Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kata Macrobius

21 September 2025   19:21 Diperbarui: 21 September 2025   19:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jiwa manusia berasal dari Surga.

Jiwa, saat bersatu dengan tubuh, akan selalu melihat ke arah sumbernya dan berusaha untuk kembali ke tempat asalnya.

Di antara bintang-bintang
Ia menetap
Sampai akhirnya tergoda oleh keinginan untuk menghidupkan tubuh.
Ia turun untuk dipenjara dalam materi.

Baca juga: Kita Sama

Sejak saat itu, ia tidak memiliki sumber daya lain selain ingatan dan selalu tertarik ke tempat kelahiran dan rumahnya.

Sarana untuk kembali harus dicari dalam dirinya sendiri.
Untuk naik kembali ke sumbernya, ia harus menderita dalam tubuh.

Jalan yang ditempuhnya
Turun dan naik di antara bintang-bintang dan bola-bola.

Bola atau Surga bintang-bintang tetap adalah Wilayah Suci dan Padang-padang Elysian yang merupakan tempat tinggal asli jiwa-jiwa
Tempat mereka naik kembali ketika mereka telah menemukan kembali kemurnian dan kesederhanaan primitif mereka.

Dari wilayah bercahaya itu jiwa berangkat.
Ketika ia melakukan perjalanan menuju tubuh, ia mengalami tiga degradasi yang disebut dengan nama Kematian dan sampai ia melewati beberapa bola dan unsur-unsur.

Semua jiwa tetap memiliki Surga dan kebahagiaan selama mereka cukup bijaksana untuk menghindari penularan tubuh dan menjaga diri mereka dari kontak apa pun dengan materi.  

Mereka yang dari tempat tinggal yang tinggi itu
Tempat mereka diliputi cahaya abadi
Memandang dengan penuh kerinduan ke arah tubuh dan ke arah apa yang kita sebut kehidupan di dunia ini.

Bagi jiwa kematian itu nyata...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun