Mohon tunggu...
Andre Adityawarman Kusuma
Andre Adityawarman Kusuma Mohon Tunggu... Traveler yang doyan cerita jalan | Sales Properti | Blogger (Coretan Liar Gue)

Penjelajah dua dunia: perjalanan dan properti. Di sini, saya menuangkan cerita, pandangan hidup, dan pengalaman dari sudut pandang seorang traveler sekaligus praktisi properti.

Selanjutnya

Tutup

Money

Efektivitas Pameran Properti: Antara Biaya Promosi dan Hasil Penjualan

7 Oktober 2025   18:20 Diperbarui: 7 Oktober 2025   18:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pameran Properti (Brand Blur) , Source: Koleksi Pribadi

Kenapa Ramainya Stand Pameran Jarang Berujung Closing Nyata

Di setiap mal besar, pameran properti seolah sudah jadi bagian dari dekorasi mingguan. Ada booth megah, tim marketing berseragam, brosur tebal, dan maket besar yang menyita perhatian.
Buat pengunjung, ini terlihat keren "wah, proyek baru lagi nih."
Buat manajemen, pameran jadi bukti konkret kalau tim marketing "bergerak."

Tapi buat orang lapangan yang benar-benar tahu dinamika penjualan, semuanya gak semudah itu.
Pameran sering kali lebih banyak menghasilkan database kosong daripada transaksi nyata.
Yang sering terjadi justru kebalikannya: energi terkuras, biaya promosi membengkak, tapi closing masih nihil.

Dan kalau ada satu dua penjualan terjadi di lokasi, sering kali itu pun karena kebetulan prospek memang sudah siap beli dari jauh hari, bukan karena pengaruh langsung dari event.

Interaksi di pameran lebih sering membangun awareness, bukan langsung menghasilkan closing. , Source: Koleksi Pribadi
Interaksi di pameran lebih sering membangun awareness, bukan langsung menghasilkan closing. , Source: Koleksi Pribadi

"Closing On The Spot"? Mimpi Indah yang Jarang Terjadi

Buat sales yang masih baru, pameran sering dikira ajang emas untuk "closing cepat."
Padahal, kenyataannya jarang sekali ada pembeli yang benar-benar datang ke pameran lalu langsung transaksi tunai di tempat.
Kalau pun ada, itu lebih ke anomali bukan pola yang bisa diandalkan.

Sementara di balik itu, biaya operasionalnya luar biasa besar.
Sewa booth bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah. Belum lagi biaya cetak materi promosi, dekorasi, seragam, makan siang tim, overtime, dan transportasi logistik.
Kalau dihitung realistis, satu event bisa menelan biaya setara gaji 2-3 sales selama beberapa bulan.

Jadi, kalau diukur dari sisi ROI (Return on Investment), hasilnya hampir pasti minus.
Tapi lucunya, event tetap jalan terus. Kenapa? Karena di banyak perusahaan properti, pameran bukan lagi soal hasil, tapi soal gengsi dan kebiasaan.

Ritual Lama yang Sulit Ditinggalkan

Pameran udah seperti tradisi turun-temurun di dunia properti.
Bukan karena terbukti efektif, tapi karena dianggap "harus ada."
Buat manajemen, pameran jadi bentuk eksistensi perusahaan. Ada foto-foto dokumentasi, booth besar, maket rapi, tim ramai semuanya terlihat sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun