Ananda Mustadjab Latif
Ketua Bid. Politik & Ideologi MPC-PP Jaksel.
Pasca Kemerdekaan 17 agt 1945, kepemimpinan Soekarno-Hatta menghadapi banyak peristiwa yang menghambat jalannya pembangunan bangsa. Dan salah satu peristiwa sejarah yang tidak bisa dilupakan adalah desakan TNI kepada Bung Karno untuk melakukan dekrit presiden 5 juli 1959, hal itu disebabkan suatu situasi politik yang mengalami gonjang ganjing terus menerus dengan banyaknya pemberontakan serta semakin liberalnya sistem politik nasional. Maka dengan TNI di belakang Presiden Soekarno, ia memutuskan untuk  kembalinya konstitusi negara ke UUD 1945.
Momentum kembalinya UUD 1945, tentunya harus dikawal dan didukung oleh banyak pihak, itulah yang menjadi salah satu pemikiran para petinggi militer seperti Ahmad Yani, Gatot Soebroto, A.H. Nasution melalui Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), kemudian melahirkan (Pemuda Pancasila) yang dideklarasikan pada 28 oktober 1959Â (3 bulan setelah dekrit), dengan maksud menjaga dan melestarikan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara.
Kata kuncinya adalah, Pemuda Pancasila (PP) harus selalu siap siaga untuk menghadapi ancaman dan niat dari manapun juga yang ingin merusak tatanan nilai-nilai pancasila. Pertanyaannya adalah, mengapa PP dinilai masyarakat adalah kumpulan preman yang sering meresahkan dan mengganggu masyarakat?. Mengapa banyak orang PP yang menjadi "Collector" dan penjaga tanah ?. Mengapa kader-kader PP cenderung lebih mengutamakan kekuatan otot dibanding dengan otak ?. Dan masih banyak pertanyaan masyarakat yang pada akhirnya memberikan citra negatif bagi organisasi PP.
Bagi saya, organisasi PP harus segera melakukan perubahan baik internal menyangkut sumber daya manusianya serta merubah paradigma cara berpikirnya. Kader-kader PP yang loyal harus memahami sejarah dan maksud serta tujuan dari dilahirkannya PP.
Untuk itu, kader-kader PP tidak lagi apolitis dan tidak perduli terhadap sesama pengurus dan anggota, tapi kader-kader PP harus solid dan menguatkan SDM -nya untuk mewarisi dan melanjutkan cita-cita para pendiri PP. Dalam situasi sosial ekonomi politik yangmengalami perubahan cepat, PP layak untuk memposisikan dirinya masuk kedalam pusaran perubahan. Karena bila PP tetap dalam "kebiasaan"nya selama ini dan hanya menjalankan hal-hal yang seremonial dan formal, maka saya khawatir PP akan menjadi organisasi yang ditinggal oleh kader-kadernya dan hilang tertelan jaman.
Dalam rangka pelantikan pengurus MPW-PP DKI Jakarta, 24 maret 2013, penulis berharap para pengurus dapat bekerja maksimal saling bahu membahu untuk menempatkan PP dalam pusaran perubahan, bukan terpental dari pusaran perubahan. Pancasila! Abadi!