Dalam sesi selanjutnya, tim KPS memberikan pelatihan teknis tentang pemilahan dan pengolahan sampah berbasis tiga kategori utama, yaitu:
Sampah Organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, yang diolah menjadi pupuk kompos dan bahan biogas.
Sampah Anorganik, seperti plastik dan logam, yang dipilah untuk didaur ulang atau dijual kembali.
-
Sampah Residu, yang tidak dapat diolah dan harus diminimalkan jumlahnya.
Pelatihan dilakukan secara langsung di area pondok, melibatkan santri dalam praktik pemilahan, penimbangan, dan pengomposan sederhana. Antusiasme peserta terlihat jelas—banyak santri yang mencatat, bertanya, dan bahkan langsung mencoba memilah sampah mereka sendiri.
Dari Teori ke Aksi Nyata: Al-Imdad Berubah
Kini, setiap santri di Al-Imdad telah terbiasa memilah sampah sejak dari kamar atau dapur. Sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan kompos, sementara plastik dipilah untuk dijual ke pengepul. Bahkan, sebagian santri mengembangkan ide kreatif membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang seperti botol dan kantong plastik.
“Dulu kami tidak pernah terpikir bisa seperti ini. Sekarang halaman pesantren jauh lebih bersih, tidak ada lagi tumpukan sampah di pojokan dapur,” ungkap salah satu santri dengan bangga.
Perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa konsep dan sistem yang diterapkan KPS tidak hanya efektif di lingkungan Pondok Krapyak, tapi juga bisa direplikasi di pesantren lain dengan karakter berbeda.
Peran Strategis Santri dan Nilai Keagamaan