Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Catatan Seorang Cendekiawan" yang Arief dan Budiman

23 April 2020   22:48 Diperbarui: 23 April 2020   23:28 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Catatan Seorang Demonstran' adalah goresan perjalanan singkat Soe Hok Gie, adik dari Arief Budiman (Soe Hok Djin). Arief Budiman menapaki hidup yang jauh lebih panjang dari adiknya Soe Hok Gie yang meninggal di Gunung Semeru tahun 1969.

Dalam perjalanan yang panjang, Arief Budiman lebih banyak meninggalkan catatannya sebagai seorang cendekiawan. Catatan seorang cendekiawan yang arief dan budiman.

Terlebih dalam arena politik di era Orba. Pandangan kritisnya dikumandangkan dengan vokal dalam berbagai tulisan dan forum diskusi.

Adam Schwarz yang menulis buku 'A Nation in Waiting' (1994) ikut mewartakan analisis Arief Budiman tentang demokrasi di dunia ketiga. Saat itu sekitar tahun 1992 dimana rejim Soeharto sedang kuat-kuatnya.

Katanya dalam politik di dunia ketiga ada dua tipe demokrasi,

"The first is what I would call loan democracy. This democracy exists when the state is very strong so it can afford to be criticised. A sort of democratic space then emerges in which people can express their opinions freely."


Tipe pertama disebut demokrasi yang dipinjamkan. Kalau negara dalam posisi sangat kuat, maka tak mempersoalkan banyaknya kritik. Siapa pun bisa dan boleh menyatakan pendapatnya dengan bebas. Lalu lanjutnya,

"However, when the state thinks the criticism has gone too far, it will simply take back the democracy that it has only lent. The people have no power to resist."

Namun manakala kritiknya sudah keterlaluan, ya tinggal tarik kembali demokrasi yang tadi dipinjamkan itu. Dan rakyat pun tak punya daya untuk menolak. Kemudian tipe demokrasi selanjutnya,

"There is, second, limited democracy. This democracy exists only when there is a conflict among the state elites ... People can criticise one faction of the 'powers that be' and be protected by the opposite faction ... However, when the conflict within the elite is over, this democratic space will probably disappear also."

Tipe kedua ini adalah demokrasi yang terbatas. Hanya ada saat terjadi konflik diantara para elit negara. Siapa pun boleh mengritik salah satunya dan akan dilindungi oleh faksi lainnya. Namun ketika konflik antar faksi ini selesai, maka selesai pula ruang demokrasi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun