Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melawan Politik Uang dan Korupsi dengan Kecerdasan Akhlak

31 Maret 2020   00:46 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Melawan Politik Uang & Korupsi dengan Kecerdasan Akhlak*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Tak ada jalan lain. Kita sudah tahu korupsi dan politik uang adalah kejahatan moral. Pudarnya etika, kebodohan akhlak. Maka jalan perlawanannya cuma dua.

Pertama, dengan menumbuhkan kecerdasan akhlak (moral intelligence) sejak sekarang.

'Sekarang' itu artinya saat ini, saat penyadaran (konsientisasi) bahwa kompas moral itu perlu. Dan butuh suatu kecerdasan (bukan sekedar tahu) dalam membaca dan melaksanakannya (actions), sesuai arah yang ditunjuk kompas moral tadi.

Kalau kecerdasan akhlak ini bisa ditumbuhkan sejak dini (masa balita) akan jauh lebih baik. Tapi 'sekarang' saat masih hidup adalah momen yang tepat.

Kedua, dengan menyelenggarakan pengawasan yang ketat dan melekat dengan segala konsekuensinya.

Suatu sistem, lingkungan kehidupan sosial yang memungkinkan pencegahan seseorang berbuat amoral, korupsi, politik uang, menerabas, dan kejahatan moral yang sejenisnya.

Dan yang dimaksud dengan 'segala konsekuensinya' adalah akibat yang mesti ditanggung manakala ada yang merusak tatanan sosial itu.

Bentuk konsekuensinya adalah hukuman, bisa hukuman sosial, denda moneter, penjara, atau bahkan hukuman mati seperti yang diselenggarakan di Tiongkok.

Apa itu kecerdasan akhlak? Dan bagaimana pengawasan ketat dan melekat dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun