Mohon tunggu...
Vox Pop Pilihan

Sistem (Aturan) Ganjil Genap dan Pokok Permasalahan Kemacetan

2 Agustus 2016   10:38 Diperbarui: 2 Agustus 2016   11:00 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil! Ya! Di negeri ini mobil seperti sudah menjadi sebuah simbol kekayaan, seolah jika orang mau dianggap kaya, mobilnya harus mewah, alhasil banyak sekali orang dalam masyarakat kita yang berlomba untuk mendapatkan mobil mewah hanya demi dihargai oleh orang yang dikenalnya. Alhasil juga banyaklah orang yang memaksakan diri untuk membeli mobil mewah itu dengan segala macam cara, dari mulai berhutang sampai kredit mobil.

Tidak dapat dipungkiri jadilah muncul orang-orang yang sepertinya terlalu "aneh" untuk mengendarai mobil mewah justru mengendarai mobil mewah, sebab jika dikalkulasi pendapatan orang tersebut, maka bisa puluhan atau ratusan tahun gajinya dapat membeli mobil mewah! Tetapi itulah yang terjadi di negeri ini! Dan booming mobil mewah terjadi puncaknya adalah di era 2010, dimana jumlah kendaraan saat itu sangat melebihi daya tampung jalan.

Akan tetapi tahun 2011 era kebangkitan Nasionalisme, memunculkan tren baru kepada masyarakat kita, sebagian besar masyarakat kita mulai meninggalkan gaya hedonisme, dan mulai memakai motor atau kendaraan umum sebagai kendaraan utama mereka, dan hebatnya lagi ini juga dilakukan oleh beberapa pengusaha besar dan konglomerat Nasional! Sejak itu angka kepemilikan mobil menurun drastis.

Sejak 2011 hingga saat ini, banyak pedagang mobil mengeluhkan penurunan jumlah penjualan mobil yang menurun sangat drastis, Akiuw salah seorang pedagang mobil dari Depok pernah menuturkan "Penjualan mobil kini jauh menurun drastis dari yang terjadi di tahun 2010, saat sangat booming.. mungkin angka penurunan bisa 40-50%!" , yang mengindikasikan stagnasi kepemilikan mobil nasional, bahkan penurunan jumlah, akibatnya menurut  Johan Saerang, seorang pengamat otomotif yang juga memiliki beberapa show room di Jabodetabek, bahwa karena penurunan jumlah peminat akan kepemilikan mobil, maka banyak mobil yang akhirnya menjadi "Tanpa pemilik" atau terdampar di tempat pembuangan mobil, seperti yang dicontohkan olehnya, sebuah Toyota Alphard keluaran 2009 yang terdampar di sebuah tempat pembuangan mobil atau yang biasa disebut kampakan yang ada di Bekasi, "Padahal mobil itu relatif masih baru.." Ujarnya.

Tapi penurunan yang terjadi sebanyak 40-50% itu artinya masih ada 50-60% lagi yang masih bergaya lama, yaitu gaya hedonis, maka sisa inilah yang masih memenuhi jalan raya belakangan ini, karena itu jangan heran jika diantara motor yang mendominasi jalan raya terlihat beberapa mobil mewah masih berseliweran. Bahkan yang paling gila adalah untuk mendongkrak penjualan mobil belakangan ini dikeluarkan kredit mobil yang bisa dibayar secara harian, yang artinya sekarang makin mudah untuk memiliki mobil, "Sekarang orang berpenghasilan di bawah 1,5 juta rupiah pun bisa memiliki mobil, karena kredit harian yang sangat ringan, bahkan para pemberi kredit memberi jaminan jika mereka boleh menghentikan kredit mobil itu kapan saja.. Tentunya untuk mereka jual kembali ke pelanggan yang lain." Ujar Johan, "Karena itu jangan heran jika anda melihat seseorang sekarang makin sering berganti mobil baru.." tambahnya, dia juga menjelaskan "Kebanyakan para pemberi kredit memberikan kredit mobil terhadap mobil keluaran baru ketimbang mobil keluaran lama..", "Ini mengakibatkan mobil keluaran lama jadi sulit laku, dan jalanan didominasi oleh mobil keluaran baru.." ujarnya lagi.

Berdasarkan hal tersebut, maka yang terjadi di Jabodetabek juga demikian, jumlah mobil  yang memang sudah menurun, tetapi masih ada di kisaran 50-60% membuat fenomena aneh, fenomena aneh itu adalah fenomena arus surut, yang artinya ketika jalan bebas hambatan, maka anda akan melihat motor yang mendominasi, tetapi ketika mulai ada hambatan di jalan, maka secara cepat motor akan segera menghilang dan tergantikan oleh antrian mobil "Fenomena ini mungkin disebabkan oleh karena jalan yang ada di Jabodetabek belum memadai untuk mobil, tetapi sudah memadai untuk motor, oleh karena itu setiap ada hambatan di jalan, motor akan terus melenggang bebas sementara mobil akan tertambat dan mengalami penumpukan." 

Ujar Johan. Fenomena ini juga yang terjadi di Ibukota, DKI Jakarta bagaimanapun juga adalah bagian dari Jabodetabek, dan fenomena kemacetan yang sama juga terjadi di Jakarta. "Fenomena pembatasan motor justru menjadi tidak tepat, karena yang macet itu sebetulnya adalah mobil dan bukannya motor, karena volume jalan yang kurang maksimal untuk menampung mobil, sementara motor sebetulnya tidak ada masalah kecuali di titik tertentu saja.." Ujar Johan menambahkan.

Karena itu sistem ganjil-genap kali ini dinilai beberapa kalangan sebagai hal yang sudah tepat untuk dilakukan, karena fokus pada mobil dan bukannya motor! Inilah sebenarnya yang membuat belakangan ini lalu lintas di Ibukota menjadi lancar, akan tetapi Johan menambahkan, "Ada dua hal yang perlu diperhatikan jika ingin lalu lintas Jakarta lebih lancar lagi, yang pertama adalah mencari penyebab berbagai hambatan yang terjadi yang menyebabkan penumpukan, yang kedua adalah menyesuaikan antara volume jalan dan jumlah kendaraan mengingat penduduk Jakarta yang sangat banyak..", 

Penyebab hambatan ini ada berbagai hal, yang terdiri atas berbagai macam penyebab, seperti adanya kendaraan umum yang mengetem sembarangan, atau adanya belokan yang dimana jalan ke dalam belokan itu sangat sempit, dan hal ini tentu saja merupakan kewajiban kepada pemda DKI dan tentu harus dibantu oleh kementrian PU, sementara penyesuaian volume jalan dan jumlah kendaraan bisa dilakukan dengan penambahan jalan yang semakin lebar atau membuat rute alternatif yang banyak tersedia, atau bisa juga dengan cara membuat masyarakat menyadari bahwa mobil itu bukanlah transportasi utama, tetapi dengan kendaraan lain, ini tentu saja bisa dilakukan asal ada kemauan dari pihak terkait. Jadi sistem ganjil genap adalah sistem yang sudah tepat karena sudah mengenai sasaran yang tepat atas inti permasalahan kemacetan di Jakarta, akan tetapi akan lebih baik lagi jika sistem ini kemudian dibarengi dengan dua cara penyelesaian yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun