Mohon tunggu...
Anak Laut
Anak Laut Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola secara kolektif oleh anak muda yang berusaha menyebarkan dan menanamkan jiwa maritim keseluruh masyarakat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laut Bukan Hanya Milik Laki-laki

20 April 2016   11:13 Diperbarui: 20 April 2016   11:22 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: microsite.metrotvnews.com"][/caption]Dari zaman dahulu hingga kini, seolah laut hanya menjadi milik laki-laki. Laut identik maskulinitas, berburu paus dan bertahan hidup. Sedangkan perempuan masih saja dipandang sebelah mata, hanya mampu mengurus dapur dan anak.

Dalam kehidupan laut kenyatanya sebenarnya berbeda, walau masih dipandang sebelah mata didalam pembangunan sektor industri maritim, peran perempuan jauh lebih vital dalam memberikan nilai tambah dari hasil komoditi laut.

Memang, sedikit kita temukan perempuan yang terjun langsung ke laut untuk menangkap ikan bersama laki-laki. Namun, hal tersebut tidak bisa serta merta dianggap sebagai satu-satunya indikator keterlibatan penting dalam sektor maritim.

Pada aspek yang lain, peran perempuan dalam sisi industri perikanan malah memiliki kerterlibatan jauh lebih banyak ketimbang laki-laki. Mulai dari aspek produksi, distribusi bahkan sampai konsumsi. Namun, dalam kenyataanya, masih ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia, perempuan masih tidak dilibatkan dalam membuat keputusan terkait proses arah bisnis perikanan ini dan berbagai perkembangannya.

Keterlibatan peran perempuan dalam komunitas nelayan biasanya lebih pada pekerjaan mengolah hasil dan budidaya laut. Namun dalam urusan rumah tangga, sebenarnya perempuan memiliki peran yang lebih dominan dari pada laki-laki.

Sebab, dalam komunitas nelayan, perempuan mau tidak mau harus terjun dalam kegiatan produktif untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Maka dengan demikian, laki-laki dalam komunitas nelayan cenderung egaliter terhadap keberadaan perempuan dalam ranah domestik.

Ketika laki-laki pergi menangkap ikan ke laut bahkan berhari-hari. Membuat perempuan dalam komunitas nelayan hampir seluruhnya bertanggung jawab atas segala kehidupan keluarga. Mulai dari mengurus pinjaman kredit, berurusan dengan pemerintahan hingga mengurus anak.

Selain itu, perempuan juga dituntut untuk bersosialisasi dengan berbagai pihak untuk menjaga relasi sosial yang telah dibangun oleh para suami mereka. Tidak jarang, dari aktivitas tersebut membuat mereka terlibat aktif dalam kegiatan politik. Maka, sering sekali kita temukan didaerah pesisir bahwa perempuan lebih memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap kondisi politik ketimbang perempuan yang hidup di perkotaan.

Dengan demikian, peran perempuan dalam proses industri ini tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Sudah sangat jelas bahwa perempuan dalam komunitas nelayan jauh lebih memiliki peran aktif dalam keberlangsungan hidup rumah tangga nelayan. Maka dari itu, pemerintah harus segara melibatkan perempuan sebagai stakeholder utama dalam pembangunan perikanan di Indonesia.

Maka yang perlu programkan pemerintah ke depan adalah membuka ruang keterlibatan nelayan perempuan. Upaya ini memang tidak mudah, mengingat para petinggi pemerintah kita belum hatam betul soal kesetaraan gender dalam pengambilan kebijakan. Ini tantangan sekaligus peluang bangsa kita.

Mau tidak mau, dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, pemerintah harus segera berbenah diri. Pemerintah harus mau memaksimalisasi peran perempuan dalam pembangunan industri maritim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun