Mohon tunggu...
Andang Kasriadi
Andang Kasriadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Teknik dan Pengembang Kefir

Pendidikan Terakhir : S1, Teknik Industri ITB. Pendiri Komunitas Kefir Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengembangkan Kefir Terkendala Pasokan Susu Segar

11 Juli 2013   01:58 Diperbarui: 22 Januari 2019   08:15 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak tahun 1986, saya membuat Kefir untuk keperluan keluarga sendiri. Syukur saya terbebas dari berbagai keluhan penyakit mulai maag sampai hepatitis. Tahun 1999 mulai memperkenalkan Kefir secara terbuka, namun masih dianggap barang aneh. Kompas 27 Maret 2005 membahas Kefir, dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Kefir. Kemudian di Facebook saya membentuk grup Komunitas Kefir Indonesia yang saat ini telah mempunyai anggota lebih dari 3000. Berbagai testimoni dan pengalaman pribadi menyimpulkan bahwa sakit maag, hepatitis, diabetes, kelebihan asam urat dan sejenisnya merupakan penyakit 'ringan' yang bisa diatasi dengan Kefir secara tuntas dan murah. Bahkan Kefir cukup dibuat sendiri di rumah. Kualitas kandungan nutrisi dan gizi yang terdapat dalam Kefir bahkan lebih tinggi dari susu, dan karena harga susu murni demikian murahnya, dilihat dari gizi dan nutrisinya saja, Kefir sudah merupakan makanan sangat bergizi yang sangat murah. Khasiat pengobatannya malah sudah bisa dianggap gratis !! Kendala terbesar saat ini adalah sulitnya memperoleh pasokan susu segar (susu mentah yang belum dipasteurisasi) yang kualitasnya sesuai SNI. Hal ini karena para peternak sapi perah menjual sebagian besar hasil produksinya ke Koperasi Susu yang membeli dengan harga murah. Akibatnya mereka tidak mampu menangani produksinya secara benar. Beberapa peternak yang menjadi langganan saya bisa menghasilkan susu mendekati standar SNI dan saya serta banyak pembuat Kefir membelinya dengan harga hampir dua kali lipat dari yang bisa dibayar oleh Koperasi Susu. Namun dalam 2 tahun terakhir ini, sudah tujuh peternak sapi perah yang pernah menjual susunya berhenti, menjual sapinya dan beralih usaha. Tingginya harga daging sapi, membuat mereka menjual sapi perahnya untuk dipotong (padahal ada peraturan yang melarang, tapi tanpa pengawasan). Murahnya harga jual dari peternak sapi perah, dan tingginya harga daging sapi, tampaknya merupakan suatu skenario besar untuk keuntungan para importir susu aking (istilah saya untuk susu bubuk) yang nilai impornya sekitar Rp 10,- trilyun setahun. Makin parah kondisi peternakan lokal, makin kuat alasan untuk meningkatkan impor susu aking. Tampaknya sedikit sekali perhatian untuk pengembangan produksi susu perah domestik, yang konon hanya seperempat dari konsumsi nasional (75% nya dari impor susu aking) dan baru 12 liter/kapita/tahun (hanya seperenam dari India). Apakah kelak pengguna, dan pembuat Kefir di Indonesia ini harus rela menggunakan susu aking sisa bangsa asing yang kualitasnya sangat meragukan itu ?? Padahal Kefir terbaik harus dibuat dari susu segar/mentah yang kualitasnya baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun