Sayangnya, meeting juga punya sisi gelap. Banyak perusahaan terjebak dalam budaya "meeting untuk segalanya", tanpa tujuan yang jelas. Ini menghabiskan waktu, energi, bahkan biaya. Jika tidak ada agenda yang tertata atau moderator yang mengarahkan, meeting bisa menjadi ruang ngobrol yang tidak produktif. Belum lagi risiko adanya dominasi suara dari pihak tertentu, yang membuat orang lain enggan berbicara.
3. Chat (Cepat, Fleksibel, tapi Rawan Gangguan)
Di era digital, chat jadi alat komunikasi paling praktis dan banyak digunakan, apalagi untuk kerja remote atau hybrid. Platform seperti Slack, Microsoft Teams, atau bahkan grup WhatsApp kantor jadi tempat utama pertukaran informasi sehari-hari.
Keunggulan utamanya ada pada kecepatannya. Chat memungkinkan kita bertanya atau memberi informasi secara instan. Cocok banget untuk hal-hal kecil seperti update status tugas, koordinasi cepat, atau sekadar menyapa rekan kerja. Nuansa informalnya juga membuat komunikasi terasa lebih cair, yang bisa memperkuat keakraban dalam tim.
Tapi justru karena sifatnya yang instan dan tidak terlalu formal, chat juga punya tantangan. Terlalu banyak notifikasi bisa jadi gangguan konsentrasi, terutama jika kita sedang butuh fokus mendalam. Informasi juga bisa tercecer dan sulit dicari ulang kalau tidak ada struktur yang rapi. Selain itu, karena pesan cenderung singkat, risiko miskomunikasi lebih tinggi terutama jika lawan bicara menafsirkan nada tulisan dengan cara yang berbeda.
Nah, itu tadi penjelasan masing - masing keunggulan dan kelemahan akses - akses komunikasi yang biasanya umum terjadi di tim bisnis maupun organisasi. Semoga bermanfaat!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI