Mungkin respons yang paling tulus terhadap lagu ini bukanlah perdebatan atau penolakan, melainkan mendengarkan dengan hati yang terbuka. Karena terkadang, dunia menyanyikan apa yang Gereja lupa katakan: bahwa cinta itu sakral, dan setiap orang -- tanpa memandang masa lalu, identitas, atau pertanyaan mereka -- membawa citra Tuhan. Paskah ini, saat bunga bakung bermekaran dan Haleluya bergema, hendaklah Gereja tidak hanya merayakan makam yang kosong, tetapi juga hidup sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh percaya pada kebangkitan! Semoga kita menjadi agen-agen pembuka pintu yang lebar dan mengasihi tanpa syarat, yang mencerminkan sifat Yesus yang menaklukkan kematian bukan untuk menghukum, tetapi untuk memulihkan. Mari kita gulingkan batu-batu penghalang -- dari pintu-pintu gereja kita, hati yang keras, ataupun tembok-tembok yang dibangun oleh rasa takut -- dan ciptakan ruang-ruang di mana semua orang dapat bertemu dengan Kristus yang bangkit, bukan dalam rasa malu, melainkan dalam kemuliaan yang penuh harapan! Karena cinta jauh lebih kuat dari kematian. Kasih karunia mengalahkan penghakiman. Dan Paskah -- dengan segala keajaibannya -- mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh untuk berubah dan merperbarui diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI