Mohon tunggu...
andhi
andhi Mohon Tunggu... Engineer | Konsultan Transformasi Digital | CEO | CTO

Lulusan Teknik Sipil dari Gunma University - Jepang, Magister di bidang bisnis dari SBM-ITB. Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai konsultan di bidang konstruksi, teknologi informasi, multimedia, dan bisnis manajemen. Berprofesi sebagai engineer sipil berbasis BIM, dan sesekali menjalankan peran sebagai programmer. Aktif memimpin berbagai inisiatif transformasi digital dan pengembangan sistem untuk meningkatkan efisiensi usaha. Juga aktif berbagi ilmu melalui media sosial dan sebagai narasumber di berbagai forum akademik, termasuk universitas. Di luar aktivitas profesional, menekuni bidang kreatif seperti menggambar, membuat lagu, atau menikmati waktu dengan bermain gitar. Menulis menjadi sarana untuk berbagi pandangan mengenai dunia kerja, teknologi, dan pengembangan usaha.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sidik Jari, Sains, dan STIFIn : Mencari jalan tengah antara rasa ingin tahu dan klaim berlebihan

1 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 1 Oktober 2025   08:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam beberapa tahun terakhir, tes STIFIn ramai dibicarakan di seminar, sekolah, hingga media sosial. Dengan memindai sidik jari, STIFIn mengklaim bisa memetakan "mesin kecerdasan" dan kepribadian seseorang. Sebagian orang merasa terbantu; sebagian lain menyebutnya pseudoscience. Mana yang benar?

Tulisan ini menawarkan posisi di tengah: mengakui apa yang sudah diketahui sains, jujur tentang apa yang belum, dan memberikan panduan praktis agar publik tidak terseret klaim berlebihan.

Apa yang Sains Sudah Ketahui

  • Sidik jari terbentuk sejak janin (sekitar minggu ke13 hingga 19 kehamilan) dan umumnya tetap seumur hidup. Kulit beralur di ujung jari dan otak samasama berakar dari jaringan yang berkembang pada fase prenatal.
  • Dermatoglifik---ilmu yang mempelajari pola alur kulit di jari dan telapak---bukan barang baru. Di luar forensik, ia dipakai sebagai penanda tambahan (bukan alat diagnosis tunggal) untuk kondisi tertentu, misalnya kelainan kromosom atau kerentanan neuroperkembangan.

Intinya: dari sisi plausibilitas biologi --- yakni kemungkinan masuk akal dari sudut pandang ilmu biologi ---  masuk akal jika faktor genetik/prenatal yang memengaruhi otak bisa "tercetak" juga pada kulit beralur.

Apa Kata Penelitian

Sejumlah studi kecil di berbagai negara melaporkan korelasi---bukan kausalitas---antara pola sidik jari dan variabel psikologis:

  • IQ & prestasi belajar: Ada penelitian yang menemukan perbedaan pola sidik jari pada anak dengan skor IQ berbeda serta kaitan pola tertentu dengan nilai akademik yang lebih tinggi.

  • Kepribadian & stres: Beberapa studi melaporkan hubungan antara jenis pola (loop/arch/whorl) dengan preferensi kepribadian, juga variasi pola pada kelompok dengan tingkat stres berbeda.

  • Biomarker tangan terkait: Riset tentang rasio panjang jari 2D:4D (penanda paparan hormon prenatal) menunjukkan hubungan kecil--sedang dengan dimensi kepribadian pada kelompok tertentu.

Terus terang: Sampel penelitian umumnya ratusan, desainnya kebanyakan potong lintang (cross-sectional), yaitu data hanya dikumpulkan sekali dalam satu waktu. Studi jenis ini bisa menunjukkan korelasi, tetapi tidak bisa memastikan hubungan sebab-akibat, dan hasilnya masih perlu replikasi besarbesaran. Data ini cukup untuk mengatakan "ada hubungan yang patut diselidiki," belum cukup untuk memutuskan "tes sidik jari bisa memprediksi masa depan akademik atau karier Anda."

Kritik "Pseudoscience": Mana yang Tepat, Mana yang Terlalu Jauh?

  1. "Tidak ada penelitian" Tidak sepenuhnya benar. Ada publikasi akademik yang melaporkan korelasi. Namun, benar juga bahwa belum ada validasi kuat yang spesifik membuktikan reliabilitas dan akurasi STIFIn. Artinya, masih ada ruang untuk penelitian lebih lanjut.

  2. Korelasi vs. kausalitas Fakta dua hal berjalan bersama bukan berarti yang satu menentukan yang lain. Penelitian saat ini baru sampai tahap menunjukkan adanya hubungan. Ini bisa dianggap sebagai titik awal yang menjanjikan untuk riset lanjutan yang lebih ketat.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Nature Selengkapnya
    Lihat Nature Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun