Mohon tunggu...
Humaniora

Overfishing: Realita dan (Upaya Pencarian) Solusi

7 Mei 2018   01:19 Diperbarui: 7 Mei 2018   10:07 6498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Overfishing/marinesciencetoday.com

OVERFISHING

Ekosistem laut Indonesia saat ini tidak luput dari fenomena degradasi yang disebabkan oleh banyak hal yang sangat beragam, diantaranya adalah overfishing ataupun polusi (Burke et al., 2011). Fenomena overfishing muncul dan tumbuh dengan pesat seiring kemajuan teknologi yang bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. 

Peralatan global satellite positioning dan alat pencari ikan sonar tidak dapat terlepas dari kemajuan ilmu fisika. Kemajuan suatu pengetahuan atau sains diukur dari sejauh mana ia dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan material dan praktis. Kebijaksanaan manusia lah yang akhirnya dapat menentukan bagaimana kita dapat terus memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa merusak alam.

Penelitian Unsworth et al. (2018) menemukan fakta bahwa ekosistem laut Indonesia khususnya wilayah barat berada memandang overfishing sebagai ancaman yang serius. Overfishing (Hillborn, 2011) adalah proses pengambilan stok ikan secara berlebihan, terlalu banyak sampai pada tahap sebagian besar potensi makanan dan kekayaan yang diambil tidak berhasil dimanfaatkan sepenuhnya. 

Gambar 1 Sebaran Kondisi dan Penyebab Degradasi 23 Lokasi Rumput Laut (Sumber: Unsworth et al., 2018)
Gambar 1 Sebaran Kondisi dan Penyebab Degradasi 23 Lokasi Rumput Laut (Sumber: Unsworth et al., 2018)
Fenomena tersebut dapat dilihat sebarannya pada Gambar di atas. Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam laut dikatakan overfishing oleh Worm (2009) bila besaran penangkapan ikan atau tingkat eksploitasi (explotation rate) melebihi nilai batas multispecies maximum sustainable yield (MMSY).

Gambar 2 Grafik Keseimbangan Kegiatan Penangkapan Ikan (Sumber: Worm et al., 2009)
Gambar 2 Grafik Keseimbangan Kegiatan Penangkapan Ikan (Sumber: Worm et al., 2009)
Hillborn (2011) menambahkan bahwa pengambilan stok ikan dapat dilakukan secara berkelanjutan bila nilai rasio ikan yang diambil setiap tahunnya cukup rendah dan cara pengambilan yang tidak menghancurkan potensi produksi dari suatu spesia ataupun ekosistem

JENIS OVERFISHING

Jenis-jenis overfishing dapat dilihat pada uraian berikut:

  • Growth Overfishing

Growth overfishing adalah jenis overfishing yang mengganggu tingkat pertumbuhan ikan. Jenis overfishing ini terjadi berdasarkan umur ikan yang ditangkap. Ikan yang ditangkap masih belum cukup umur atau masih dalam masa pertumbuhan (growth), sehingga akan mengganggu komunitas ikan. Ukuran ikan yang dipanen rata-rata lebih kecil dari ukuran yang seharusnya yang akan memberikan hasil produksi maksimum sekali tangkap. Hal ini akan menyebabkan hasil total yang lebih kecil bila ikan dipanen pada umur yang seharusnya diperbolehkan. 

Jumlah ikan yang berkembang biak nantinya akan lebih sedikit karena jumlah induk ikan yang berkurang akibat adanya pemanenan ikan pada masa pertumbuhan. Growth overfishing ini juga dapat menjadi masalah ekonomi yang substansial dan jauh lebih penting daripada recruitment overfishing yang akan dibahas di poin selanjutnya. Nilai ikan tumbuh secara signifikan di banyak perikanan komersial (Diekert, 2012).

  • Recruitment Overfishing

Jenis recruitment overfishing ini berarti penangkapan berlebihan pada induk ikan sehingga akan berdampak pada regenerasi ikan. Recruitment overfishing terjadi pada saat populasi ikan dewasa (ikan yang bertelur) mengalami deplesi hingga ke tingkat dimana kapasitas reproduksi tidak tidak lagi dapat bertambah, sehingga ada cukup ikan dewasa untuk menghasilkan keturunan. Selain itu, recruitment overfishing ini didorong oleh kondisi lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan stuktur usia dan potensi pertumbuhan alami stock ikan bila dihubungkan dengan masalah ekonomi seperti pada growth overfishing (Diekert, 2012).

  • Ecosystem Overfishing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun