Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pertimbangan Substansial Pentingnya Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini

30 Oktober 2015   18:49 Diperbarui: 30 Oktober 2015   18:52 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau sudah besar mau jadi apa ? Apa cita-citamu ? Banyak pertanyaan tersebut ditanyakan kepada anak-anak usia sekolah dasar. Jawaban dari anak-anak juga cukup bervariasi. Bertanya hal serupa kepada anak-anak usia sekolah dasar dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu dengan menanyakan hal serupa itu pada anak-anak usia sekolah saat ini tentu saja tidak akan menemukan hal yang umumnya sama. Kecuali jika tidak ada perkembangan atau kemajuan apapun yang dialami oleh negara ini.

[caption caption="Ilustrasi - Sumber: www.polmankab.go.id"][/caption]

Menjadi guru, perawat, tentara atau polisi; menjadi pilot, dokter atau presiden kerap dijumpai dulu. Sekarang siapa yang menduga berbagai profesi yang dulu tidak dikenal menjadi berkembang dan hadir di tengah masyarakat. Visual Effect Artist ? Communication Specialist ? Product Designer ? HR Talent Acquisition ? Masih banyak lagi yang lainnya yang dulu tidak pernah dibayangkan.

Saya sempat mengintip situs web Axa Mandiri yang cukup interaktif dalam hal menjelaskan beberapa kemungkinan profesi yang akan hadir di masa depan. Anak-anak sekarang mungkin belum terbayang dengan hal ini. Namun hal itu bisa saja menjadi sesuatu yang akan berada di depan mata mereka ketika dewasa nanti mereka menghadapi berbagai pilihan untuk meniti karir dan profesi sesuai pilihannya. Space Pilot ? Genetic Hacker ? Space Architect ? Biomechatronics Scientist ? Energy Harvester ? Chief Experience Officer ? Extinction Revivalists ? AI Programmer ? Nah apa pula ya profesi-profesi yang disebut dalam situs web Axa Mandiri itu ?

Sayang sekali saya tidak sempat menghadiri acara Kompasiana Nangkring bersama Axa Mandiri tanggal 29 September 2015 lalu. Tema yang dibahas dalam acara itu yang membuat saya sangat tertarik, kerena membicarakan tentang rencana pendidikan anak. Pentingkah ? Sangat penting, ini tema yang sangat penting, apalagi untuk orang tua pada zaman yang lebih kompleks saat ini. Pendidikan anak saat ini semakin berkembang pesat. Satu hal yang harus disepakati adalah soal-soal nilai moral dan karakter yang universal tetap harus menjadi pegangan. Begitu juga hal-hal yang baik dibawa oleh agama manapun. Yang sudah tidak layak dan pantas adalah memaksakan kehendak orang tua atas pilihan profesi dan karir masa depan anak yang dulu kerap dijumpai. Kamu harus menjadi dokter ! Kamu harus menjadi akuntan ! Pilih mau jadi insinyur sipil atau pertambangan !

Kamu harus menjadi ini atau kamu harus menjadi itu adalah sesuatu yang sudah ketinggalan zaman saat ini. Bukan hanya anak yang dididik, orang tua juga sekarang banyak yang terus mengasah ilmu parenting yang tidak ada sekolahnya tersebut. Itulah yang membawa orang tua zaman sekarang, apalagi yang terus mengasah pengetahuan parenting-nya, akan lebih siap dengan pilihan-pilihan anaknya di masa yang akan datang. Dengan bekal terus belajar, orang tua akan paham betul kalau masing-masing anak itu unik. Ada minat dan bakatnya tersendiri yang harus diobservasi secara terus-menerus. Orang tua yang siap dan dapat menerima keunikan, minat dan bakat anaknya, pada suatu ketika tidak akan terkejut jika sang anak hendak menjadi seorang marine biologist (ahli biologi kelautan), atau menjadi language antropologist, atau profesi-profesi yang pada zaman orang tuanya sering disebut-sebut: ngapain sih belajar ini ? Ngapain sih belajar itu ? Emang kamu mau kerja di mana setelah selesai kuliah ini atau itu ? Sudah deh masuk saja fakultas kedokteran ! Masuk saja fakultas ekonomi, begitu lulus gampang cari kerja! Itu dulu yang mungkin kerap dijumpai pada banyak orang tua. Kalau kini masih juga banyak yang dijumpai seperti itu, maka para orang tua ini sebaiknya terus-menerus belajar supaya tidak ketinggalan zaman.

Bukan berarti juga yang dulu-dulu itu buruk. Bahkan pujangga besar Kahlil Gibran sudah meresepkan dengan indah untuk para orang tua masa kini.

 

On Children by Kahlil Gibran

 

Your children are not your children.

They are the sons and daughters of Life's longing for itself.

They come through you but not from you,

And though they are with you, yet they belong not to you.

 

You may give them your love but not your thoughts.

For they have their own thoughts.

You may house their bodies but not their souls,

For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.

You may strive to be like them, but seek not to make them like you.

For life goes not backward nor tarries with yesterday.

 

You are the bows from which your children as living arrows are sent forth.

The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might that His arrows may go swift and far.

Let your bending in the archer's hand be for gladness;

For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.

 

Resep Kahlil Gibran ini klasik sekali bukan ? Hayatilah dan bukan tidak mungkin orang tua akan menitikkan air mata (kalau sadar atau sudah sadar atau menjadi sadar tentang anak-anaknya).

Anakmu Bukan Milikmu

Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu pada dirinya sendiri.

Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.

Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu

Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk

Pikiranmu,

Sebab pada mereka ada alam pikiran sendiri.

Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya,

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,

Yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian.

Kau boleh berusaha menyerupai mereka,

Namun jangan membuat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan

Tidak pernah berjalan mundur.

Pun tidak tenggelam di masa lampau.

Kaulah busur, anak-anakmulah anak panah yang meluncur.

Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya,

Hingga anak panah itu melesat jauh dengan cepat.

Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan

Sang Pemurah,

Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat.

Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.

 

Dari syair indah inilah saya hendak mengungkap substansi rencana pendidikan anak sejak dini. Ingat, bahwa orang tua ibarat busur yang mantap itu. Dan menjadi busur yang mantap itu adalah perbuatan mulia yang dikasihi Tuhan. Jadi bagaimana mungkin orang tua, busur yang mantap dapat menjamin tujuan pendidikan anak-anaknya agar ibarat anak panah menuju rumah masa depan mereka ?

Zaman sekarang orang tua seharusnya lebih dipermudah dengan berbagai informasi tentang bagaimana cara menjamin anak-anak dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan minat dan bakat masing-masing anak. Salah satu contohnya adalah acara Kompasiana Nangkring bersama Axa Mandiri tanggal 29 September 2015 lalu. Aspek finansial menjadi kian penting untuk menjamin pendidikan anak-anak saat ini dan di masa yang akan datang. Salah satu pertimbangan adalah kenaikan biaya pendidikan dari tahun ke tahun. Nah, belum lagi berbagai risiko yang mungkin saja terjadi pada orang tua selama perjalanan hidupnya yang dapat berpengaruh pada masa depan pendidikan anak-anak.

Berbicara tentang aspek finansial untuk pendidikan anak sebenarnya dapat disederhanakan dengan konsep bagaimana orang tua dapat menjamin secara finansial hingga anak dapat menyelesaikan masa pendidikannya sesuai dengan yang dicita-citakan. Tentu saja banyak jalan ke Roma untuk menjamin hal tersebut. Salah satunya adalah dengan asuransi pendidikan. Hal-hal di bawah ini dapat berguna sekaligus menarik untuk mempertimbangkan asuransi pendidikan sebagai alternatif yang dipilih guna menjamin tujuan pendidikan anak-anak.

  1. Sementara ada pendapat bahwa waktu yang tepat memulai persiapan asuransi pendidikan adalah sejak anak baru dilahirkan, saya justru berpendapat bahwa persiapan sudah jauh dimulai sejak persiapan pernikahan. Mengapa demikian? Tentu saja kalau mengikuti norma yang berlaku pada umumnya, menikah itu tujuannya juga untuk memperoleh keturunan bukan ? Nah di sinilah ujian bagi calon suami yang baik untuk memahami pentingnya asuransi pendidikan sebagai salah satu alternatif untuk menjamin rencana pendidikan anak sedini mungkin. Dan wanita mana sih yang tidak tambah cinta dengan calon suaminya jika hal-hal seperti itu sudah direncanakan saat persiapan pernikahan. Lebih mantaplah pastinya.
  2. Realisasikan memiliki asuransi pendidikan sedini mungkin pada saat anak baru dilahirkan. Prinsipnya semakin awal mengikuti asuransi pendidikan pada saat itu usia orang tua pada umumnya masih cukup muda, sehat dan produktif dalam bekerja, sehingga biaya premi asuransi pendidikan biasanya lebih murah dan orang tua juga lebih mudah mengalokasikan pendapatannya untuk berasuransi.
  3. Mengapa asuransi pendidikan ? Hal ini karena menjamin dana pendidikan anak akan lebih lebih lengkap daripada sekadar menabung. Dalam berbagai fitur asuransi pendidikan yang pernah saya pelajari biasanya ada unsur investasi dan tentu saja proteksi (asuransi).
  4. Dana investasi dan hasilnya untuk siapa ? Ya tentu saja untuk pendidikan anak.
  5. Unsur proteksinya (asuransi) untuk siapa ? Nah jawaban ini adalah untuk risiko yang dihadapi orang tuanya, terutama dalam hal ini pemegang polis sekaligus penanggung. Loh, jadi bukan untuk anaknya. Betul, nanti kalau terjadi risiko misalnya orang tua tidak dapat bekerja karena sakit kritis atau cacat total atau meninggal dunia secara normal atau kecelakaan, maka dana pendidikan anak tetap tersedia. Itulah sebabnya polis asuransi itu atas nama orang tua bukan atas nama anak. Anak, dalam hal ini terjamin pendidikannya karena tersedianya dana dari hasil investasi dan jika orang tua mengalami risiko yang telah disebutkan, maka anak akan tetap terjamin dengan dana asuransi. Memang pada akhirnya untuk kepentingan anak dan tertanggung juga.
  6. Pilih perusahaan asuransi yang terpercaya untuk melakukan konsultasi lebih lanjut tentang produk dan fitur yang cocok untuk kondisi finansial orang tua.

Nah, demikian tentang substansi rencana pendidikan anak sejak dini. Sekali lagi ingatlah resep syair Gibran yang menyentuh hati itu.

Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat.

Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun