Public speaking adalah seni menyampaikan pesan---bukan sekadar tampil di depan orang tanpa arah. Dalam studi komunikasi, public speaking dikenal sebagai keterampilan yang bisa dipelajari, bukan bakat bawaan (Lucas, The Art of Public Speaking).
Salah satu fondasi utamanya adalah jenis gaya penyampaian. Menurut teori komunikasi standar, ada empat pendekatan:
- Reading (membaca naskah),
- Memorizing (menghafal kata demi kata),
- Impromptu (berbicara spontan), dan
- Extemporaneous (berbicara dengan panduan kerangka).
Yang terakhir inilah yang paling direkomendasikan---karena memungkinkan kita berbicara secara alami, menjaga kontak mata, dan tetap responsif terhadap audiens.
Sayangnya, dulu saya justru memilih gaya memorizing. Saat pertama kali tampil pidato dalam bahasa Inggris di sebuah lomba speech competition---dan kebetulan dinilai langsung oleh Sir Nana--- dosen mata kuliah public speaking; saya menghafal seluruh naskah. Hasilnya? Penampilan saya kaku, banyak bagian terlupa, dan terasa seperti robot yang kehilangan jiwa. Kini saya paham: kepercayaan diri bukan datang dari hafalan sempurna, tapi dari persiapan yang cerdas.
Dan inilah mitos besar yang perlu kita hancurkan:
"Hanya orang ekstrovert yang jago public speaking."
Faktanya, introvert justru punya keunggulan alami: mereka terbiasa berpikir sebelum berbicara, menyusun ide secara terstruktur, dan tidak takut pada jeda. Padahal, jeda (pause) adalah salah satu alat paling ampuh dalam komunikasi. Seperti yang sering ditekankan dalam pelatihan komunikasi modern:
"Jeda memberi ruang bagi kata-katamu untuk bernapas---dan bagi audiens untuk memahami."
(Berdasarkan prinsip komunikasi dari video edukasi: "Become a Confident English Speaker", YouTube, 2024)Â
Banyak juga yang percaya bahwa kepercayaan diri itu bawaan sejak lahir. Padahal, para pelatih komunikasi menegaskan: kepercayaan diri dibangun lewat tindakan konsisten. Ia tumbuh saat kita berani berlatih, bertanya saat tidak paham, dan tetap melanjutkan meski sempat salah. Bahkan, membuat kesalahan di panggung adalah hal normal---yang membedakan pembicara hebat bukanlah ketiadaan kesalahan, tapi kemampuan mereka untuk tetap tenang dan melanjutkan.