Mohon tunggu...
Ananda Amalia Romadhona
Ananda Amalia Romadhona Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengintegrasian Nilai-Nilai Islam terhadap Etos Kerja Masyarakat Muslim

30 Mei 2022   22:08 Diperbarui: 30 Mei 2022   22:17 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemajuan suatu bangsa dan negara sangat bergantung pada kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam negara tersebut. Kualitas sumber daya manusia erat kaitannya dengan etos kerja. Untuk menjadi negara yang berkemajuan, Indonesia perlu membenahi dan meningkatkan etos kerja masyarakatnya.

Etos sering dikaitkan dengan karakter, perilaku, dan kepribadian setiap individu. Nurcholis Madjid (2005:11) berpandangan bahwa etos adalah karakter, sikap, kebiasaan, dan kepercayaan seorang individu atau kelompok yang bersifat khusus. Sehingga, sederhananya etos merupakan sifat dasar yang dimiliki masyarakat. Etos sebuah masyarakat terwujud dari struktur dan norma sosial masyarakat itu sendiri. Etos menjadi landasan dalam berperilaku terhadap lingkungan sekitar, sehingga tercermin dalam kehidupan masyarakat. Sebagai landasan kehidupan, maka etos pasti berhubungan dengan aspek evaluatif atau penilaian. Dengan demikian, etos kerja dapat diartikan sebagai seperangkat nilai yang didasarkan pada kerja keras dan wujud nyata dalam perilaku kerja.  Etos kerja memiliki beberapa unsur, yaitu profesionalisme, ketepatan waktu, sikap dan perilaku.

Bagi seorang Muslim, bekerja merupakan upaya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai pengerahan seluruh kemampuan, fikiran, dan asetnya dalam mewujudkan arti dirinya sebagai hamba Allah SWT yang harus menjadi bagian masyarakat yang terbaik dan memakmurkan bumi Allah SWT. Tasmara (2008:87) mendefinisikan etos kerja muslim sebagai kepribadian muslim yang berpandangan dengan keyakinan bahwa bekerja bukan memuliakan dirinya dan menampilkan sikap kemanusiannya, tetapi bekerja merupakan manifestasi dari amal sholeh yang telah dilakukannya dan bernilai ibadah yang luhur. Etos kerja muslim memiliki ciri, yaitu berjiwa pemimpin, menghargai waktu, mampu memperhitungkan persoalan yang akan terjadi ke depan, selalu ingin melakukan kebaikan, hidup sederhana dan efisien, berjiwa wiraswasta, berjiwa mandiri, selalu haus akan ilmu, berwawasan makro-universal, rajin dan pantang menyerah, selalu produktif dan memperluas dan menjaga tali silaturrahmi. Dengan demikian, integrasi antara nilai-nilai islam terhadap etos kerja penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memantapkan etos kerja dan etos ilmiah masyarakat agar dalam diri masyarakat tertanam nilai bahwa bekerja itu tidak hanya semata guna mencari uang, tetapi juga merupakan dari ibadah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan para peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai-nilai Islam dengan etos kerja. Masyarakat yang meyakini nilai-nilai Islam dalam bentuk ketaatan mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam perilaku sehari-hari. Masyarakat kerja muslim yang memiliki religiusitas tinggi biasa melakukan ibadah dengan giat, meningkatkan pengetahuan agamanya dengan mengikuti kajian-kajian agama, menyedekahkan sebagi rezeki yang dimilikinya, menggantungkan dirinya hanya kepada Allah SWT, mengasihani sesama, dan selalu berbuat jujur terbukti memiliki etos kerja yang sangat baik.

Semua yang telah dilakukan masyarakat kerja muslim memang sesuai dengan empat aspek yang ada dalam nilai-nilai Islam. Pertama, aspek aqidah yang merupakan aspek keyakinan atau keimanan yang dimiliki seseorang sebagai landasan benar atau tidak perbuatan yang dilakukannya. Dengan demikian, baik atau tidaknya etos kerja seorang muslim bergantung kepada keimanannya (aqidah) kepada Allah SWT. Seorang muslim yang selalu meningkatkan keimanannya, sehingga semakin tinggi dan berkualitas maka akan tumbuh sikap yang ingin berusaha memahami segala perintah Allah SWT yang telah tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Masyarakat yang memiliki nilai dalam aspek aqidah, maka akan tertanam dalam perilakunya untuk  menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dalam setiap pekerjaan-Nya karena mereka yakin bahwa pengawas sesungguhnya adalah Allah SWT. Selain itu, masyarakat muslim dengan etos kerja muslim akan selalu istiqomah atau konsisten dan pantang menyerah dalam mempertahankan prinsip dan komitmennya dalam menjalankan pekerjaan. Senantiasa selalu bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukaannya, baik tanggung jawab dihadapan manusia dan dihadapan Allah SWT. Dan yang terakhir masyarakat muslim yang menerapkan etos kerja muslim akan senantiasa ikhlas dalam melakukan pekerjaannya. Mereka melakukan pekerjaan bukan semata untuk menumpuk kekayaan, tetapi sebagai tanggung jawab dan ibadahnya terhadap Allah SWT.

Kedua, aspek ibadah yang merupakan aspek dalam islam yang mengajarkan umatnya untuk melaksanakan ibadah tidak hanya ibadah yang sifatnya hubungan antara manusia dengan Allah SWT langsung (hablumminallah), tetapi juga harus memperhatikan hubungan antara manusia dengan manusia (hablumminannas). Hal ini dimaksudkan agar umat Islam diharapkan juga memperhatikan kebutuhun duniawi, seperti sandang, pangan papan, sehingga tidak menjadi umat yang pengangguran, suka meminta-minta, dan bergantung terhadap orang lain. Dengan demikian, seorang muslim yang juga menanamkan nila-nilai aspek ibadah dalam kehidupannya, maka mereka akan menjadi manusia selalu menjaga harga dirinya dan mengerti akan pentingnya kualitas dalam melakukan pekerjaannya, sehingga menjadi muslim yang selalu mencapai prestasi dan prestise. Inilah etos kerja yang diajarkan dalam Islam.

Ketiga, aspek muamalah yang merupakan aktualisasi dari keimanan dan ketakwaan. Seorang muslim yang mengamalkan nilai-nilai dalam aspek muamalah senantiasa melakukan pekerjaannya untuk menjadi bermanfaat bagi kepentingan masyrakat sebagai cara dalam meraih ridha Allah SWT. Selain itu juga, etos kerja Islam yang memiliki nilai aspek muamalah mengajarkan umat Islam untuk menguatkan ukhuwah Islamiyah. Sehingga, dalam melakukan pekerjaan diharuskan untuk mementingkan kebersamaan (berjama’ah) karena manusia saling membutuhkan satu sama lain.

Keempat, aspek akhlak yang merupakan wujud nyata dari nilai-nilai dalam aqidah, ibadah, dan muamalah. Nilai-nilai aqidah, ibadah, dan muamalah yang baik akan mencerminkan akhlak seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang baik menurut Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan standar untuk menilai baik atau buruknya perilaku seseorang.

Masyarakat muslim yang mengamalkan nilai-nilai etos kerja dalam aspek aqidah akan senantiasa bersikap ihsan. Yang mana seorang muslim itu akan semangat dalam menyempurnakan setiap perilakunya dan menghindari keburukan dalam melakukan pekerjannya, sehingga pekerjaannya dilakukan dengan maksimal tanpa adanya kekurangan. Sikap yang selaras dengan ihsan dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an adal itqon. Yaitu pekerjaan dilakukan dengan bersungguh-sungguh, sempurna, dan akurat (Tasmara, 2004:15).

Dengan demikin, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai islam yang diintegrasikan terhadap etos kerja masyarakat muslim sangat memengaruhi kualitas kerja mereka. Nilai-nilai yang terdapat dalam empat aspek nilai-nilai islam saling terintegrasi dalam menciptakan etos kerja Islami. Keempatnya saling berkaitan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia yang sangat baik. Oleh karena itu, etos kerja yang sesuai dengan nilai-nilai islam harus ditanamkan dalam diri setiap masyarakat muslim, sehingga negara Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik dan berkemajuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun