Pada 18 Maret 2025, Krapyak Peduli Sampah (KPS) kembali menunjukkan perannya sebagai pusat pembelajaran dan inspirasi dalam pengelolaan sampah pesantren. Kali ini, tim KPS yang dipimpin oleh Andika Muhammad Nuur diundang secara khusus oleh Pondok Pesantren Al-Imdad, Bantul, untuk menjadi narasumber utama dalam kegiatan “Pembangunan Konsep Awal Pengolahan Sampah Pesantren.”
Acara ini menjadi titik awal kolaborasi dua pesantren besar di Yogyakarta dalam mewujudkan pesantren ramah lingkungan. Melalui sesi pemaparan, diskusi, dan praktik langsung, KPS membagikan pengalaman mereka dalam membangun sistem pengelolaan sampah mandiri yang telah berhasil menurunkan produksi sampah Pondok Pesantren Krapyak dari dua ton per hari menjadi hanya sekitar seratus kilogram saja.
Menariknya, hasil nyata dari kegiatan tersebut kini dapat dirasakan langsung. Beberapa bulan setelah pendampingan KPS, Pesantren Al-Imdad telah berhasil menerapkan konsep pemilahan dan pengolahan sampah yang serupa dengan sistem KPS, menjadikannya sebagai salah satu pesantren perintis pengelolaan sampah mandiri di wilayah Bantul.
Menjawab Tantangan Sampah Pesantren
Melihat kondisi itu, pihak pesantren mengundang Krapyak Peduli Sampah sebagai narasumber untuk membantu merancang sistem yang efisien dan berkelanjutan. “Kami melihat Krapyak Peduli Sampah berhasil mengubah tantangan menjadi peluang. Dari situ kami ingin belajar, bagaimana mengelola sampah bukan hanya agar bersih, tapi juga agar bernilai,” ujar salah satu pengurus Al-Imdad.
Pemaparan dan Pendampingan dari Krapyak Peduli Sampah
Dalam kesempatan tersebut, Andika Muhammad Nuur memulai pemaparannya dengan menyampaikan filosofi dasar yang menjadi napas gerakan KPS, yaitu pesan dari KH Ali Maksum:
“Nek ora iso ngresiki, ojo ngregeti” — kalau tidak bisa membersihkan, jangan mengotori.
Menurut Andika, pesan sederhana itu menjadi fondasi kesadaran ekologis di pesantren. “Kami di KPS memandang pengelolaan sampah bukan semata urusan teknis, tapi juga bagian dari ibadah. Menjaga kebersihan berarti menjaga amanah Allah terhadap bumi,” ujarnya di hadapan ratusan santri dan pengurus Al-Imdad.
Andika kemudian menjelaskan konsep utama sistem pengelolaan sampah KPS yang disebut “Sampah Hari Ini, Selesai Hari Ini.” Prinsip ini menekankan pentingnya menyelesaikan masalah sampah di sumbernya, bukan menunda atau memindahkan masalah ke tempat lain.
Dalam sesi selanjutnya, tim KPS memberikan pelatihan teknis tentang pemilahan dan pengolahan sampah berbasis tiga kategori utama, yaitu:
Sampah Organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, yang diolah menjadi pupuk kompos dan bahan biogas.
Sampah Anorganik, seperti plastik dan logam, yang dipilah untuk didaur ulang atau dijual kembali.
Sampah Residu, yang tidak dapat diolah dan harus diminimalkan jumlahnya.
Pelatihan dilakukan secara langsung di area pondok, melibatkan santri dalam praktik pemilahan, penimbangan, dan pengomposan sederhana. Antusiasme peserta terlihat jelas—banyak santri yang mencatat, bertanya, dan bahkan langsung mencoba memilah sampah mereka sendiri.
Dari Teori ke Aksi Nyata: Al-Imdad Berubah
Kini, setiap santri di Al-Imdad telah terbiasa memilah sampah sejak dari kamar atau dapur. Sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan kompos, sementara plastik dipilah untuk dijual ke pengepul. Bahkan, sebagian santri mengembangkan ide kreatif membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang seperti botol dan kantong plastik.
“Dulu kami tidak pernah terpikir bisa seperti ini. Sekarang halaman pesantren jauh lebih bersih, tidak ada lagi tumpukan sampah di pojokan dapur,” ungkap salah satu santri dengan bangga.
Perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa konsep dan sistem yang diterapkan KPS tidak hanya efektif di lingkungan Pondok Krapyak, tapi juga bisa direplikasi di pesantren lain dengan karakter berbeda.
Peran Strategis Santri dan Nilai Keagamaan
Dalam refleksinya, Andika Muhammad Nuur menegaskan bahwa gerakan lingkungan di pesantren harus dimulai dari kesadaran spiritual. Santri bukan hanya pelajar agama, tetapi juga calon pemimpin yang bertanggung jawab menjaga bumi.
“Santri itu penjaga ilmu dan penjaga bumi. Ketika mereka belajar mengelola sampah, sebenarnya mereka sedang belajar menjaga amanah Allah,” jelasnya.
Ia menambahkan, nilai-nilai keagamaan seperti thaharah (kesucian), amanah (tanggung jawab), dan ihsan (berbuat terbaik) harus menjadi dasar dari setiap aktivitas lingkungan di pesantren. Dengan landasan nilai itu, pengelolaan sampah tidak lagi dipandang sebagai beban, melainkan sebagai bagian dari amal shaleh.
Sinergi dan Harapan ke Depan
Keberhasilan Pondok Pesantren Al-Imdad mengadopsi sistem Krapyak Peduli Sampah menjadi inspirasi bagi pesantren lain di wilayah Bantul dan sekitarnya. Beberapa pesantren mulai menyatakan minat untuk belajar langsung ke Al-Imdad maupun KPS.
Melihat perkembangan ini, Andika berharap muncul gerakan lebih luas di kalangan pesantren untuk membangun “ekosistem hijau berbasis nilai pesantren.” Menurutnya, jika setiap pesantren memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, dampaknya tidak hanya pada kebersihan lingkungan, tetapi juga pada pembentukan karakter santri yang peduli, mandiri, dan disiplin.
“Kalau pesantren bisa mengelola sampahnya sendiri, artinya pesantren juga sudah ikut menjaga bumi. Ini bukan hanya gerakan lingkungan, tapi gerakan peradaban,” tutur Andika menutup sesi diskusi.
Penutup
Kegiatan Krapyak Peduli Sampah di Pondok Pesantren Al-Imdad menjadi salah satu bukti nyata bahwa gerakan kebersihan dan pengelolaan lingkungan bisa tumbuh dari pesantren. Apa yang dimulai dari Pondok Krapyak kini menjalar menjadi inspirasi di banyak tempat.
Dengan semangat “Nek ora iso ngresiki, ojo ngregeti”, KPS terus berkomitmen menyebarkan nilai-nilai kepedulian lingkungan sebagai bagian dari ibadah. Keberhasilan Al-Imdad dalam mengadopsi sistem KPS adalah cermin bahwa perubahan itu mungkin, selama dilakukan dengan kesungguhan, ilmu, dan ketulusan hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI