Pada tanggal 6 Januari 2025, Krapyak Peduli Sampah (KPS) kembali mendapat tamu istimewa. Kali ini, kunjungan datang dari rombongan tamu asal Lombok, yang secara khusus ingin meninjau dan mempelajari sistem pemilahan dan pengolahan sampah mandiri yang telah berhasil diterapkan di lingkungan Pondok Pesantren Krapyak yayasan Ali Maksum, Yogyakarta.
Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya berbagi ilmu dan pengalaman antar daerah tentang bagaimana pesantren dapat menjadi pelopor pengelolaan sampah berbasis nilai agama dan budaya. Para tamu dari Lombok mengaku tertarik dengan KPS setelah mendengar berbagai pemberitaan tentang keberhasilannya menurunkan volume sampah dari dua ton per hari menjadi hanya sekitar seratus kilogram per hari melalui sistem pengelolaan yang rapi, disiplin, dan terintegrasi.
Dalam kunjungan tersebut, Andika Muhammad Nuur, selaku Direktur Krapyak Peduli Sampah, menyambut dengan hangat dan langsung memandu peninjauan lapangan. Ia menjelaskan bahwa di KPS, sampah tidak hanya dipandang sebagai limbah, melainkan juga sebagai potensi. Setiap jenis sampah memiliki nilai manfaat bila dikelola dengan cara yang tepat.
Para tamu diperkenalkan dengan tahapan pemilahan sampah di KPS yang terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu. Sampah organik seperti sisa makanan dan daun dikumpulkan untuk diolah menjadi kompos dan biogas, sedangkan sampah anorganik seperti plastik dan logam dipilah kembali menjadi bahan daur ulang yang bisa dijual atau dimanfaatkan sebagai kerajinan. Sementara itu, residu yang benar-benar tidak bisa diolah dikurangi semaksimal mungkin agar tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir.
Para tamu dari Lombok tampak antusias dan banyak bertanya, mulai dari mekanisme penegakan disiplin kebersihan santri, pengelolaan sampah di dapur pesantren, hingga cara melibatkan masyarakat sekitar. Mereka mengaku kagum dengan sistem manajemen yang berjalan di KPS, karena tidak hanya menekankan pada teknis pengolahan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah.
Menutup kunjungan, para tamu menyampaikan apresiasi dan rencana untuk mengadopsi model pengelolaan sampah ala Krapyak di daerah mereka. Mereka berharap dapat meniru semangat "sampah hari ini, selesai hari ini" yang diterapkan KPS.
Kunjungan ini tidak hanya memperkuat jejaring antar daerah dalam upaya pengelolaan sampah, tetapi juga menjadi bukti bahwa pesantren bisa menjadi pusat inovasi lingkungan. Melalui pendekatan yang spiritual, sosial, dan praktis, Krapyak Peduli Sampah terus menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang baik berawal dari niat yang bersih dan hati yang peduli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI