Set pertama agaknya sengaja dilepas Jannik Sinner. Ia membiarkan Carlos Alcaraz mengeluarkan segenap jurus dan kemampuannya. Ibarat petarung, Sinner mencoba membaca seluruh sisi Alcaraz selengkap-lengkapnya.
Namun tidak setelah itu. Set-set berikutnya harus menjadi kemenangan agar drama final Wimbledon tak berlangsung lama dan mendebarkan.
Final Wimbledon 2025 menyuguhkan pertandingan epik yang tak akan dilupakan Jannik Sinner menghadapi rival utamanya, Carlos Alcaraz, dalam duel penuh teknik, mental, dan drama. Kemenangan Sinner kali ini bukan hanya sekadar trofi Grand Slam, tapi juga mengukuhkan bab baru dalam rivalitas mereka.
Nama Sinner kini terpampang di piala dan dinding Wimbledon. Tetapi ada catatan lain yang tak akan ia lupakan. Setidaknya ada tujuh hal. Apa saja?
Juara Wimbledon Pertama dari Italia
Jannik Sinner mencetak sejarah sebagai petenis Italia pertama yang menjuarai Wimbledon di sektor tunggal putra. Italia memang punya tradisi tenis kuat, tapi Sinner kini menjadi ikon baru, membuka era kejayaan baru bagi negara tersebut.
Permainan yang Super Klinis
Dalam final ini, Sinner nyaris sempurna: unforced errors sangat minim, servis akurat, dan net play yang sangat efisien. Bahkan banyak analis menyebut ini sebagai penampilan terbaik dalam kariernya, dengan statistik yang mencengangkan. First serve percentage di atas 80%, dan hanya satu kali kehilangan servis sepanjang pertandingan.
Rivalitas "Tenis Baru" yang Akan Terus Membara
Final ini adalah pertemuan ke-13 antara Sinner dan Alcaraz, dengan rekor yang kini nyaris seimbang. Banyak yang menyebut rivalitas mereka sebagai "Federer vs Nadal" generasi baru. Bedanya, Sinner datang dari Italia dengan permainan teknis yang dingin, sementara Alcaraz adalah petarung eksplosif dari Spanyol.