Mohon tunggu...
Andika Saputra
Andika Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Amatir

Penikmat sejarah, politik, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan Hanya Khayalan, Benarkah?

20 November 2022   22:33 Diperbarui: 20 November 2022   22:42 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Tuhan itu hanya omong kosong, yang benar adalah fikiran kita yang menciptakan tuhan bukan tuhan yang menciptakan kita. Tidak benar bila dikatakan Tuhan yang menata segala sudut dan ruang di alam semesta ini, semua itu hanya spekulasi manusia jumud yang terkerangkeng dalam dogm-dogma teologis. Kita hanyalah orang-orang malas yang bisanya cuma mengeluhkan kemiskinannya kepada sosok yang kita sebut sebagai Tuhan, dengan cara berdo'a dan merayu-rayunya agar dia mengabulkan do'a kita sembari mengatakan ini adalah ketetapan dari sang pencipta. Bila dia benar adanya, kenapa manusia saling berperang satu sama lain? Bangsa besar menjajah bangsa kecil, kemudian merampas kekayaan alamnya lalu membumi hanguskan negeri mereka, Dimana kuasanya? rakyat jelata memanggil-manggil namanya sampai mereka mati kelaparan pun ia tidak juga menurunkan pertolongannya,Manusia kuat menindas manusia yang lemah begitu terus sampai saat ini pun dia tidak juga turun Karna itu akui sajalah Tuhan itu Cuma khayalan hasil rekaan kita."

Begitu ucap seorang yang baru saja membaca pengantar buku Das Kapital atau seorang anak muda yang ditempeleng emaknya gegara malas sholat,atau juga bocah penggiat meme yang kebetulan bergabung di grup facbook meme atheis Indonesia lalu menghabiskan waktu membaca meme-meme sara yang berseliweran di grup itu sambil rebahan di atas kasur memakai kaos kutang. Tentu saja akan terasa konyol dan lucu bila itu diucapkan oleh orang-orang dengan kondisi semacam itu. Terlepas dari hal itu penulis mengamati pada dasarnya mindset semacam itu terbentuk berangkat dari tiga alasan.

Alasan yang pertama berangkat dari pemikiran yang memancarkan pola pikirnya keliru, alasan ini nafasnya ideologis, sebab ia adalah kerangka sebuah ide yang terkonsep dalam sebuah pemikiran materialisme yang pada intinya menafikkan segala sesuatu yang bersifat abstrak atau yang tidak dapat di indera. Tuhan, alam ghoib, alam akhirat, malaikat, iblis dan semua yang tidak dapat di indra adalah tidak nyata. Pemikiran ini yang mempengaruhi cara pandangnya terhadap Tuhan dan agamanya.

Alasan yang kedua, orang-orang liberal yang merasa tuntutan agama adalah tekanan yang mengikat sehingga ikatan atau aturan tadi menghambat kebebasannya sampai tercetuslah argument seperti itu. Dia bukan bernafaskan ideologis tapi karna tidak senangnya dia dengan aturan Allah. 

Lalu yang ketiga, alasannya adalah pengalaman hidup yang telah menggiringnya sampai kepada mindset seperti itu, dia mungkin adalah korban dari perceraian orang tua lalu menjadi anak-anak broken home atau sedari kecil hidup di jalanan atau mungkin dia adalah korban dari peperangan dan kasus-kasus hidup serupa dengan itu sehingga ia kemudian mempertanyakan keberadaan Allah bahkan sampai pada tahap mengutuk Allah itu sendiri karna merasa dibiarkan begitu saja hidup dengan kondisi mengenaskan dan memprihatinkan.

Ini akan menjadi diskursus serius apabila itu dilontarkan oleh seseorang yang telah melewati fase-fase buruk dalam perjalanan hidupnya, Ada banyak faktor dan sebab yang mengantarkan dirinya menjadi pribadi yang kerap mempertanyakan dimana peranan Tuhan di dunia ini sebagai pencipta. Salah satunya ialah karna ia terperangkap dalam Aqidah yang bathil dan cara pandang yang keliru pula dalam memandang kehidupan.

Hatinya kering kerontang dan jauh di lubuk yang paling dalam dia sendiri pun tidak menginginkan lisannya mengucapkan kata-kata itu, pun dia berharap apa yang ia harapkan tidak sebagaimana yang ia fikirkan, seperti Nietszhe dengan kata-kata kontroversialnya "Tuhan Telah Mati" itu ia ucapkan tetapi dengan harapan itu tidak benar dan batinnya menolak lisannya sendiri.

Cara Sederhana Meraba Eksistensi Allah

Kalau dia ada, dimana dia? Demikian yang mengatakannya tak ada. Buya Hamka di dalam bukunya Pandangan Hidup Muslim manusia mempunyai badan kasar maka adakah badan halus? Ada tubuh, ada nyawa, pada lahir kelihatan susunan tubuh, anggota tersusun hingga susunan yang sekecil-kecilnya. Kemudian sampailah ia di puncak, yaitu otak manusia. Apakah otak itu ? dari apa tersusunnya? Ada urat besar dan ada pula urat kecil, ada urat yang lebih kecil dan lebih kecil lagi.

Pertama, bercerminlah anda, bila cermin tidak ada di kamar silahkan  ambil Hp  untuk bisa melihat wajah anda di layar, perhatikan secara seksama rambut anda yang berwarna hitam itu, sering kali ketika berpapasan dengan wanita yang disukai anda akan merapikan rambut supaya terlihat menawan agar dia tertarik dengan penampilan anda, perhatikan juga wajah anda yang ganteng dan cantik itu. Wajah anda memilki alis yang tebal atau mungkin juga tidak terlalu tebal atau barangkali alis yang halus, lihat ke bawah perhatikan mata anda yang sipit atau bulat itu, turun lagi ke bawah lihat hidung anda yang pesek atau setengah mancung itu, kadangkala bulu hidung anda menjulur keluar saking panjangnya. Bukalah mulut anda lalu amati gigi anda yang tersusun indah dan rapi  dengan baik. 

Sekarang pula mari kita bayangkan bersama bila alis mata anda sifatnya sama seperti rambut yang terus menerus memanjang tanpa batas. Gigi terus menjalar ke bawah mengikuti sifat rambut yang terus tumbuh, dan mata yang ditumbuhi oleh bulu-bulu seperti hidung yang memiliki bulu. Tentu aneh bukan? Saya ingin mengatakan artinya ada yang merancang wajah anda itu sehingga berfungsi sesuai dengan sifatnya. Bila saja yang kita bayangkan bersama tadi itu nyata akan apa jadinya anda dan saya. Pendek kata saya menyampaikan bahwa mustahil organ wajah anda itu bisa sedemikian rapi dan teraturnya tanpa ada keterlibatan sosok yang disebut pencipta yang menciptakan keteraturan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun