Mempunyai buah hati yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Anak adalah seubah anugerah yang terbesar nan suci dan luhur yang diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Anugerah tersebut adalah titipan dari Allah SWT yang disertai dengan beban dan tanggung jawab untuk membimbing dan mendidiknya semasa hidup Sang anak. Anak yang tumbuh dengan keadaan  baik dan sehat baik secara fisik maupun mental merupakan dambaan bagi semua orang tua. Anak menjadi pribadi yang cerdas, berhasil dalam kehidupan dan pendidikan adalah impian orang tua.
Keadaan akan berubah ketika anak yang lahir dengan keadaan yang berbeda dengan anak yang lain, seperti anak membutuhkan perhatian dan kebutuhan khusus yang tidak jarang membuat orang tua merasa kecewa karena tidak sesuai dengan harapan mereka. Sebagai contoh adalah anak dengan pengidap gangguan down syndrome. Menurut Soetjaningsih (2015), down syndrome adalah kondisi keterbelakangan perkembangan kromosom yang terjadi pada kromosom 21. Anak yang mengidap down syndrome memiliki karakteristik khusus yang berbeda, seperti wajah anak datar, mata sipit, leher lebih pendek daripada anak yang lain, serta pertumbuhan kognitif dan motorik lambat.
Merujuk pada data yang dimiliki oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan ada sekitar 3.000-5.000 bayi lahir dengan keadaan down syndrome per tahunnya dengan perkiraan 1:1.000-1.100 kelahiran di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri berdasarkan riset yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010-2018 kelahiran bayi dengan keadaan down syndrome meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2018, kelainan sejak lahir anak berusia 24-59 bulan sebesar 24-59 bulan sebesar 0,41% dengan down syndrome dialami oleh 0,21% dari kelompok usia tersebut.
Memiliki anak dengan down syndrome dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental ibu. Banyak ibu mengalami peningkatan stres dan depresi akibat beban perawatan yang besar dan kekhawatiran terhadap masa depan anak mereka. Penelitian menunjukkan bahwa ibu cenderung merasa tertekan karena tuntutan emosional yang tinggi dan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang sering kali membuat mereka merasa terjebak dan kehilangan rasa percaya diri. Tidak jarang juga ibu akan menghadapi perasaan bersalah dan kecewa ketika membandingkan perkembangan anak mereka dengan anak-anak lain, perasaan tersebut akan memperburuk kondisi psikologis mereka.
Aspek sosial juga berkontribusi pada masalah kesehatan mental ibu. Banyak ibu merasa terisolasi akibat stigma sosial yang melekat pada anak-anak berkebutuhan khusus, serta kurangnya dukungan yang didapat dari lingkungan sekitar. Kesulitan dalam berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau membangun hubungan dengan orang lain bisa membuat mereka merasa sendirian. Hal ini dapat menurunkan kualitas hidup ibu, mengakibatkan kurangnya waktu untuk diri sendiri dan mengurangi keterlibatan dalam aktivitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan mental.
Ketika orang terdekat mengalami stres akibat memiliki anak dengan down syndrome, dukungan emosional yang kuat menjadi solusi utama. Keluarga dan teman harus aktif terlibat dengan menyediakan ruang untuk berbicara dan berbagi perasaan. Mengadakan pertemuan rutin atau sesi curhat dapat membantu ibu merasa didengar dan dipahami. Selain itu, memberikan informasi tentang kelompok dukungan atau komunitas yang fokus pada anak berkebutuhan khusus dapat memberikan rasa koneksi dan pemahaman dari orang-orang yang mengalami situasi serupa. Hal ini tidak hanya mengurangi perasaan isolasi, tetapi juga memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan strategi coping yang efektif.
Selain dukungan emosional, penting juga untuk menawarkan bantuan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Menawarkan bantuan dalam merawat anak, menyelesaikan pekerjaan rumah, atau bahkan memberikan waktu bagi ibu untuk beristirahat dapat sangat meringankan beban mental dan fisik yang mereka rasakan. Program edukasi yang melibatkan keluarga juga dapat meningkatkan pemahaman tentang cara terbaik untuk mendukung anak dan mengelola stres. Dengan memberikan kombinasi dukungan emosional dan praktis, orang-orang terdekat dapat membantu ibu merasa lebih kuat dan lebih mampu menghadapi tantangan yang dihadapi dalam merawat anak dengan down syndrome.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI