Mohon tunggu...
andika muhammad nuur
andika muhammad nuur Mohon Tunggu... direktur krapyak peduli sampah

konten tentang bagaimana pondok pesantren menyelesaikan permasalahan sampah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Andika Muhammad Nuur dari Krapyak Peduli Sampah Menjadi Narasumber di Pondok Pesantren Al-Imdad

4 Oktober 2025   11:30 Diperbarui: 4 Oktober 2025   11:12 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pemamparan Materi (Sumber:instagram/krapyakpedulisampah)

Dalam sesi selanjutnya, tim KPS memberikan pelatihan teknis tentang pemilahan dan pengolahan sampah berbasis tiga kategori utama, yaitu:

  1. Sampah Organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, yang diolah menjadi pupuk kompos dan bahan biogas.

  2. Sampah Anorganik, seperti plastik dan logam, yang dipilah untuk didaur ulang atau dijual kembali.

  3. Sampah Residu, yang tidak dapat diolah dan harus diminimalkan jumlahnya.

Pelatihan dilakukan secara langsung di area pondok, melibatkan santri dalam praktik pemilahan, penimbangan, dan pengomposan sederhana. Antusiasme peserta terlihat jelas—banyak santri yang mencatat, bertanya, dan bahkan langsung mencoba memilah sampah mereka sendiri.

Dari Teori ke Aksi Nyata: Al-Imdad Berubah

Dokumentasi Pemamparan Materi (Sumber:instagram/krapyakpedulisampah)
Dokumentasi Pemamparan Materi (Sumber:instagram/krapyakpedulisampah)
Pendampingan tidak berhenti pada acara satu hari itu saja. Setelah kegiatan, tim KPS terus memberikan bimbingan jarak jauh kepada pengurus pesantren Al-Imdad untuk memastikan sistem yang dibangun berjalan konsisten. Hasilnya, hanya dalam waktu beberapa bulan, Al-Imdad berhasil membentuk unit kecil pengelolaan sampah pesantren, lengkap dengan struktur tim, jadwal piket, dan sistem pemilahan yang terorganisir.

Kini, setiap santri di Al-Imdad telah terbiasa memilah sampah sejak dari kamar atau dapur. Sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan kompos, sementara plastik dipilah untuk dijual ke pengepul. Bahkan, sebagian santri mengembangkan ide kreatif membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang seperti botol dan kantong plastik.

“Dulu kami tidak pernah terpikir bisa seperti ini. Sekarang halaman pesantren jauh lebih bersih, tidak ada lagi tumpukan sampah di pojokan dapur,” ungkap salah satu santri dengan bangga.

Perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa konsep dan sistem yang diterapkan KPS tidak hanya efektif di lingkungan Pondok Krapyak, tapi juga bisa direplikasi di pesantren lain dengan karakter berbeda.

Peran Strategis Santri dan Nilai Keagamaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun