Arbi Sanit, Intelektual Pemberontak yang Memandang Cakrawala
Oleh: Andre Vincent Wenas
Bagaimana menjadi sadar politik? Lewat pergulatan mencari kebenaran melalui jalan ilmu pengetahuan dalam keseharian hidup kita.
Begitulah kira-kira salah satu simpulan dalam "Pergolakan Melawan Kekuasaan, Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik", buku yang ditulis Arbi Sanit tahun 1999 dulu.
Namun hati-hati, setiap peristiwa euphoria politik bisa saja menggerus ketajaman nalar sehat. Emosi dan fanatisme semulah yang membungkusnya.
Walau kadang perkataannya menyelekit, apa yang ia sampaikan adalah justru demi membongkar bungkus-bungkus kepalsuan itu.
Ia intelektual yang kerap "memberontak" terhadap bungkus-bungkus semu, seperti misalnya saja soal gelar akademik.
Di tengah berlomba-lombanya banyak para politikus dan pekerja birokrat yang mengoleksi gelar-gelar di depan maupun di buntut namanya, ia santai saja melenggang tak peduli dengan semua itu.
Tapi soal kedalaman dan ketajaman analisis sosial-politiknya, tak usah diragukan lagi. Analisanya bisa-bisa menyayat hati banyak pihak.
Tanpa tedeng aling-aling ia menyampaikannya, sambil tersenyum juga kadangkala.
Mengenal pribadi beliau di usia senjanya dalam forum-forum kecil diskusi, mengesankan keteguhan sikapnya.