Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Lembaran yang Ditulis

21 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 21 Januari 2019   06:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.pixabay.com

Kertas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah barang lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dan sebagainya yang biasa ditulisi atau untuk pembungkus dan sebagainya. Kata-kata yang menarik hati adalah 'lembaran' dan 'biasa ditulisi'. Dua kata ini mengusik hayalanku, lembaran dan bisa ditulisi membawa ke ruang angan yang sepi.

Tulisan ini memulai rentetan kisah panjang soal kertas, lembaran dan yang bisa ditulisi. Mungkin saja ada kisah lain yang lebih akademis, dari hasil kajian dan penelitian. Atau kisah yang hanya drama penulis untuk sebuah kata bernama kertas. 

Namun, "kisah lembaran yang ditulisi" ini adalah awal mula tulisan-tulisan lain. Demi para pecinta kertas, bacalah untaian kata yang tidak puitis berikut ini:

Kertas adalah lembaran

dia bisa selembar

atau berlembar-lembar

bisa juga ribuan, ratusan, ribuan lembaran

lembar itu adalah alat

ruang sejarah

Kertas itu lembaran yang tipis. Hati-hati, jangan pernah membayangkan bahwa kertas tipis berhubungan dengan mesin ATM dan kartu debit setipis tempe. Bukan kawan, itu bukanlah perumpamaan yang tepat untuk kata lembaran yang tipis. Kita sudah sepakat bukan, jangan bayangkan! Kenapa masih membayangkan kertas tipis dengan kartu debit setipis tempe. Cukup sudah.

Jadi, ketipisan kertas itu bukan untuk diperdebatkan. Karena tipisnya kertas adalah pintu waktu dan sejarah. Lembaran tipis itu siap ditindih dengan alat apapun. Agar ada titik-titik atau garis yang terbentuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun