Orientasinya adalah kebaikan. Dalam upaya mencapai kebaikan ini, manusia yang bijaksana adalah manusia yang selalu berusaha dan konsisten bekerja. Dalam bekerja keras, manusia bijaksana mewujudkan pertumbuhan diri secara potensial. Dengannya kerja keras menjadi gerbang yang membuka jalan rezeki, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Yang berarti bahwa gengsi merupakan ilusi yang membatasi kebebasan manusia untuk berkembang secara potensial atau jalan menuju kesia-siaan.
Kedua, Li (Tata Laku yang Benar). Tata laku yang benar berarti kesanggupan manusia untuk menempatkan diri secara tepat dalam hidup sosial. Di sini dimaksudkan bahwa kerja keras merupakan ekspresi dari keharmonisan antara kebaikan pribadi dan masyarakat.
Yang berarti bahwa dengan kerja keras manusia yang bertata laku benar karena tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga memberi sumbangan bagi kesejahteraan dan kebaikan masyarakat.
Dengannya dalam tata laku yang benar, manusia harus mampu merendahkan diri untuk bekerja tanpa rasa takut dan dipandang hina oleh orang lain. Kerja keras bukan sekadar bertahan hidup, tetapi lebih dari itu adalah menghidupi martabat manusia dan menjaga keselarasan dunia.
Dan sekali lagi, lawan dari tata laku yang benar adalah gengsi. Gengsi adalah tata laku yang tidak benar. Gengsi melahirkan ketidakseimbangan antara kewajiban dan kenyataan hidup.
Gagasan dasar Confucius mengajarkan tentang manusia bijaksana dan tata laku yang benar. Manusia bijaksana dan bertata laku benar adalah manusia yang bekerja dengan sungguh-sungguh demi perkembangan potensi diri serta kebaikan diri sendiri dan orang lain. Kontra dari manusia bijaksana dan bertata laku benar adalah gengsi yang merupakan kesia-siaan.
Dengannya Confucius mengajak generasi Z dan kita sekalian untuk tidak malu bekerja. Entah apa pun pekerjaan kita, selama merupakan perwujudan eksistensial yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain merupakan bagian dari kebijaksanaan dan perwujudan tata laku yang benar.
Pada sisi yang lain, Confucius mengajak generasi Z dan kita sekalian untuk tetap berusaha dan konsisten mengusahakan kebaikan diri sendiri dan orang lain. Tanpa usaha dan konsistensi, kita tidak akan pernah sampai pada kesejatian hidup, yakni perkembangan potensi diri dan kebaikan sesama.
Dan mengakhiri tulisan ini, saya juga mengutip pendapat Kahlil Gibran, "Jangan gengsi untuk berusaha, sebab rezeki mencintai hati yang tulus, bukan wajah yang pura-pura tinggi". Nilai manusia tidak terletak pada kemewahan yang tampak dari luar, tetapi kedalaman hati untuk merendahkan diri dalam bekerja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI