Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis media sosial. Sudah menulis 3 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA (2015), IMAN YANG MEMBUMI (2016), dan MENATA BANGSA YANG BERADAB (2025) . Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

GENERASI MUDA: Antara Kerja dan Gengsi

1 Oktober 2025   07:59 Diperbarui: 1 Oktober 2025   07:59 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya prihatin membaca sebuah ulasan yang menguraikan bahwa banyak Generasi Z yang dipecat atau mengundurkan diri karena tuntutan dunia kerja dewasa ini. Mereka tak sanggup beradaptasi dengan dunia kerja sehingga memutuskan untuk mengundurkan diri, atau pihak perusahaan mengambil tindakan tegas melalui aksi pemecatan.

Berbagai survei menyorot kinerja Gen Z di dunia kerja. Generasi ini memang sedang mendominasi dunia kerja, namun dianggap kelompok paling menantang untuk diajak kerja sama.Tingkat pemecatan terhadap Gen Z di dunia kerja juga tinggi. Menurut survei Resume Builder, ini alasan utama Gen Z dipecat yakni kurangnya keterampilan teknologi (39%), kurang usaha (37%), kurang motivasi (37%), kurang produktivitas (37%), mudah terdistraksi (36%), keterampilan komunikasi buruk (36%), dan mudah tersinggung (35%).

Data lain yang perlu diperhatikan pula bahwa generasi Z (Gen Z) menunjukkan kesadaran akan citra diri yang dipengaruhi oleh media sosial dan tren digital. Ini terkadang mendorong mereka untuk memprioritaskan gengsi dalam memilih produk seperti smartphone atau memaksakan gaya hidup tertentu.

Tekanan sosial dan keinginan untuk memenuhi standar tertentu akibat gengsi menyebabkan overthinking, ketidakpercayaan diri, dan stres pada Gen Z, terutama yang dipicu oleh konsumsi konten berlebihan di media sosial.

Perihal kenyataan ini, saya mengutip gagasan filosofis dari Confucius yang mengatakan, "Tidak ada kehinaan dalam kerja keras. Yang hina hanyalah gengsi yang menghalangi manusia dari jalan rezeki". Gagasan Confucius mengandung dua konsep penting, pertama, "tidak ada kehinaan dalam kerja keras". Dan kedua, "yang hina hanyalah gengsi yang menghalangi manusia dari jalan rezeki"; secara ringkas berbicara tentang kerja keras dan gengsi.

Kerja adalah bagian dari eksistensi manusia. Atau secara eksistensial, manusia adalah makhluk yang bekerja. Manusia bukanlah manusia kalau tidak bekerja. Kerja merupakan perwujudan kemanusiaan. Kerja menjadi perwujudan martabat manusia. Dengan bekerja, manusia menjalani hidup yang bermakna. Hidup yang bermakna adalah hidup dalam kerja yang tekun.

Confucius mengatakan bahwa kebermaknaan hidup tidak terdapat dalam gelar dan status, tetapi hidup dalam keutamaan. Keutamaan yang dimaksud adalah rajin dan sungguh-sungguh bekerja. Inilah yang dimaksud dengan kerja keras, yakni bekerja secara rajin dan sungguh-sungguh.

Dalam kerja keras manusia mewujudkan kejujuran eksistensial. Dan kejujuran eksistensial ini berarti kesediaan dan kerendahan hati untuk tetap berjuang dan berusaha secara ulet dan tekun.

Lawan dari ketidaksungguhan dalam bekerja adalah gengsi. Dalam pandangan Confucius, manusia yang mengutamakan gengsi dari pada kerja adalah manusia yang menolak kesejatian hidup. Manusia yang mengutamakan gengsi adalah manusia yang tidak mau bertumbuh dan berkembang. Dan gengsi adalah ilusi karena patokannya adalah penampilan lahiriah, tetapi bukan kejujuran eksistensial.

Untuk memahami gagasan Confucius, kita harus memahaminya melalui dua terminologi. Pertama, Junzi (Manusia Bijaksana). Manusia bijaksana adalah manusia yang tidak malu melakukan pekerjaan demi kebermanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain. Manusia bijaksana adalah manusia yang mau berhasil melalui tindakan nyata yaitu bekerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun