Indonesia sejak lama menyimpan mimpi besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebuah cita-cita yang bahkan tertulis dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi:Â
"Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa"
Namun dibalik semangat itu, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan paling nyata adalah masih banyaknya kesenjangan dalam akses pendidikan, tertama di daerah-daerah 3T yaitu Terdepan, Terluar dan Tertinggal.
Data Kemendikbudristek, lebih dari 10.000 sekolah di daerah 3T dalam kondisi rusak dan tidak layak digunakan, yang tentu menghambat proses belajar mengajar secara optimal. Kemudian anak-anak di daerah ini kerap harus menempuh perjalanan berkilo-kilometer hanya untuk bisa sampai ke sekolah. Tak sedikit pula yang harus menyeberangi sungai atau mendaki bukit demi mendapatkan hak belajar.
Wilayah 3T adalah istilah yang digunakan pemerintah untuk menggambarkan daerah-daerah yang masih terisolasi secara geografis, infrastruktur, atau ekonomi. wilayah 3T membutuhkan perhatian khusus dalam pembangunan pendidikan.
Bukan hanya soal akses, tetapi juga kualitasnya. Banyak sekolah di wilayah ini yang kekurangan guru, buku pelajaran, dan fasilitas dasar seperti listrik dan internet. Hal ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan pendidikan yang merata dan berkualitas di seluruh penjuru negeri.
Di tengah tantangan ini, anak muda hadir bukan hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga sebagai agen perubahan. Banyak anak muda yang mulai sadar bahwa pendidikan bukan hanya tugas guru dan pemerintah, melainkan juga tanggung jawab kita semua.
Kita bisa melihat inisiatif anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas relawan pengajar, seperti Relawan Mengajar, Indonesia Mengajar, Sahabat Pulau, dan berbagai gerakan lokal lainnya yang mengirimkan tenaga pengajar muda ke daerah 3T. Mereka tidan hanya membawa ilmu, tetapi juga harapan.
Kita tidak harus tergabung dalam program besar untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan. Pengalaman sederhana seperti membantu adik atau anak tetangga belajar membaca di rumah, atau membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran pun bisa menjadi bentuk nyata kontribusi di dunia pendidikan. Dari hal kecil seperti itu, kita ikut menanamkan semangat belajar, membangun rasa percaya diri, dan menciptakan lingkungan yang suportif untuk tumbuh bersama. Semua itu adalah pondasi yang akan terus tumbuh seiring berjalan nya waktu.
Lantas bagaimana anak muda bisa berkontribusi?
