Mohon tunggu...
Anastasia E. Purwati
Anastasia E. Purwati Mohon Tunggu... -

just an ordinary mom who wants to share ..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Pelajaran Tentang Pendidikan Karakter

25 Januari 2012   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi itu aku mengantar putra bungsuku berangkat ke sekolah. Saat memasuki gerbang sekolah, seorang temannya memanggil namanya “Dustin..Dustin..” sambil berlari-lari.. Anakku berhenti sejenak, lalu dia dengan cueknya berlari meninggalkan temannya tanpa memberikan jawaban apapun. Wadduhhh … Kok begitu ya anakku .. Wah, ada yang tidak beres nih, kataku dalam hati …

Aku sempat melupakan kejadian pagi itu, karena kesibukan sore harinya .. Sesampainya di rumah malam hari, suamiku yang mengingatkan kejadian tadi pagi .. Kami mulai menanyakan mengapa dia bersikap seperti itu kepada temannya. Dan dia menjawab kalau dia sebel dengan temannya itu karena temannya itu sering dapat nilai 0. Ya Tuhan, dia sudah bisa MEREMEHKAN temannya. Dengan jawabannya yang panjang lebar kami menangkap ternyata dia sudah mulai memilih teman. Kami tahu bahwa banyak temannya yang ingin bermain dengan dia, tetapi dia terlalu memilih teman dan hanya bermain dengan satu orang teman yang dianggap cocok dengannya.

Pelan-pelan kami mulai memberi pengertian tentang sebuah pertemanan. Saya termasuk orang yang suka berteman dengan siapapun. Sedih hati saya melihat anak saya bersikap seperti itu, apalagi dia baru berumur 6 tahun. Bayangkan saja, kalau seumuran dia saja sudah bisa meremehkan orang lain, bagaimana kelak kalau dia sudah besar, sudah kuliah dan punya prestasi, sudah bekerja dan punya jabatan??? Banyak kejadian dalam kehidupan saya sehari-hari yang bisa jadi contoh bahwa kepedulian, kepekaan, saling menghargai itu menjadi sesuatu yang mahal harganya, sehingga tidak semua orang mau melakukan itu dengan sukarela. Kata “tolong” ,“terima kasih”, dan “maaf” sudah menjadi kata-kata yang susah untuk diucapkan.

Tidak mudah memberikan pengertian seperti itu kepada anak yang berusia 6 tahun. Kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk membicarakan dan memberikan pengertian tentang sikap menghargai orang lain. Dan bersyukur sekali dia bisa menerima penjelasan kami dengan baik dan telah berjanji akan berteman dengan semua teman di kelasnya. Setelah urusan selesai, saya masih harus melanjutkan tugas saya di rumah dan akhirnya tidur lebih malam karena waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan rutin di rumah saya pakai untuk berbincang-bincang dengan si kecil. Tetapi dalam hati saya bersyukur bahwa saya masih diberi kepekaan oleh Tuhan untuk melihat sinyal-sinyal ketidakberesan dalam tumbuh kembang anak saya.

Sepertinya pengalaman diatas itu suatu hal sepele. Tapi bagi saya itu adalah suatu proses yg luar biasa dalam pembentukan karakter anak saya. Saya bukan seorang psikolog yang mengetahui semua teori pendidikan karakter anak. Tapi saya mencoba belajar membentuk karakter anak saya dari keseharian mereka. Usia anak-anak merupakan saat tepat untuk memulai sebuah pendidikan karakter, bahkan mungkin dari dalam kandungan. Beberapa hal yang menjadi kunci untuk memberikan pendidikan karakter pada anak :


  1. Tidak ada kata MEMBUANG WAKTU untuk jam-jam yang kita gunakan dalam memberikan mereka sebuah pelajaran karakter. Memang kita jadi repot dibuatnya, tapi itulah harga yang harus kita bayar.

  2. JANGAN MENGHAKIMI mereka atas perbuatannya. Saya yakin anak saya belum memahami betul tentang apa yang telah dia lakukan. Sebaiknya ajak dia berbicara santai, sambil ditanya pelan-pelan, bukan malah menginterogasi dia.


  3. Berikan gambaran tentang keseharian kita sebagai orang tua sebagai CONTOH. Mereka akan lebih mudah memahami setelah melihat contoh nyata, dan bukan sekedar teori yang kita sampaikan.


  4. Pendidikan karakter bukan sesuatu yang bisa didapat secara instan, melainkan melalui satu proses yang panjang. BERSABAR dalam menghadapi setiap dinamika perkembangan anak kita juga menjadi salah satu kuncinya.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun