Melihat anak di rumah belajar matematika seru juga ternyata. Flash back pelajaran jaman eSDe hehehehee.
Bicara matematika, tiap mendengar kata MATEMATIKA saya teringat pada seorang guru matematika jaman eSeMA dulu. Beliau orang batak asli seperti kebanyakan guru-guru pada masa itu. Namun ada yang berbeda dengan beliau ini. Suara yang keras, galak, penampilan seram dan lain sebagainya (sebagaimana biasa kita mendefinisikan ciri khas orang batak – bukan sara), tidak kami temukan pada beliau. Kenal Dodit Mulyanto? komedian standup di Kompas TV? Nah, gaya bapak guru kami itu sebelas dua belas lah dengan Dodit itu, bedanya adalah postur beliau yang tinggi besar, gemuk seperti Cak Lontong. Beliau juga sangat senang men-slapstickan dirinya sendiri seperti gaya Tukul arwana ketika mencela diri nya sendiri. Sudah bisa terbayangkan? bagaimana respon kami pada saat beliau sedang mengajar.
Suasana kelas ceria, sepertinya tidak ada batasan bahwa kami murid dan beliau guru, kami merasa kalau beliau tidak sedang mengajar matematika (yang biasanya menjadi momok menakutkan bagi para murid), yang kami rasakan adalah beliau sedang Open Mic (istilah untuk para pelaku StandUp comedy) bercerita tentang kalkulus, integral atau ilmu ukur ruang. Namun ajaibnya, ternyata cerita beliau itu dengan mudah dapat kami tangkap dan pahami.
Agak aneh memang, bila jam pelajaran matematika ternyata menjadi jam pelajaran yang paling kami nantikan pada masa itu. Kadang bila telah masuk jam pelajaran beliau dan beliau belum nampak, beberapa dari kami mengecheck ke lapangan parkir, sudah nongol atau belum ya sedan taksi warna kuning itu di sana? Ya, selain mengajar matematika, beliau ternyata juga punya pekerjaan sampingan sebagai sopir taksi. Hmmm... wajar ya kalau kami sangat terkesan dengan beliau. Dan saya termasuk salah satu murid yang paling terkesan, karena pada suatu kesempatan upacara bendera hari senin setelah selesai masa EBTANAS, dan beliau menjadi inspektur upacaranya, secara tidak terduga beliau mengutarakan pengumuman bahwa hasil nilai matematika saya menjadi yang tertinggi, wowww amazing sekali pada saat itu J . Kembali kepada kalimat pembuka di atas, saya akhirnya menyimpulkan bahwa menjadi guru matematika itu tidak mudah ternyata, butuh trik trik tertentu.
Mengajari anak sendiri belajar matematika, walaupun hanya pelajaran eSDe, saya tidak merasa sukses. Entah karena terlalu mudah atau cara pengajaran nya yang tidak pas dengan sang anak, atau saya nya yang tidak sabaran?. Yang pasti, gemes aja melihat pelajaran eSDe tersebut J... Atau memang karena cara pengajaran jaman saya sekolah dulu dan sekarang ini berbeda???
Entahlah...
PS: Terima kasih pak Hutajulu, entah di mana bapak sekarang berada....