Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kritiklah Pemerintah Sekeras-kerasnya dan Bantulah Sekuat-kuatnya!

12 Juli 2020   16:22 Diperbarui: 13 Juli 2020   07:11 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/6/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/wsj. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay via KOMPAS.com)

Maka diperlukan kepekaan yang lebih lagi untuk mendeteksi penyimpangan. Sensitivitas mendeteksi penyimpangan sedini mungkin menjadi imperatif demi menihilkan gaya gravitasi yang terus menerus menarik ke bawah.

Repotnya, seringkali gaya gravitasi ini berbentuk musuh dalam selimut yang memang sulit dideteksi, lantaran mulutnya yang selalu bersuara manis seolah bersahabat dalam jalinan koalisi. Tapi bak racun manis ia sesungguhnya sangatlah melumpuhkan, bahkan mematikan.

Kita juga berikhtiar untuk menjaga Presiden Joko Widodo, serta sangat berkepentingan untuk memastikan kerja administrasi pemerintahannya bisa berhasil. Berhasil untuk mengatasi dampak pandemi, yakni krisis akibat stagnasi ekonomi.

Presiden Joko Widodo saat ini adalah pilihan terbaik yang ada untuk mengawal perjalanan bangsa Indonesia menuju cita-cita ideal masyarakat adil makmur. Sampai nanti periode kepemimpinan beliau berakhir sesuai konstitusi.

Pekerjaan 'cuci piring' dari berbagai sengkarut warisan rejim lama belum selesai dikerjakan. Mulai dari soal utang konsumtif rejim lama, dosa kemanusiaan masa lalu yang belum tuntas dibereskan, juga ketertinggalan pembangunan infrastruktur yang terbengkalai puluhan tahun, ditambah lagi berbagai program yang menantang di masa depan yang perlu dikerjakan dari sekarang.

Soal pendidikan bagi generasi milenial sebagai tanggung jawab sejarah demi mengapitalisasi bonus demografi adalah agenda penting yang mesti dikerjakan mati-matian sekarang ini. Agar bonus demografi ini tidak hanya berlalu begitu saja denga percuma.

Ini kesempatan emas kita. Dan kesempatan emas ini hanya bisa diraih manakala generasi muda sekarang ini dipersiapkan sebaik-baiknya.

Dipersiapkan orang-orangnya, lewat program pendidikan dan kesehatan nasional, serta lingkungan sosial yang juga kondusif untuk mengoptimalkan segala potensi individual yang ada. Yaitu kondisi sosial yang toleran dan berdasarkan meritokrasi, menghargai prestasi ketimbang identitas suku, agama atau ras tertentu yang sempit.

Generasi muda kita mesti cerdas, sehat dan berada dalam habitat keIndonesiaan yang toleran, dan kondusif bagi mereka mengaktualisasikan segala potensi sumbe daya manusia yang unggul. Agar Indonesia bisa maju ke tengah pergaulan bangsa-bangsa dengan kepala tegak dan terhormat. SDM Unggul, Indonesia Maju!

Oleh karena itulah keterlibatan seluruh komponen masyarakat lewat daya kritis sangat diperlukan. Kritis juga untuk membedakan mana musuh pembangunan, yaitu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Mampu mengidentifikasi mana musuh dalam selimut dan mana yang sungguh tulus untuk membantu pemerintah sekuat-kuatnya.

Seperti kata seorang sahabat, Yustinus Prastowo, yang pernah bilang bahwa, "Kritik juga bisa membangunkan kita dari jebakan rutinitas dan belaian teknokrasi yang kadang meninabobokan. Ini politik, dan adrenalin musti kembali berdenyut dan berdegup, seiring detak perjuangan keseharian rakyat Indonesia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun