Kepala daerah petahana seperti ini jelas bermental pecundang, dan moralnya jelas sudah terpuruk ke titik nadir. Tak ada lagi rasa malu alias tidak tahu malu.
Dengan tersedianya berbagai macam media-sosial yang ada dalam genggaman masyarakat pemilih, mestinya informasi kecurangan yang dilakukan oleh para petahana ini bisa didiseminasi (sebar luaskan) untuk mendidik masyarakat untuk tidak lagi memilih para pecundang politik yang telah menyalahgunakan bansos ini.
Para pecundang politik seperti ini pastilah tidak pernah transparan dalam pengelolaan anggaran daerahnya, banyak yang diselingkuhi dengan pengaruh hegemoniknya terhadap para bawahan.
Hal lain yang juga mesti dicermati oleh masyarakat pemilih adalah soal kolusi dan nepotisme. Tandai saja mana kepala daerah yang rombongan keluarga besarnya (istri, suami, anak, dll) telah dengan semena-mena didudukkan dalam berbagai posisi jabatan.
Tanpa menghiraukan prinsip meritokrasi dan asas profesionalitas. Apalagi menghormati tatanan berdemokrasi yang sejati. Paling-paling yang selama ini mereka kerjakan adalah model perkoncoan dan politik dinasti yang tanpa rasa malu.
Segeralah akhiri kesewenang-wenangan brutal para petahana model begini. Jangan pilih mereka lagi, atau konco mereka yang didorong-dorong untuk maju menggantikan mereka. Jadikan Pilkada Serentak 2020 sebagai pintu gerbang menuju tatanan demokrasi yang baru, yang jujur dan adil.
10/07/2020
*Andre Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa
Sumber gambar: Channel YouTube 'Kanal Anak Bangsa' https://www.youtube.com/watch?v=JXSW_whng8cÂ