Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Dari Kegelapan Menuju Cahaya

21 April 2021   11:37 Diperbarui: 21 April 2021   11:45 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Dari Kegelapan Menuju Cahaya"

Memperingati hari Kartini 21 April 2021 pada dasarnya sebuah apresiasi yang sangat tinggi atas jasa seorang Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara tanggal 21 April 2021. Ia adalah putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Ia adalah Raden Ayu Kartini dikenang sebagai pahlawan perempuan nasional RI dan sebagai seorang pahlawan tentu memiliki jasa yang sangat sumbangtif bagi kemajuan sebuah Negara.

Membaca kisah R.A Kartini (masa kecil dan kisah ayahnya) saya teringat sebuah kisah nyata yang dialami sebagian kalangan masyarakat di kampung saya desa "A", kalangan tersebut anggap saja berada pada rentang usia 30-60an sebagai keturunan (cucu) dari seorang kakek yang nota bene merupakan pejabat daerah di sebuah teritori tentu masih di jaman penjajahan. Dimana pejabat tersebut sangat menggampangkan dengan menikahi lebih dari satu istri karena tuntutan keadaan, harus memiliki keturanan lelaki misalnya, lantaran situasi politis pada saat itu, persoalan harta, hibah, jabatan dan hal-hal melingkupinya. Sungguh miris dan pahit dari buah penjajahan baik yang dilakukan pejabat tersebut kepada selir-selirnya maupun kepada generasi nantinya. Sungguh nyaman pula nasib generasi milineal saat ini yang sudah tidak terjajah lagi dengan pola colonial meski nantinya tetap ada konsekwensi tertentu. Nah dari pernikahan demikian tak hanya dua hingga tiga putra putri, tak hanya empat hingga lima saudara-saudari yang lahir, tak hanya harta gona-gini, tak hanya ketahtaan dan diskriminasi. Begitulah kenyataan yang dialami cucu-cicit tadi, sehingga demikian mestinya terpotong agar tidak melahirkan pembenaran yang mana istri sah kalau untuk legalitas, yang mana pemilik sah kalau untuk sebuah harta, yang mana pemenang tahta selanjutnya kalau untuk sebuah tahta.

Bagaimana nasib anak yang tidak mengenal bapak sesungguhnya, bagaimana nasib kaum perempuan muda, bagaimana kabarnya anak kandung yang dianaktitirkan dari saudara-saudarinya dan bagaimana keterlibatan Negara dalam hal ini menjamin warganya khususnya kaum yang termarginalkan. Tentu banyak yang ingin berkisah.

Harapan slogan "Habis Gelap Terbitlah Terang" menjadi cinderamata bagi generasi yang pernah baca dan memaknai pesan-pesan R.A Kartini yang ditulisnya ke Estella di Eropa sana. Akan menjadi mutiara selanjutnya setelah generasi kartini tadi yang mengamalkan apa maklumat isi surat itu. Termasuk saya belum membacanya; yang saya tahu adalah model tanda tangan pahlawan nasional tersebut pada buku sejarah di masa sekolah dasar tanpa diceritakan kisah dibalik lahirnya perjuangan seorang anak yang menjadi istri bupati, yang saya tahu adalah 21 April setiap tahunnya yang sering muncul adalah motivasi hidup dalam berjuang habis gelap terbitlah terang. Mungkin perlu merefleksi lagi kenapa banyak wasiat R.A Kartini di jamannya, kenapa R.A Kartini melahirkan sekolah di usianya yang begitu muda, ia mendirikan sekolah-sekolah di pula Jawa hingga menular hingga ke kampung luar pulau Jawa, untuk apa semua itu? Mungkin agar kita membaca, kita sekolah, agar kita lebih paham, agar kita bisa membawa bekal tanpa harus dari warisan.

Ia ingin kita bangkit, ia ingin kita sudahi segala bentuk kolonial, ia ingin minta kerjasama kepada siapapun yang paham bahwa kita harus keluar dari kegelapan menuju yang terang menderang. Perempuan layak sekolah, perempuan layak memilih hidup, anak-anak harus dapat kemerdekaan dari dalam rumahnya sendiri, R.A. Kartini ingin kita jauhi diskriminasi, penjajahan baik dalam diri kita maupun kepad orang lain tentunya. R.A Kartini adalah cahaya bagi kita, ia adalah ibu bagi kaum yang membutuhkan cahaya.

Apa itu gelap? Di KBBI sendiri terdapat beragam arti kata gelap yaitu tidak ada cahaya; kelam; tidak terang, suram (tentang benar salah), belum jelas (perihal termasuk nasib), gelap berarti rahasia (tentang tidak secara terang-terangan), Gelap merupakan adjectiva yang lahir dan melekat pada sebuah nomina, gelap sebagai sisi lain dari nomina memiliki beragam sinonim, interpretasi. Gelap memiliki beragam arti dan interpretasi, gelap akan berarti gelap dan tetap akan gelap segelap-gelapnya tanpa kita tidak bergerak untuk melakukan sesuatu yang dapat menerangi. Sehingga maklumat dari Ibu Kita Kartini adalah dari kegelapan menuju cahaya pada dasarnya merupakan sebuah proses dan tindakan berupaya yang tidak semudah dengan menikmatinya. Ia ingin kita hidup tanpa ada diskriminasi, ia ingin kita menepis penjajahan agar menjadi cahaya kemudian kepada generasi kita sebab mungkin penjajahan belum sesuai dengan keadilan yang kita inginkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun