Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu pengalaman berharga bagi mahasiswa, bukan hanya untuk memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga untuk mengasah kepekaan sosial dan kemampuan beradaptasi di tengah masyarakat. Tahun ini, pelaksanaan KKN terasa berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan baru diterapkan oleh kampus untuk menyesuaikan kondisi dan efisiensi anggaran, sehingga mahasiswa diarahkan untuk melaksanakan KKN secara mandiri di daerah domisili masing-masing. Perubahan ini tentu membawa tantangan tersendiri karena setiap mahasiswa harus beradaptasi dengan lingkungan yang mungkin berbeda dari lokasi KKN kelompok seperti biasanya. Oleh karena kebijakan tersebut, saya memutuskan untuk melaksanakan KKN di Desa Sukadamai, desa tempat saya tinggal. Keputusan ini membuat saya memiliki kesempatan untuk lebih mengenal lingkungan sekitar secara mendalam, sekaligus berkontribusi secara langsung terhadap masyarakat di daerah tempat saya dibesarkan. Meski berbeda dengan konsep KKN reguler yang biasanya dilakukan secara berkelompok di satu lokasi, KKN mandiri ini justru memberi pengalaman baru: belajar mandiri, mengelola kegiatan sendiri, serta membangun komunikasi dengan perangkat desa dan warga setempat dengan cara yang lebih personal.
 Menjadi Bagian dari Kantor Desa Perjalanan KKN saya dimulai dengan satu minggu penuh di kantor desa. Setiap hari saya
membantu perangkat desa mengelola administrasi dan mendampingi kegiatan harian mereka. Pengalaman ini membuka mata saya tentang bagaimana roda pemerintahan desa berjalan dari dekat. Saya belajar cara membuat laporan kegiatan, mengarsipkan dokumen penting, hingga memahami bagaimana komunikasi antara pemerintah desa dan warganya berlangsung. Selain bekerja di balik meja, saya juga ikut terjun ke lapangan, seperti membantu perangkat desa mendata warga dan berkoordinasi dengan ketua RT/RW. Saya merasakan sendiri betapa pentingnya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Meski baru seminggu berada di sana, hubungan saya dengan staf desa terasa akrab, dan mereka banyak memberi masukan serta cerita tentang desa yang kami tempati.Â
Berbagi Ilmu di Madrasah Nurul Istiqomah Memasuki minggu kedua dan ketiga, saya menghabiskan waktu di madrasah untuk
mendampingi guru-guru dan mengajar para siswa. Awalnya saya merasa sedikit gugup, apalagi sebagian besar siswa masih sangat muda dan memiliki latar belakang belajar yang berbeda- beda. Namun, sambutan hangat dari guru dan antusiasme siswa membuat saya cepat beradaptasi. Kegiatan di madrasah tidak hanya sebatas mengajar mata pelajaran umum, tetapi juga membantu anak-anak memperdalam pelajaran agama. Saya mencoba membuat pembelajaran lebih menyenangkan dengan permainan edukasi, cerita inspiratif, dan metode interaktif. Senyum dan semangat anak-anak ketika memahami pelajaran menjadi hadiah berharga bagi saya. Selama di madrasah, saya juga banyak berbincang dengan guru-guru tentang tantangan pendidikan di desa. Saya belajar bahwa keterbatasan fasilitas tidak menghalangi semangat mereka untuk mendidik generasi muda. Hal ini memotivasi saya untuk terus memberikan yang terbaik selama berada di sana.
 Mengajar di SD Negeri 138 bagian terakhir dari KKN saya adalah mengajar di SD Negeri 138. Tantangan baru kembali hadir karena jumlah siswa lebih banyak dan karakter mereka lebih beragam. Saya membantu guru-guru dalam proses belajar mengajar, mulai dari mempersiapkan materi, mendampingi siswa saat latihan soal, hingga mengajak mereka bermain sambil belajar. Mengajar di SD ini menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan. Setiap pagi, anak-anak menyambut dengan senyuman tulus dan sapaan ramah. Meski terkadang lelah dengan aktivitas padat, semangat mereka selalu menjadi penyemangat saya. Saya belajar untuk lebih sabar dan kreatif dalam mengajar, karena setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Selain kegiatan di sekolah, kami juga melanjutkan pengabdian di sore dan malam hari dengan mengajar anak-anak mengaji. Aktivitas ini tidak hanya mempererat hubungan kami dengan warga, tetapi juga menjadi kesempatan untuk lebih memahami nilai-nilai religius dan budaya setempat.
Pelajaran Berharga dari 45 Hari KKN Selama 45 hari tinggal di desa, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga. KKN mengajarkan saya arti kebersamaan, kepedulian, dan pentingnya kontribusi kecil untuk masyarakat. Setiap minggu membawa pengalaman baru: dari mengenal sistem pemerintahan desa, beradaptasi di madrasah, hingga merasakan dinamika mengajar di sekolah dasar. Meskipun kegiatan KKN cukup padat, saya merasa waktu berjalan begitu cepat. Hubungan hangat dengan warga dan anak-anak desa membuat saya merasa seperti bagian dari keluarga besar mereka. Saya berharap ilmu dan pengalaman yang saya bagikan dapat memberikan manfaat, meski kecil, bagi desa tempat kami mengabdi. Sebaliknya, pengalaman ini jugamemberikan pelajaran hidup yang tak ternilai untuk saya pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI