Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh Anak di Era 4.0 (Menurut Saya)

20 September 2019   14:34 Diperbarui: 20 September 2019   14:41 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Dalam foto ini saya sedang berangkat ke kantor diantar oleh keponakan saya.

Dalam perjalanan saya melihat banyak anak muda di pinggir jalan yang serius dengan ponsel pintarnya. Budaya gawai memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan saat ini. Bahkan anak saya yang masih kelas 5 SD sudah mahir mengeksplorasi Gawai.

Ya, memang ini jaman Revolusi Industri 4.0 yang semua aspek kehidupan terkoneksi dan dikendalikan akses internet. Saat saya kecil dulu di tahun 90-an ada perbedaan jauuuuuh antara anak desa seperti saya dengan anak ibukota. Informasi dan fasilitas yang sangat minim di desa membuat anak seperti saya takjub jika bertemu dengan anak ibukota.

Saat ini, semua setara mulai tua-muda, kaya-miskin dan lainnya sudah tidak ada perbedaan. semua setara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan akses internet ini. Jika mengatakan hak dan kesempatan berarti kewajiban apakah sama?

Ini yang saya pikirkan. Sebagai seorang ibu, saya juga harus paham dengan anak saya. Saya melihat banyak kesempatan baik negatif maupun positif di jaman revolusi 4.0 ini. Saya mulai yang negatif..... jelas pornografi kekerasan, perjudian dan kenakalan lainnya pasti mudah diakses. Mulai dari aplikasi, jejaring sosial, media hingga game.

Kalau positifnya juga banyak, beberapa teman saya mempunyai anak yang sudah menjadi hartawan di usia belia mulai dari penulis, youtuber, illustrator dan lainnya. Semua hal yang tidak mungkin dilakukan saat saya masih kecil di tahun 1990an.

Saya menjadi berhati-hati dengan semua aplikasi gawai anak saya. Dampak negatif sangat saya kurangi dengan memasang DNS Nawala di Modem kami sehingga semua konten negatif efektif tersaring. Dengan itupun belum cukup karena ada banyak cara untuk melewati pagar yang saya pasang.

Untuk hal positif, saya arahkan terus menerus. Akan tetapi, saya masih belum tenang. Walaupun anak jaman sekarang lebih cepat menemukan potensi dirinya, saya masih khawatir.

Ya....Saya Masih Khawatir........walaupun anak saya sukses di usia dini.

Anak sekarang memang mudah menjadi sukses dengan fasilitas internet ini, tetapi kekhawatiran saya lebih pada tanggung jawab sosial anak saya. Apa itu?

Adab.........Etika..........Susila.........Unggah Unguh.......Tata Krama...

Saya suka dengan pemikiran Sayidina Ali bin Abi Thalib ra...Anak usia 0-7 tahun harus kita perlakukan seperti raja.....usia 7-12 tahun perlakukan anak seperti tahanan....dan 12 tahun hingga 21 tahun perlakukan anak seperti teman. .....Jadi sasaran saya adalah anak saya usia 21 tahun tumbuh menjadi anak yang mempunyai tata krama sangat baik.

Anak saya sekarang 10 tahun jadi saya perlakukan seperti tahanan karena banyak larangan ini-itu..akan saya tunggu sampai 12 tahun aturan akan berubah untuk menjadi temannya.

Saya sudah memperlakukan anak saya seperti raja saat usia 0-7 tahun. Saat ini saya sedang membangun kesadaran tata krama anak saya. melalui banyak aturan dan larangan hak-hak dia. Dengan tetap mendampingi sesuai usianya, saya juga turut bermain game on line agar saya tahu dunianya.
Saya akan melakukan strategi pencapaian berikutnya sesuai usianya.

Saya memang membaca Bloom tentang pendidikan afektif dan memang hal itu tidak instan. Pendidikan tidak sama dengan pengajaran karena pendidikan butuh waktu lebih lama.

Dengan strategi pencapaian saya yang mengikuti Sayidina Ali tersebut saya jadi ingat cerita Bapak saya. Jaman dulu dalam pendidikan selalu diberikan nyanyian yang selalu diingat. Bapak saya bercerita tentang Syi'ir Ngudi Susila. Syair yang dinyanyikan (Syi'ir) ini ditulis oleh KH Bisri Mustofa dan lazim dinyanyikan anak-anak jaman Bapak saya.

Banyak hal yang diajarkan dalam syi'ir ini. mulai dari disiplin diri, adab terhadap bapak ibu, di tempat pengajaran, di lingkungan, jika ada tamu hingga cita-cita anak. Hal yang dinyanyikan berulang-ulang dengan nada indah akan memperlambat gelombang otak Anda ke negara alfa dan theta, meditasi membantu Anda memasuki otak kanan yang lebih kreatif dengan rasa tanggung jawab........pola ini yang saya lakukan untuk mengasuh anak saya.

Saya akan share syi'ir Ngudi Susila walaupun agak panjang dengan saduran bahasa Indonesia ya. Maaf kalau salah dalam menerjemhkan ke bahasa Indonesia.

(Shalaatullaahi maa laahat kawaakib
'alaa Ahmad khoiri mar-rakiban-najaa-ib).
1. Iki syiir kanggo bocah lanang wadon
Nebihaken tingkah laku ingkang awon (ini sya'ir untuk anak laki-laki dan perempuan, untuk menjauhkan dari tingkah laku yang tidak baik)
2. Serta nerangake budi kang prayoga
Kanggo dalan padha mlebu ing suwarga (Serta menerangkan tingkah budi luhur, untuk jalan agar dapat bersama-sama masuk surge)
3. Bocah iku wiwit umur pitung tahun
Kudu ajar thatha keben ora getun (Anak itu mulai umur 7 tahun, Harus diajari tata krama agar tidak menyesal)
4. Kudu tresna maring ibune kang ngrumati
Kawit cilik marang bapa kang gemati (Harus cinta pada ibu yang merawatnya mulai kecil dan Bapaknya yang mengasihi dan menyayangi)
5. Ibu bapa rewangana lamon repot
Aja kaya wong gemagus ingkang wangkot (Ibu Bapak harus dibantu jika repot, jangan seperti anak sok ganteng anak sok cantik yang tidak berguna)
6. Lamon ibu bapa prentah enggal tandang
Aja bantah aja sengol aja mampang (jika bapak ibu memerintahkan sesuatu segera dilaksanakan, jangan dibantah jangan menggerutu)
7. Andap asor ing wong tua najan liya
Tetepana aja kaya raja kaya (Selalu rendah hati sama orang walaupun orang lain bukan sanak saudara, yang sopan dan santun agar tidak seperti hewan ternak)
8. Gunem alus alon lirih ingkang terang
Aja kasar aja misuh kaya bujang (Berkata yang halus budi Bahasa sehingga terang dan jelas, jangan kasar berkata kotor seperti penjahat)
9. Yen wong tua lenggah ngisor sira aja
Pisan lungguh duwur kaya jama juja (Jika orang tua duduk di bawah, jangan sekali-kali duduk di atas seperti raksasa jahat yang dibelenggu)
10. Yen wong tua sare aja geger guyon
Lamon sira nuju maca kudu alon(jika orang tua tidur jangan rebut, tapi sibukkan diri dengan membaca sesuatu dengan suara lembut)
11. Lamon sira liwat ana ing ngarepe
Kudu nyuwun amit serta depe depe (Jika akan berjalan melewati orang, harus minta ijin permisi terlebih dahulu sambil membungkukkan badan)
12. Lamon ibu bapa duka becik meneng
Aja melu padon uga aja nggreneng (Jika Ibu Bapak marah lebih baik diam, jangan balas menimpali jangan menggerutu)

A. Bab Ambagi Wektu (BAB membagi waktu)
13. Dadi bocah kudu ajar bagi Zaman
Aja pijer dolan nganti lali mangan (Jadi anak jangan ikut arus jaman, jangan sampai asik main sampa lupa makan)
14. Yen wayahe Shalat aja tunggu prentah
Enggal tandang cekat ceket aja wegah (jika waktu shalat jangan menunggu perintah, cepat kerjakan dengan rajin janga ada rasa malas)
15. Wayah ngaji wayah sekolah sinau
Kabeh mau gathekake kelawan tuhu (Saat Ngaji saat sekolah belajar dengan baik, semua itu diperhatikan dengan penuh hati)
16. Kenthong subuh enggal tangi nuli adus
Wudhu nuli shalat khusyuk ingkang bagus (jika kentongan subuh terdengar cepat bangun lalu mandi, wudhu lalu shalat khusuk dengan baik)
17. Rampung shalat tandang gawe apa bae
Kang prayoga kaya nyaponi umahe (setelah shalat kerjakan apa saja, yang baik seperti membersihkan rumah)
18. Lamon ora iya maca-maca Qur'an
Najan namung sitik dadiya wiridan (kalua bisa baca y abaca AL Qur'an. Walaupun sedikit sempatkan wirid)
19. Budal ngaji awan bengi sekabehe
Thatha krama lan adabe padha bae (berangkat ngaji siang malam semuanya, Tata krama dan adab juga utama)

B. Bab Ing pamulangan (BAB di tempat belajar)
20. Lamon arep budal menyang pamulangan
Thatha-thatha ingkang rajin kang resikan (Jika akan berangkat ke tempat belajar, wajib menata segalanya yang rajin , bersih, rapih ringkas)
21. Nuli pamit ibu bapa kanthi salam
Jawab ibu bapa 'alaikum salam (Selalu berpamit dengan Ibu Bapa menggunakan Salam, Ibu Bapa akan menjawab Waalaikumsalam)
22. Disangoni akeh sithik kudu trima
Supaya ing tembe dadi wong utama (Diberi uang saku sedikit atau banyak harus diterima, Ini adalah nilai manusia yang utama)
23. Ana pamulangan kudu tansah gathi
Nampa pawulangan ilmu kang wigati (Di tempat belajar harus jeli dalam konsentrasi, menerima pengajaran ilmu yang paling penting)
24. Ana kelas aja ngantuk aja guyon
Wayah ngaso kena aja nemen guyon (di dalam kelas jangan ngantuk jangan bercanda, Jika saat istirahat dapat bercanda tetapi jangan keterlaluan)
25. Karo kanca aja bengis aja judes
Mundak diwadani kanca ora waras (Dengan teman jangan bengis dan jahat, agar tidak dikatakan orang tidak waras)

C. Mulih saking Pamulangan (BAB Pulang dari tempat belajar)
26. Bubar saking pamulangan enggal mulih
Aja mumpar-mampir dolan selak ngelih (Pulang dari tempat belajar segera ke rumah, jangan mampir-mampir bermain ke tempat yang tidak berguna)
27. Tekan omah nuli salin sandangane
Kudu pernah rajin rapi aturane (Sesampai di rumah cepat berganti pakaian, harus bersih rajin rapi aturannya)

D. Ono ing ngomah (BAB di rumah)
28. Karo dulur kanca ingkang rukun bagus
Aja kaya kucing belang rebut tikus (Dengan saudara dan teman harus rukun yang bagus, jangan seperti kucing belang berebut tikus)
29. Dadi tua kudu weruha ing sepuhe
Dadi enom kudu rumangsa bocahe (Jadi saudara tua harus tau posisinya, jadi yang muda juga harus tahu posisinya)
30. Lamon bapa alim pangkat sugih jaya
Sira aja kumalungkung maring wong liya (Jika mempunyai Bapak yang Alim-Pangkat Tinggi-Kaya-Jaya, Jangan sampai sombong dengan orang lain)
31. Pangkat gampang minggat sugih kena mulih
Alim iku gampang uwah molah-malih (Pangkat gampang hilang, Kaya dapat berpulang, Alim itu imannya naik turun jadi tidak ada yang perlu disombongkan)
32. Arikala sira madhep ring wong liya
Kudu ajer aja mrengut kaya baya (Menghadapi orang harus senyum tulus yang menyenangkan, harus selalu begitu jangan merengut seperti buaya)

E. Karo Guru (BAB dengan Guru)
33. Marang guru kudu tuhu lan ngebakti
Sekabehe printah bagus dituruti (Dengan guru harus hormat dan berbakti, semua perintah guru yang bagus harus dituruti)
34. Piwulange ngertenana kanthi ngudi
Nasihate tetepana ingkang merdi (Ajarannya harus dimengerti dan dipraktikkan, nasihatnya tetap diingat dan diperhatikan)
35. Larangane tebihana kanthi yekti
Supaya ing tembe sira dadi mukti (Larangannya harus selalu dijauhi, agar ke depan kita menjadi mulia)

F. Ana Tamu (BAB jika ada tamu)
36. Tatkalane ibu rama nampa tamu
Aja biyayakan tingkah polahamu. (tatkala Ibu dan Bapak menerima tamu, Jangan gaduh tingkah polahmu)
37. Aja nyuwun duwit wedhang lan panganan
Rewel beka kaya ora tau mangan. (jangan minta uang jajan dulu, atau rewel seperti orang tidak pernah makan)
38. Lamon butuh kudu sabar dhisik
Nganti tamu mundur dadi sira becik (harus sabar dulu, sampai tamu pulang sehingga akan memerikan kesan baik pada tamu)
39. Arikala padha bubaran tamune
Aja nuli rerebutan turahane (Jika tamu sudah pulang, jangan berebut hidangan untuk tamu tadi)
40. Kaya keting rerebutan najis tiba
Gawe malu lamon dideleng wong jaba (Seperti ikan lele berebutan makanan yang najis, membuat malu jika dilihat orang luar)
41. Kejaba yen bapa dhawuh he anakku
Iku turahe wong ngalim kiyai-ku (Walaupun Bapak memberi tahu bahwa itu adalah sisa hidangan untuk orang alim yang InsyaAllah membawa berkah)
42. Bagi rata sakdulurmu keben kabeh
Ketularan Alim, sugih bangha akeh (Bagi rata untuk semua saudara, agar ketularan alim kaya akan berkah Gusti Allah)
43. Niat ira nuprih berkahe wong mulya
Ora niat rebut turahe wong liya (Dengan niat mendo'akan orang alim tadi agar kelak menjadi alim juga, bukan niat berebut sisa makanan tamu yang alim)

G. Sikap lan lagak (BAB Sikap dan Lagak)
44. Anak Islam iki mangsa kudu awas.
Aja nganthi lena mengko mundak tiwas (Anak Islam itu harus selalu waspada, jangan sampai terlena dengan dunia agar tidak menyesal)
45. Luru ilmu iku perlu nanging budi
Adab Islam kudu tansah dipersudi (Mencari ilmu memang penting tapi lebih penting lagi budi luhur adab silam harus diperkuat)
46. Akeh bocah pinter nanging ora bagus
Budhi pekertine sebab da gembagus (Banyak anak pintar tapi tidak bagus budi pekertinya karena gaya yang sok hebat-sok alim-dan sok kaya)
47. Ring wong tua gak ngergani gak ngajeni
Sajak pinter dewe langka kang madhani (Dengan orang tua tidak menghargai dan menghormati, merasa pintar sendiri tidak ada yang sebanding)
48. Jare iku caranepun sak punika
Ora ngana dudu antelik merdeka (Katanya ini sudah jamannya, Padahal itu sama sekali belum merdeka jiwanya)
49. Ngagem blangkon serban sarung dadi gujeng
Jare ora kebangsaan ingkang majeng (Memakai penutup kepala seperti blangkon, surban, sarung katanya tidak hormat berkebangsaan)
50. Sawang iku pengeran Dipanegara
Imam bonjol Tengku Umar kang kuncara (Dapat dilihatDiponegoro Imam Bonjol Teuku Umar yang gagah perkasa)
51. Kabeh padha bela bangsa lan negara
Padha ngagem destar pantes yen perwira (Sama semua yaitu membela bangsa dan negara, memakai baju sesuai budayanya)
52. Gujeng serban sasat gujeng Imam bonjol
Sak kancane he anakku aja tolol (Menertawakan surban sama saja menertawakan Imam Bonjol dan para pahlawan tadi, hai anakku kamu jangan tolol)
53. Timbang gundhul apa ora luwih apik bagus
Ngagem tutup sirah kaya raden bagus (Daripada gundul apa tidak lebih bagus memakai tutup kepala seperi raden bagus?)
54. Kala-kala pamer rambut sak karepmu
Nanging kudu eling papan sesrawunganmu (Ada kalanya memamerkan rambut sesukamu, tapi ingat hanya pada saudar-saudaramu saja)
55. kumpul mudha beda karo pul Kyai-ne
Nuju shalat gak padha mlancong nujune (Kumpul para orang muda jangan disamakan kumpul dengan kyainya, menuju shalat juga tidak sama dengan menuju melancong tujuannya)
56. Ora nuli mlancong gundhul shalat gundhul
Sowan mara tuwa gundhul nguyuh gundhul (Jangan disamakan melancong dengan shalat tujuannya jelas beda, seperti mengunjungi mertua dan kencing jelas tidak ada hubungannya jadi jangan disamakan)

H. Cita-cita luhur.
57. Anak Islam kudu cita-cita luhur
Keben dunya akhirate bisa makmur (Anak Islam harus mempunyai cita-cita luhur, agar dunia akhiratnya dapat makmur)
58. Cukup ilmu umume lan agamane
Cukup dunya kanthi bekti pengerane (Harus cukup ilmu agamanya, cukup harta untuk berbakti pada Tuhannya)
59. Bisa mimpin sakdulure lan bangsane
Tumuju ring raharja lan kamulyane (Dapat memimpin saudara dan bangsanya, menuju kejayaan dan kemulyaan)
60. Iku kabeh ora gampang leksanane
Lamon ora kawit cilik tak-citane (Semua itu memang tidak mudah, tetapi jika tidak mulai kecil dibina tidak akan terwujud)
61. Cita-cita kudu dikanthi gumergut
Ngudhi ilmu sarta pakerti kang patut (Cita-cita harus dijaga dengan sadar agar tercapai, dengan selalu menambah ilmu serta budi perkerti yang patut)

62. Kita iki bakal tininggal wong tuwa
Ora kena ora kita mesthi nuwa (Kita bakal ditinggal orang tua, cepat atau lambat kita pasti akan tua juga)
63. Lamon kita padha katekan sejane
Ora liwat sira kabeh pemimpine (Kita akan tiba pada waktunya, tidak lewat semua pemimpinnya kita juga akan jadi pemimpin pada waktunya)
64. Negaramu butuh menteri butuh mufti
Butuh kadi, patih, setten lan bupati (Negara butuh orang luhur untuk jadi menteri, patih dan bupati)
65. Butuh dokter, butuh Mister ingkang pinter
ilmu agama kang nuntun laku bener (Butuh dokter, butuh sarjana hukum yang pintar ilmu agama agar dapat menuntun pada kebenaran)
66. Butuh guru lan Kyai kang linangkung
Melu ngatur negarane ora ketung (Butuh guru dan ulama yang benar, agar dapat mengatur negara dengan benar)
67. Iku kabeh sapa maneh kang ngayai
Lamon ora anak kita kang nyaguhi (Itu semua siapa lagi yang akan menjalani, jika bukan anak kita jadi harus dibina)
68. Kejaba yen sira kabeh ridho mbuntut
Selawase angon wedhus nyekel pecut (Semua saja jika tidak ada semangat berkembang mencari ilmu, selamanya hanya akan dapat menggembala kambing dengan cambuk)
69. Sira ridho nggocik cikar selamine
Kafir ira mentul-mentul lungguhane. (Hanya dapat menjalankan pedati yang ditarik sapi dengan duduk yang mentul-mentul)
70. Ora sela angon wedhus numpak cikar
Asal cita-cita ilmu bisa nenggar (Tidak apa-apa menggembala kambing dan menjalankan pedati asal mempunyai cita-cita tinggi dan berjuang)
71. Nabi kita kala timur pangon mendha
Ing tembene pangon jalma kang sembada (Nabi kita kala muda juga sama, pada waktunya juga menjadi orang hebat)
72. Abu bakar sidik iku bakul masar
Nanging nata masyarakat ora sasar (Abu Bakar Ashshidiq itu saudagar di pasar, tapi dapat menata masyarakat menjadi tidak tersasar)
73. Ali Abu Thalib bakul kayu bakar
Nanging tangkas yen dadi paglima besar (Ali bin Abu Thalib itu penjual kayu bakar tapi tangkas jika menjadi panglima besar)
74. Wahid Hasyim santri pondok gak sekolah
Dadi mentri karo liyan ora kalah (Wahid Hasyim itu santri pondok tidak bersekolah, tetapi dapat menjadi menteri dengan yang lain tidak kalah)
75. Kabeh mau gumantung ing seja luhur
Kanthi ngudi ilmu sarta laku jujur (Semua itu tergantung pada keluhuran budi pekerti, selalu belajar menambah ilmu serta tingkah laku jujur)
76. Tekan kene pungkasane Syi'ir iki
Larikane wolung puluh kurang siji (Sampai di sini akhir sya'ir ini, liriknya 80 kurang satu)
77. Muga-muga sejja kita sinembadan
Dening Allah ingkang nurunake udan (Semoga semua dikabulkan oleh Allah yang menurunkan hujan)
78. Pinaringan taufiq sarta hidayah
Dunya akhirate sehat wal 'afiyah. (Diberikan Taufiq serta hidayah dunia akhirat sehat wal'afiyah)
79. Amin amin amin amin amin amin
Falhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin.

(firitri)
#firi #firitri #penulis #mc #humaninterest #blogger #public_speaking #cerita #perempuan #perjuangan #orangtua #asuh #pengasuh #anak #susila #etika #tatakrama #adab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun