Masa pandemi Covid-19 tentunya menjadi masa yang sulit bagi setiap lapisan mayarakat. Tidak hanya para orang dewasa, tapi anak-anak sekolah pun turut merasakan dampak dari adanya pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita, tidak sedikit dari kita harus mulai menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru, mulai dari menjaga jarak dan menggunakan masker ketika bepergian keluar rumah, membiasakan diri bekerja dari rumah atau work from home. Selain itu pula, aktivitas pembelajaran juga turut mengalami perubahan dari proses belajar-mengajar antara guru dan siswa secara bertatap muka, menjadi kegiatan pembelajaran berbasis virtual.
Jika kita menilik lebih jauh lagi, ternyata masih banyak kendala serta tantangan di masa pandemi ini yang turut mempengaruhi laju pemulihan masyarakat dan ekonomi pasca pandemi. Salah satu contoh hambatan terbesar yang sering kita jumpai dalam masyarakat adalah maraknya beredar berita-berita bohong (fake news) di masyarakat, dimana setiap lapisan masyarakat dapat mengakses berita-berita tersebut dengan mudah, tanpa batasan dan biasanya berita tersebut cenderung membuat kita panik atau takut tanpa mencari tahu keadaan yang sebenarnya. Lalu, bagaimana hal itu bisa terjadi?
Maraknya penyebaran fake news di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya minat baca dikalangan masyarakat, sehingga mereka dapat dengan mudah menyebarkan berita tersebut tanpa mengklarifikasi kebenarannya lebih dulu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Salah satunya yaitu kebiasaan membaca buku belum ditanamkan pada anak sejak dini, dimana orang tua yang seharusnya menjadi role model dikeluarga, justru tidak memberikan contoh atau mengajarkan anak untuk membaca.Â
Selain itu, Â banyak masyarakat mulai dari generasi muda hingga dewasa lebih tertarik mencari informasi yang dibutuhkan melalui mesin pencari informasi seperti google, yahoo, dll dengan menggunakan gawai mereka dibandingkan membaca buku. Kondisi serba instan inilah yang akhirnya membentuk pola pikir generasi muda yang lebih mengandalkan mesin pencari informasi, sehingga membuat minat literasi pada anak menjadi menurun. Rendahnya minat literasi pada anak juga disebabkan oleh kurangnya motivasi dan dorongan yang diberikan orang tua pada anak untuk membaca.
Berkaca pada permasalahan diatas, maka sangat diperlukan adanya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan minat serta keterampilan literasi pada anak sejak dini. Minat literasi pada anak tentunya perlu dikembangkan sedari anak usia dini, agar kelak budaya literasi tersebut tertanam pada anak hingga tumbuh dewasa sehingga terbentuk menjadi kebiasaan. Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat literasi pada anak adalah dengan menggunakan media pembelajaran menarik yang dapat menarik atensi anak dalam berliterasi, sebagai contoh orang tua dan guru di sekolah dapat menggunakan buku cerita bergambar untuk menarik minat anak usia dini. Orang tua juga dapat menerapkan gerakan literasi bagi setiap anggota keluarga di rumah. Hal ini dapat dimulai dengan membuat perpustakaan mini berisi buku-buku bacaan dan mengajak anak sedari dini untuk membaca minimal 20 menit setiap hari.
Rendahnya minat literasi pada masyarakat memang masih menjadi permasalahan bangsa saat ini yang tentunya perlu untuk dibenahi, tidak hanya pemerintah namunetiap lapisan masyarakat juga perlu turut andil dalam meningkatkan budaya literasi di negeri ini. Hal-hal sederhana yang kita lakukan di rumah, dapat menjadi media penunjang pembentukan budaya literasi pada anak dan menjadi motor penggerak terbentuknya budaya literasi di masyarakat.