Indonesia pernah berjaya dengan perkebunan tehnya. Dari lereng Jawa Barat hingga pegunungan Sumatra, daun-daun hijau teh tumbuh subur dan menjadi kebanggaan ekspor. Namun, dalam tiga tahun terakhir, tanda-tanda kemunduran mulai tampak nyata. Angka produksi dan ekspor merosot, dan para pelaku industri pun harap-harap cemas.
Apakah ini pertanda senja bagi teh Indonesia, atau justru panggilan untuk berbenah?
Produksi Teh: Tren Penurunan yang Mengkhawatirkan
Perjalanan produksi teh Indonesia menunjukkan pola naik-turun yang dramatis. Pada 1980, total produksi tercatat sekitar 106,17 ribu ton. Dua dekade kemudian, industri teh mencapai masa keemasannya: pada 2003, produksi melonjak ke level tertinggi yaitu 169,82 ribu ton, naik 2,80% dibanding tahun sebelumnya. Angka ini sekaligus menjadi puncak sejarah produksi teh Indonesia.
Namun, setelah masa kejayaan itu, grafik produksi mulai bergerak menurun. Perlahan tapi pasti, volume terus melemah hingga pada 2023 hanya tersisa 122,68 ribu ton. Artinya, dalam kurun 20 tahun, Indonesia kehilangan hampir sepertiga kapasitas produksinya.
Proyeksi Ditjen Perkebunan (2024) memberi sedikit harapan: produksi tahun 2024 diperkirakan naik tipis 1,11%menjadi sekitar 124,04 ribu ton. Walau kenaikan ini patut diapresiasi, level tersebut masih jauh dari kejayaan produksi di awal 2000-an.
Turunnya produksi tidak lepas dari penyusutan luas kebun. Pada periode 1980–2000, luas areal teh masih tumbuh positif, rata-rata naik 1,64% per tahun. Namun tren itu berbalik setelah tahun 2000. Pada periode 2000–2014, luas kebun justru menyusut rata-rata 1,80% per tahun, dan periode 2015–2024 kembali turun dengan laju sekitar 1,75% per tahun.
Sebagai gambaran, pada 1980 luas areal teh mencapai 112,7 ribu hektar, sementara pada 2022 tinggal 101,28 ribu hektar. Jika tren berlanjut, estimasi 2024 menyebut luas areal hanya tersisa sekitar 99,27 ribu hektar.
Dengan kebun yang menua, produktivitas rendah, dan banyak lahan beralih fungsi ke tanaman lain atau nonpertanian, fondasi industri teh Indonesia semakin rapuh.
Ekspor Tertekan, Impor Menurun
Teh masih menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Dari total produksi 124,66 ribu ton pada 2022, sekitar 44,92 ribu ton atau 36% disalurkan ke pasar internasional. Artinya, lebih dari sepertiga produksi nasional masih ditopang ekspor.
Namun, tren jangka panjang memperlihatkan alarm serius. Selama 2015–2023, volume ekspor teh berfluktuasi namun cenderung menurun rata-rata 6,15% per tahun. Pada 2014, ekspor masih 75,45 ribu ton, tetapi pada 2020 turun menjadi 45,26 ribu ton. Hingga 2023, ekspor belum kembali ke level awal dekade.