggunaan AI (Artificial Intellegient) menjadi salah satu fenomena nyata yang selalu diperbincangkan. Transformasi pendidikan yang memastikan berubahnya metode pengajaran dan pembelajaran di berbagai jenjang memang nyata, melalui beredarnya berita AI, sebagai kecerdasan buatan manusia yang dirasa mampu menjembatani kesenjangan pendidikan di Indonesia. Namun demikian, pembaruan yang dihasilkan berpengaruh terhadap esensi pendidikan yang bermutu untuk semua dan siap menghadapi tantangan abad 21.

Tantangan pendidikan di abad 21 berupa pemahaman yang wajib dikuasai oleh pendidik dan peserta didik beupa kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, upaya kreatif, selalu berkolaborasi, dan penguatan berkomunikasi. Hal ini selalu digaungkan oleh salah satu Guru Besar UNS yakni Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., yang menjadi pilar pemertahanan NKRI melalui pendidikan yang berkesadaran dan bermartabat. Salah satu tombak yang ampuh untuk menyiapkan pendidikan bermutu bagi multigenerasi NKRI ialah dengan rajin menulis dan membaca (Ratulisa). Gagasan ini menjadi inspirasi penulis saat ini, untuk berbagi cerita dengan realita yang ada, bagaimana caranya agar semua pendidik dan peserta didik siap menghadapi tantangan global yang eksistensinya terdapat dalam bidang pendidikan saat ini. Sebagai upaya nyata yang dapat diimplementasikan di seluruh tingkatan pendidikan di Indonesia, hal pertama yang diawali ialah menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Karena pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan pengamalan sila-sila Pancasila dan UUD 1945.

Kriteria pendidikan berbasis kesadaran global yang bermutu, ideal, dan bermartabat yang selalu diupayakan oleh negara Indonesia harus mengarah pada keterampilan 4C (critical thingking, collaboration, communication, dan creativity). Keempat aspek tersebut menjadi perisai untuk memajukan pendidikan yang bermaslahat dan berkesinambungan secara global. Opsi yang pertama ialah berpikir kritis, yang menjadi solusi bagi pendidik dan peserta didik untuk selalu memperdalam pemahaman sehingga ketajaman berpikir dapat menentukan baik, buruk, sesuai, tidak sesuai, dan optimalisasi segala hal yang sedang diupayakan dalam proses pendidikan di Indonesia. Peran penting berada di tangan pendidik, yang harus mendidik dengan hati sanubari agar proses mendidik sampai pada kemampuan berpikir kritis. Fenomena nyata saat ini, keberadaan AI mempengaruhi dominasi kemampuan berpikir kritis pelaku pendidikan, karena merasa dimudahkan dengan praktisitas alat tersebut. Imbasnya, yang terjadi di lapangan proses belajar secara hierarkis dari peserta didik untuk pendidik, menjadi semakin berkurang. Kekurangan ini dapat ditinjau dari kemauan insan pendidikan untuk berliterasi secara berkelanjutan. Literasi sebagai pondasi membentuk generasi bangsa yang terdidik dan terbaik yang dilandasi niat yang tulus sebagai bentuk syukur atas segala karunia Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai konsep tersebut, penulis mengajak semua aktivis, pemerhati, pengelola, dan pelaksana pendidikan Indonesia untuk selalu membelajarkan diri secara konsisten, agar kemampuan berpikir kritis mampu memberikan sumbangsih bagi efektivitas pelaksanaan pendidikan.

Kolaborasi juga penting untuk memperkuat potensi pendidik dan peserta didik dalam berjuang mencapai segala tujuan yang telah direncanakan melalui pendidikan yang bermakna dan mendalam. Pembiasaan berkolaborasi berarti mengupayakan kerjasama dari berbagai pihak dalam pendidikan yang diarahkan kepada sasaran pendidikan berupa subjek pendidikan, yakni para peserta didik/pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggalakan kegiatan literasi masa kini yang dimulai dari rajin menulis dan membaca sebagai dedikasi awal untuk menerangi kehidupan para subjek didik agar tidak buta informasi dan aksi. Konsep ini disertai pembuktian di kehidupan nyata, bahwa para pembelajar ikut melakukan aksi demonstrasi yang sebenarnya harus didasari dengan pengetahuan dan keterampilan berkolaborasi.

Komunikasi juga mendukung kemajuan pendidikan Indonesia yang menempatkan insam pendidikan sebagai sumber daya manusia yang unggul dan bermartabat. Pentingnya berkomunikasi menjadi penilaian utama, bagaimana pendidikan menghasilkan regenerasi NKRI yang beradab dan bertanggungjawab, salah satunya melalui potensi berbahasa Indonesia. Kenapa bahasa Indonesia? Sebab, bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang sudah diresmikan sejak tanggal 28 Oktober 1928, yang dinamakan sebagai hari sumpah pemuda. Dengan ini, maka pembelajar menjadi agen penerus bangsa yang harus mampu berkomunikasi secara santun dan komunikatif. Oleh karena itu, penulis selalu mengingat dan menerapkan dedikasi dari salah satu tokoh pendidikan yang dijumpai, dan memiliki julukan sebagai Bapak Ratulisa (Bapak Muhammad Rohmadi) sehingga pada kesempatan ini, mampu berkolaborasi menjadi pilar pemertahanan negara berbasis pendidikan yang difasilitiasi oleh website Kompasiana.

Terkahir, adalah kreativitas sebagai perisai penting bagi insan pendidikan Indonesia untuk selalu berbagi dan berupaya menyumbangkan segala potensi yang dimiliki, sehingga implementasi segala program pendidikan tetap efektif dan berorientasi pada tercapainya Indonesia emas pada tahun 2045 mendatang. Fenomena nyata saat ini, dengan pendidikan yang berusaha mengevaluasi dampak digitalisasi secara global yang merupakan hasil dari globalisasi, banyak perubahan yang membawa kemajuan bagi pendidikan Indonesia. Kreativitas yang dapat diamati ialah banyaknya pengembangan bahan ajar, format penilaian, program pengajaran dan pembelajaran yang dapat mengatasi kesenjangan yang terdapat dalam linimasa dan masa depan NKRI. Seutuhnya, pendidikan yang menempati posisi sentral untuk memaksimalkan segala bidang yang membangun keutuhan sebuah bangsa, karena sumber daya manusia yang dihasilkan mempengaruhi stabilitas pendidikan secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bermutu untuk semua dan dapat menghadapi tantangan abad 21 berupa berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. Keempat aspek ini menjadi pilar yang berharga bagi Indonesia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang multikompetensi untuk mengisi kebutuhan negara dari berbagai lini secara adaptif. Pendidikan yang berbasis digital merupakan tantangan yang utama, karena mempengaruhi optimalisasi hasil pendidiikan yang ditinjau dari kelebihan teknologi dan informasi yang diakses secara digital/online. Namun, penulis menggeneralisasi bahwa kemajuan pendidikan di era digital tetap dimulai dari upaya menekankan pentingnya kemampuan berliterasi melalui ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk mencapai pemahaman 4C, sesuai paradigma pendidikan abad 21. Dengan upaya ini, pembelajar akan menghayati bagaimana kinerja pendidikan dalam memajukan sebuah bangsa sesuai tujuan utama yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun