Mohon tunggu...
Ananta Yoga Prastawa
Ananta Yoga Prastawa Mohon Tunggu... lainnya -

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teori Anti Marketing ala Jokowi

10 April 2014   04:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Teori Anti Marketing ala Jokowi

Tahun 2014 adalah tahun dimana negara ini mempunyai hajatan besar yaitu pesta demokrasi. Sebuah pesta besar yang berlangsung setiap 5 tahun sekali memiliki sebuah bargaining power yang sangat besar dan berpengaruh secara menyeluruh di Indonesia. Tahun ini seluruh warga negara Republik Indonesia akan memilih seorang pemimpin yang layak untuk menahkodai sebuah kapal bernama Indonesia  selama 5 tahun kedepan. Satu persatu calon pemimpin mulai bermunculan, dan beberapa artai politik yang sudah lama berkecimpung di dunia perpolitikan negeri ini mulai mendeklarasikankan jago jago andalannya untuk diadu.

Kali ini saya tidak akan mengulas satu per satu calon yang akan beradu didalam pemilihan presiden dan wakil presiden nantinya. Tanpa bermaksud politis atau mendukung salah satu calon, saya hanya bermaksud menangkap fenomena yang sedang hits saat ini. Dan pilihan tulisan saya jatuh kepada Pak Jokowi, mengapa? Karena memang selalu menarik untuk diberitakan. Sampai sampai banyak wartawan media cetak maupun elektronik pun rela menunggu lama lama di depan rumah dinas beliau hanya untuk dapat mendapatkan berita tentangnya.

Kita tentunya tahu semua bahwa public figur dengan postur agak kurusan ini selalu “cengengas-cengenges” dan bergaya santai setiap kali ditanya oleh wartawan, tampak raut muka yang tanpa beban. Mungkin karena dasarnya asli orang Jawa, jadi pembawaannya sederhana, kalem dan apa adanya. Namun siapa sangka, dengan sikap beliau yang seperti itu malah membuatnya meroket, popularitas melambung tinggi, ditambah dengan pihak-pihak dan para haters yang selalu mengeluarkan statemet miring tentangnya malah Pak Jokowi menjadi semakin terkenal. Tanda tanda akan melejitnya nama Jokowi sebetulnya sudah terlihat lama, saat beliau masih menjabat sebagai Walikota Surakarta saat itu. Ditengah krisis kepercayaan terhadap pemimpin di Indonesia oleh mayoritas rakyatnya dan carut marutnya sistem yang ada di pemerintahan munculah sosok yang tak terduga sebelumnya oleh banyak orang di negeri ini. Ya! Jokowi adalah pionerr, Jokowi adalah pembeda, Jokowi memiliki differensiasi yang kuat sehingga menjadikannya unik dan antimainstream. Ketika rakyat sudah jengah, semacam mendapatkan suntikaan hawa segar...

Lucunya, setelah adanya fenomena “Jokowi Blusukan” efek yang terjadi adalah banyak pemimpin dari tingkat bawah sampai atas yang meniru gaya Jokowi. Namun apa yang terjadi?mereka gagal... Dalam hukum marketing, yang mempunyai differensiasi dan unik lah yang menang. Walau tidak bisa dipungkiri, mungkin Jokowi bukan orang pertama yang memiliki gaya seperti itu. Tapi yang perlu di garis bawahi adalah Jokowi melakukannya itu berdasarkan hati nurani, konsisten dan bukan sebagai alat pencitraan. Mungkin jika ingin menirunya, di perlukan upaya ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) yanag lebih keras.

Siapa sangka jika Jokowi ternyata dideklarasikan oleh partainya yaitu PDI-P menjadi calon presiden RI di pemilu tahun 2014 ini. Sepengamatan saya, disaat calon lain mempromosikan dirinya secara massive, dan bahkan ada yang sampai menyamar jadi kernet bus.... Jokowi masih terlihat santai saja. Setahu saya, dijalan jalan jarang sekali menemukan baliho/spanduk bergambar Jokowi dalam posisinya mencalonkan diri sebagai presiden. Di dunia maya pun sama, calon lain sibuk dengan account di twitter, laman website untuk memberikan prespektif yang positif kepada seluruh warga negara Indoensia. Namun sekali lagi, manuver yang dilakukan Jokowi tidak segencar dan se-massive calon lain. Namun untuk mendapatkan pendukung/massa, jangan tanya pak Jokowi bisa mendapatkan berapa. Bahkan di beberapa survey elektabiltas calon prresiden, Jokowi selalu menempati urutan teratas kan?

Sejujurnya, jika dibandingkan calon lain... Jokowi masih kalah pandai, kalah program, kalah promosi, tetapi coba sekarang orang orang di pelosok desa mana yang tidk tahu Jokowi. Bahkan, ironisnya beberapa calon presiden/wakil yang memiliki program dan visi misi yang bagus serta jauh lebih pandai daripada Jokowi kurang atau bahkan tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas.

Inilah yang saya maksud dengan Teori Anti Marketing ala Jokowi, dengan differensiasi kuat dan keunikan yang dimiliki serta menjadi yang pertama,membuatnya tidak memerlukan biaya yang sangat besar untuk promosi agar pesan yang di-deliver bisa sampai dan tepat pada target market(sasaran). Hal ini tentunya sangat efektif dan efisien, mengingat tidak perlunya menggunakan promosi besar besaran dan janji yang muluk muluk untuk mengikat dan agar dikenal masyarakat luas. Ya, Pak Jokowi berhasil membangun reputasi dan personal brandingnya berhasil....

Sekali lagi, tulisan ini tidak bermaksud politis, tidak berafiliasi dengan pihak manapun dan tidak bermaksud promosi... tulisan ini murni hasil analisa saya saja.

Jadilah pemilih yang cerdas, nasib bangsa Indonesia 5 tahun kedepan dan selamanya ada ditangan kita semua sebagai penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia....

Tahun 2014 adalah tahun dimana negara ini mempunyai hajatan besar yaitu pesta demokrasi. Sebuah pesta besar yang berlangsung setiap 5 tahun sekali memiliki sebuah bargaining power yang sangat besar dan berpengaruh secara menyeluruh di Indonesia. Tahun ini seluruh warga negara Republik Indonesia akan memilih seorang pemimpin yang layak untuk menahkodai sebuah kapal bernama Indonesia  selama 5 tahun kedepan. Satu persatu calon pemimpin mulai bermunculan, dan beberapa artai politik yang sudah lama berkecimpung di dunia perpolitikan negeri ini mulai mendeklarasikankan jago jago andalannya untuk diadu.

Kali ini saya tidak akan mengulas satu per satu calon yang akan beradu didalam pemilihan presiden dan wakil presiden nantinya. Tanpa bermaksud politis atau mendukung salah satu calon, saya hanya bermaksud menangkap fenomena yang sedang hits saat ini. Dan pilihan tulisan saya jatuh kepada Pak Jokowi, mengapa? Karena memang selalu menarik untuk diberitakan. Sampai sampai banyak wartawan media cetak maupun elektronik pun rela menunggu lama lama di depan rumah dinas beliau hanya untuk dapat mendapatkan berita tentangnya.

Kita tentunya tahu semua bahwa public figur dengan postur agak kurusan ini selalu “cengengas-cengenges” dan bergaya santai setiap kali ditanya oleh wartawan, tampak raut muka yang tanpa beban. Mungkin karena dasarnya asli orang Jawa, jadi pembawaannya sederhana, kalem dan apa adanya. Namun siapa sangka, dengan sikap beliau yang seperti itu malah membuatnya meroket, popularitas melambung tinggi, ditambah dengan pihak-pihak dan para haters yang selalu mengeluarkan statemet miring tentangnya malah Pak Jokowi menjadi semakin terkenal. Tanda tanda akan melejitnya nama Jokowi sebetulnya sudah terlihat lama, saat beliau masih menjabat sebagai Walikota Surakarta saat itu. Ditengah krisis kepercayaan terhadap pemimpin di Indonesia oleh mayoritas rakyatnya dan carut marutnya sistem yang ada di pemerintahan munculah sosok yang tak terduga sebelumnya oleh banyak orang di negeri ini. Ya! Jokowi adalah pionerr, Jokowi adalah pembeda, Jokowi memiliki differensiasi yang kuat sehingga menjadikannya unik dan antimainstream. Ketika rakyat sudah jengah, semacam mendapatkan suntikaan hawa segar...

Lucunya, setelah adanya fenomena “Jokowi Blusukan” efek yang terjadi adalah banyak pemimpin dari tingkat bawah sampai atas yang meniru gaya Jokowi. Namun apa yang terjadi?mereka gagal... Dalam hukum marketing, yang mempunyai differensiasi dan unik lah yang menang. Walau tidak bisa dipungkiri, mungkin Jokowi bukan orang pertama yang memiliki gaya seperti itu. Tapi yang perlu di garis bawahi adalah Jokowi melakukannya itu berdasarkan hati nurani, konsisten dan bukan sebagai alat pencitraan. Mungkin jika ingin menirunya, di perlukan upaya ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) yanag lebih keras.

Siapa sangka jika Jokowi ternyata dideklarasikan oleh partainya yaitu PDI-P menjadi calon presiden RI di pemilu tahun 2014 ini. Sepengamatan saya, disaat calon lain mempromosikan dirinya secara massive, dan bahkan ada yang sampai menyamar jadi kernet bus.... Jokowi masih terlihat santai saja. Setahu saya, dijalan jalan jarang sekali menemukan baliho/spanduk bergambar Jokowi dalam posisinya mencalonkan diri sebagai presiden. Di dunia maya pun sama, calon lain sibuk dengan account di twitter, laman website untuk memberikan prespektif yang positif kepada seluruh warga negara Indoensia. Namun sekali lagi, manuver yang dilakukan Jokowi tidak segencar dan se-massive calon lain. Namun untuk mendapatkan pendukung/massa, jangan tanya pak Jokowi bisa mendapatkan berapa. Bahkan di beberapa survey elektabiltas calon prresiden, Jokowi selalu menempati urutan teratas kan?

Sejujurnya, jika dibandingkan calon lain... Jokowi masih kalah pandai, kalah program, kalah promosi, tetapi coba sekarang orang orang di pelosok desa mana yang tidk tahu Jokowi. Bahkan, ironisnya beberapa calon presiden/wakil yang memiliki program dan visi misi yang bagus serta jauh lebih pandai daripada Jokowi kurang atau bahkan tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas.

Inilah yang saya maksud dengan Teori Anti Marketing ala Jokowi, dengan differensiasi kuat dan keunikan yang dimiliki serta menjadi yang pertama,membuatnya tidak memerlukan biaya yang sangat besar untuk promosi agar pesan yang di-deliver bisa sampai dan tepat pada target market(sasaran). Hal ini tentunya sangat efektif dan efisien, mengingat tidak perlunya menggunakan promosi besar besaran dan janji yang muluk muluk untuk mengikat dan agar dikenal masyarakat luas. Ya, Pak Jokowi berhasil membangun reputasi dan personal brandingnya berhasil....

Sekali lagi, tulisan ini tidak bermaksud politis, tidak berafiliasi dengan pihak manapun dan tidak bermaksud promosi... tulisan ini murni hasil analisa saya saja.

Jadilah pemilih yang cerdas, nasib bangsa Indonesia 5 tahun kedepan dan selamanya ada ditangan kita semua sebagai penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun