Mohon tunggu...
Anang Wicaksono
Anang Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Mengagumi dan banyak terinspirasi dari Sang Pintu Ilmu Nabi. Meyakini sepenuhnya Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, pembawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semesta alam. Mencintai dan bertekad bulat mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati para founding fathers kita demi melindungi dan mengayomi seluruh umat beragama dan semua golongan di tanah tumpah darah tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Ayatullah Imam Khamenei Dibalas Saudi dengan Jurus Takfiri

9 September 2016   13:16 Diperbarui: 9 September 2016   13:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Imam Khamenei dan Sheikh Abdul Aziz (tribunnews.com)"][/caption]

Penyebab terjadinya tragedi Mina yang memakan korban lebih dari 2400 jamaah haji pada musim haji tahun lalu masih menjadi misteri yang mengundang berjuta tanya. Namun anehnya, dengan tanpa merasa bersalah dan tanpa rasa malu, pada musim haji tahun ini, monarki Saudi menerima kedatangan jamaah haji seperti seolah-olah tidak ada apa-apa pada pelaksanaan ibadah haji musim lalu.  

Sikap seenaknya Saudi ini semestinya patut atau malah harus dipertanyakan. Kenapa penguasa monarki Saudi begitu bungkam dan terkesan menutup-nutupi ihwal penyebab tragedi yang mengerikan itu? Bukankah mereka katanya sudah melakukan investigasi, lalu mana hasilnya? Sudah setahun berlalu, tapi mengapa Saudi tetap membatu? Bahkan untuk sekedar meminta maaf pun mereka berkeras kepala tidak sudi melakukannya. 

Pembiaran masyarakat Muslim internasional terhadap sikap semau gue Saudi mengindikasikan adanya apatisme akut yang menjangkiti mereka. Bahkan terhadap nasib jamaah haji mereka sendiri, mereka seperti tidak peduli. Lalu bagaimana bisa mereka akan peduli dengan nasib rakyat Palestina yang masih dijajah dan terus ditindas zionis Israel? Juga dengan nasib rakyat Suriah dan Irak yang terus dikoyak-koyak kelompok-kelompok teroris pemberontak dukungan Barat, Saudi, Qatar dan Turki?

Hal inilah yang agaknya mengundang rasa prihatin Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Imam Khamenei. Pemimpin spiritual Iran ini bangkit untuk menyadarkan umat Islam yang terlelap dalam apatisme panjangnya. Dia mengkritik penguasa monarki Saudi dan menuntut mereka meminta maaf atas terjadinya tragedi Mina agar ke depan bisa memperbaiki pelayanan hajinya.

Alih-alih menjawab kritikan sesuai dengan topik pertanyaan, mufti Wahabi Saudi, Sheikh Abdul Aziz al Sheikh, malah menjawabnya dengan jurus takfiri. Dengan arogan, mufti Wahabi Saudi ini menuduh Republik Islam Iran sebagai bukan Islam. Saya sendiri tidak heran dengan akhlak para ulama Wahabi dan pengikutnya. Jurus andalan mereka memang jurus takfiri. Menuduh muslim lain sebagai bukan muslim. Dengan kata lain, mereka gemar mengkafirkan sesama muslim bahkan menumpahkan darahnya.

Padahal Nabi melarang keras untuk mengkafirkan sesama muslim, apalagi sampai membunuhnya. Namun ulama-ulama Wahabi agaknya mempunyai panutan sendiri yang memperbolehkan apa yang dilarang Nabi itu. Lihatlah apa yang dilakukan Saudi di Suriah, Irak dan Yaman. Teroris pemberontak dukungan dinasti al Saud terus membunuhi rakyat Suriah dan Irak. Sementara tentara Saudi dan tentara bayaran mereka juga tiada henti membunuhi rakyat Yaman.

Ayatullah Imam Khamenei telah bangkit untuk membangunkan umat Islam yang saat ini masih terlelap dalam apatisme. Mengajak kita semua untuk lebih peduli pada keselamatan jamaah haji kita, juga pada saudara-saudara kita yang masih tertindas di bumi Palestina, Suriah dan Irak atau di belahan bumi manapun di mana masih ada kaum yang tertindas. Diperlukan tekanan dari dunia Islam agar Saudi mau mengubah sikapnya menjadi baik dan tidak malah mengkafirkan, memusuhi dan membunuhi sesama muslim. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun