Mohon tunggu...
Andri Asmara
Andri Asmara Mohon Tunggu... Musisi - Penulis

Musik adalah serpihan bebunyian surga yang jatuh ke dunia.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Menilik Geliat Musik Nasional Sepanjang 2019

2 Desember 2019   22:38 Diperbarui: 3 Desember 2019   05:39 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Tak terasa tahun 2019 akan segera berakhir. Rutinitas yang padat sudah mengantarkan kita berada di penghujung tahun secara cepat. Banyak peristiwa yang datang silih berganti, baik suka maupun duka di negeri ini. 

Begitupun pada skena musik, yang sangat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu saya ajak pembaca sekalian untuk ikut menyimak apa saja yang menjadi bagian penting di skena musik tanah air tahun 2019.

  • Kebutuhan dan Pemenuhan Konsumsi Musik

Jumlah penikmat musik di Indonesia tergolong tinggi, kebutuhan untuk mendengarkannya pun masif. Ini yang membuat pegiat musik masih menaruh optimis untuk berkarya sebaik-baiknya, karena karyanya masih dinantikan oleh pendengar.

Namun dengan adanya pergeseran pola distribusi musik, (yang pernah saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya) membuat pendengar menjadi sangat merdeka dalam memilih apa yang ingin didengarkannya. 

Ini membuat tren musik yang ada cepat sekali untuk berganti. Pendengar cepat bosan dan mereka selalu menuntut kebaruan. Padahal belum tentu mereka menghayati satu persatu apa yang mereka dengarkan.

Namun, pegia  atau pelaku musik di Indonesia jumlahnya juga makin banyak di setiap generasinya. Terlepas dari bermutu atau tidak musik yang dibuat, mainstream atau berbeda, coba anda perhatikan: hampir setiap minggu ada yang baru telah menghiasi timeline utama kita di tampilan Youtube. 

Entah itu band darimana, dari teman kita, atau teman dari teman kita, algoritma Youtube menampilkannya. Begitu pula dengan feed medsos yang lainnya. 

Jumlah musisi juga bertambah banyak dan juga beragam gaya musiknya.

Saya bisa katakan, sebenarnya antara kebutuhan dan pemenuhan akan menikmati musik di tahun ini cukup berimbang. Sepertinya kita sudah tak lagi kehausan. 

ilustrasi: Penyanyi Kunto Aji tampil di hari pertama Synchronize Festival 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/10/2019).(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
ilustrasi: Penyanyi Kunto Aji tampil di hari pertama Synchronize Festival 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/10/2019).(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Yang suka berselancar di platform daring dapat menemukan berbagai musik yang mereka inginkan disana. Sebaliknya, yang suka mendengarkan via rilisan fisik, sekarang sudah merebak penjual-penjual vinyl dan kaset yang cukup laris diserbu pembeli.

Geliat konsumsi akan musik sudah menemukan jalannya sendiri. Namun tingkat pemahaman musiknya terkadang berbeda. Pendengar yang baik, akan selalu merasakan mana musik yang membawa kandungan-kandungan material yang bermutu setelah mereka mendengarkan dengan seksama. 

Namun apadaya, budaya menonton secara instan lebih relate dan tak menguras banyak tenaga. Jadi terkadang musik yang bagus dan bermutu akan dengan mudah di-skip dengan cepat dari lajur konsumsi musik.

  • Merebaknya Konten Ngobrol dengan Musisi

Benar. Tahun ini cukup banyak yang membuat konten ngobrol dengan musisi yang dikemas dengan santai. Gofar Hilman, Soleh Solihun, Jimi Multazam, Anji, dan lain sebagainya memanfaatkan Youtube untuk menampilkan wacana obrolan ringan dengan para musisi.

Sebenarnya kalau kita cermati, mereka lebih menyorot tentang kehidupan musisinya, bukan mengupas tentang musiknya sendiri. Seperti gaya hidup, pertemanan, sudut pandang, selera, pengalaman unik, dan sebagainya. 

Bukan tentang kandungan musik, pengetahuan musikologis, dan misi-misi musik sendiri yang mana sebenarnya itu lebih penting daripada gaya hidup musisinya.

Namun konten ini menawarkan sesuatu yang penting bagi viewersnya, terutama soal sisi kemanusiaan dari musisi dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang yang professional. Konten ini bisa menjadi jembatan antara musisi dan penggemarnya dalam kaitannya dengan perspektif menghadapi dunia.

  • Topik Mental Illnes Ramai Dibicarakan.

Berawal dari kesuskesan album Mantra-Mantra milik Kunto Aji yang dirilis tahun 2018 akhir, sepertinya musisi kita banyak terinpirasi untuk menyuarakan lebih lantang seputar kesehatan jiwa. Mereka sama-sama menyuarakan self loving (mencintai diri sendiri) , langkah awal untuk memerangi stres yang mudah mendera manusia.

Hindia dalam album Menari Dengan Bayangan, Petra Sihombing dalam lagu Biji, Kunto Aji dalam lagu Rehat, dan yang baru yaitu Isyana dalam lagu Sikap Duniawi, mereka semangat untuk mengajak pendengar agar pelan-pelan mengendalikan situasi mental yang kadang kelewat rapuh. 

Mereka mengajak pendengar untuk lebih ikhlas menghadapi situasi, juga masa bodoh dengan omongan orang yang menyakitkan, dan berani melepas penderitaan itu dengan perlahan. Bahkan tak jarang mereka mau untuk membuka kesempatan bagi penggemarnya untuk berpartisipasi di pembuatan karyanya.

Topik seputar mental illnes menjadikan gaya musik berbelok menjadi gaya musik yang digunakan untuk terapi. 

Walaupun kemasannya pop, namun yang membedakan adalah pemilihan progresi akor yang semu seperti augmented, minor 7, atau bahkan diminis yang dibalut dengan sound ala Vaporwave yang sarat akan ambience menghanyutkan. Santai, tenang, sintetis, dan melegakan.

Konon musik Kunto Aji juga menerapkan sistem penyelarasan frekuensi terhadap respon tubuh pendengar yang diatur sedemikian rupa. Fenomena yang menarik, ketika musisi pop sudah peduli dengan sistematika musik terapi. 

Dan album Mantra-Mantra dari Kunto Aji memenangi penghargaan sebagai album terbaik AMI Award 2019 yang baru diumumkan 5 hari lalu. Jelas album ini akan lebih terasa impactnya di tahun 2020 karena layak untuk dijadikan acuan.

  • Koplo naik kelas

Sudah banyak yang bilang musik dangdut sekarang dinikmati berbagai kalangan, begitu juga dengan sub genrenya yaitu dangdut koplo. Siapa lagi kalau bukan ulah Feel Koplo yang awalnya remake koplo lagu indie, sekarang punya stage sendiri. 

Awalnya koplo yang biasa dinikmati kaum pinggiran, sekarang bukan lagi milik mereka. Koplo yang sekarang milik semua kalangan, karena koplo kita bisa joget sampai Los. Lossssssssss, sokkkk kabeh!

  • Comeback-nya Musisi-musisi Kawakan

Musisi yang pernah jaya di masanya, pada tahun ini banyak yang diangkat kembali untuk menjadi konsumsi millenial. Sebut saja Didi Kempot, Fariz RM, Nasida Ria, dan Reza Artamevia. 

Ini dikarenakan berkembangnya budaya populer di Indonesia sering mengarah ke kombinasi antara yang vintage dengan yang kekinian. Sebenarnya tak hanya di skena musik, ini terjadi di berbagai skena fashion, desain grafis, kolektor barang, dan tempat hiburan.

Selain menjadi kesempatan yang menguntungkan bagi musisi kawakan yang terangkat kembali namanya, fenomena ini juga saya syukuri karena dapat menguatkan kembali alur sejarah musik di Indonesia. 

Musik-musik yang terlupakan padahal nyatanya bermutu tinggi unsur musikalnya, akan secara otomatis dinikmati kembali oleh generasi yang tidak mengalaminya. 

Sadar sejarah dan menyukai peninggalannya adalah aksi nyata para millenial untuk menguatkan kembali pondasi skena musik yang sudah berjalan ini.

Sementara 5 point di atas adalah yang paling menonjol terjadi di tahun ini. Tentu masih banyak lagi yang mungkin lebih penting daripada 5 poin di atas. 

Namun dalam tulisan ini saya cukupkan hanya itu saja. Lalu jika ada pertanyaan, bagaimana arah musik di Indonesia di tahun 2020? 

Sejujurnya saya juga tidak bisa memprediksi, namun sebenarnya bisa untuk dicium gelagatnya. Akan tetapi tidak akan saya sampaikan pada tulisan ini.

Selamat tinggal 2019, terima kasih atas keramahannya dalam memelihara skena musik di Indonesia.

-Andri Asmara-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun